SELAMAT DATANG, SILAHKAN TINGGALKAN KOMENTAR ANDA

Senin, 03 April 2017

MOTIVASI

MOTIVASI
(Pengertian, tujuan, teori-teori motivasi)


Oleh: Mariana Ibriani
Mahasiswa Semester VIII
STAI Al-Gazali Bone

Bab I
Pendahuluan
A.    Latar Belakang
Sukses bertumpu pada dua hal yaitu kemampuan dan kemauan. Sukses belajar misalnya sangat tergantung pada ketrampilan belajar yang dimiliki  dan seberapa kuat ia mau menggunakannya. Tingkat kemauan (atau motivasi) orang berbeda-beda. karena alasan (motif) yang berkait dengan kebutuhan untuk kegiatan yang sama, dapat berbeda-beda. Motivasi memang berhubungan upaya memenuhi kebutuhan. Makin besar kebutuhan makin besar pula dorongan dalam diri seseorang untuk mau melakukan sesuatu. Karena itu peran motivasi untuk menunjang keberhasilan sangat penting.  Masalahnya, bagaimana cara memotivasi diri sendiri dan juga orang lain?
Makalah dan sajian lisan yang menyertainya ini, bertujuan memberikan pemahaman tentang motivasi mengenai apa, mengapa, bagaimana dan untuk apa, serta “memotivasi”  untuk mau menerapkannya (paling tidak untuk memotivasi diri sendiri). Tindak lanjut nyata dari kegiatan ini, oleh dan untuk diri kita sendiri,  adalah ukuran keberhasilan kegiatan ini.  Sukses adalah gabungan dari kemampuan  dan  kemauan.  Hal itu juga ditunjukkan pada  “rumus” :  P = f (a.m), yang artinya : Performance adalah fungsi dari ability dan motivation. Pintar saja tidak cukup, harus ada kemauan-motivasi untuk menggunakan kepintarannya.  Kecerdasan intelektual (IQ), masih sangat memerlukan kecerdasan emosional (EQ) untuk dapat menuai sukses. Kita tahu kepintaran, kemampuan, ketrampilan (ability) dapat ditingkatkan.
Berbagai pelatihan, kuliah, seminar, workshop, ditujukan terutama untuk keperluan peningkatan kemampuan. Namun, tidak  otomatis,  bahwa kemampuan  tinggi membawa kemauan yang besar. Banyak faktor memberi pengaruh pada beser-kecilnya motivasi. Kemampuan tinggi dari para karyawan, jadi tidak bermakna bila mereka tidak mau bekerja giat untuk mencapai hasil kerja yang optimal. Pertanyaan penting yang terlintas di benak kami. Bagaimana upaya yang dapat dilakukan untuk meningkatkan  kemauan (motivasi) orang lain, dan terutama untuk  diri sendiri?  Inti  mempimpin adalah memotivasi. Memang, tantangan  bagi pimpinan adalah bagaimana memotivasi anggotanya. Penelitian Willian James mengungkapkan bahwa seseorang akan dapat menggunakan hampir 80% kemampuan mereka, apabila ia termotivasi dengan baik.


 Rumusan masalah
Berdasarkan Latar Belakang diatas maka penulis  merumuskan Masalah antara lain adalah sebagai berikut:
1.       Apa Pengertian Motivasi ?                     
2.         Apa saja Tujuan Motivasi
3.       Apa  saja Jenis-jenis Teori Motivasi ?
BAB II
Pembahasan
A.    Pengertian Motivasi
Motivasi berasal dari kata motif yang berarti dorongan atau alasan. Motif merupakan tenaga pendorong yang mendorong manusia untuk bertindak atau suatu tenaga di dalam diri manusia, yang menyebabkan manusia bertindak atau melakukan sesuatu. Motivasi merupakan tenaga pendorong yang mendorong manusia untuk bertindak atau melakukan sesuatu. Sedangkan motivasi belajar adalah keseluruhan daya penggerak psikis di dalam diri seseorang yang menimbulkan kegiatan belajar, menjamin kelangsungan kegiatan belajar dan memberikan arah pada kegiatan belajar itu demi mencapai suatu tujuan.
Menurut Dimyati dan Mudjiono (2006:80) “Motivasi dipandang sebagai dorongan mental yang menggerakkan dan mengarahkan perilaku manusia termasuk perilaku belajar”. Sejalan dengan itu, Ratumanan (2002:72) mengatakan bahwa; “Motivasi adalah sebagai dorongan dasar yang menggerakkan seseorang bertingkah laku”. Sedangkan motivasi belajar adalah “Keseluruhan daya penggerak psikis di dalam diri siswa yang menimbulkan kegiatan belajar, menjamin kelangsungan kegiatan belajar dan memberikan arah pada kegiatan belajar itu demi mencapai suatu tujuan (Tadjab, 1994:102)”. Dari beberapa pengertian di atas dapat dikatakan bahwa motivasi memiliki 3 komponen, yaitu: a) kebutuhan, kebutuhan terjadi bila individu merasa ada ketidak seimbangan antara apa yang dimiliki dari apa yang ia harapkan; b) dorongan, merupakan kegiatan mental untuk melakukan suatu.; dan c) tujuan, tujuan adalah hal yang ingin dicapai oleh individu. Seseorang yang mempunyai tujuan tertentu dalam melakukan suatu pekerjaan, maka ia akan melakukan pekerjaan tersebut dengan penuh semangat.
Pengaruh motivasi terhadap seseorang tergantung seberapa besar motivasi itu mampu membangkitkan motivasi seseorang untuk bertingkat laku. Dengan motivasi yang besar, maka seseorang akan melakukan sesuatu pekerjaan dengan lebih memusatkan pada tujuan dan akan lebih intensif pada proses pengerjaannya. Dalam kegiatan belajar, motivasi dapat dikatakan sebagai keseluruhan daya penggerak di dalam diri seseorang yang menimbulkan kegiatan belajar, yang menjamin kelangsungan dari kegaitan belajar dan memberikan arah pada kegiatna belajar, sehingga tujuan yang dikehendaki oleh subyek belajar itu dapat tercapai.
Motivasi dapat dibedakan menjadi motivasi intrinsik dan motivasi ekstrinsik (Sardiman, 2005:189). Motivasi instrinsik adalah motif-motif yang menjadi aktif atau berfungsinya tidak perlu dirangsang dari luar, karena dalam diri setiap individu sudah ada dorongan untuk melakukan sesuatu. Sedangkan motivasi ekstrinsik adalah motif-motif yang aktif dan berfungsinya karena adanya perangsang dari luar. Sejalan dengan itu pula, Suryabrata (1994:72) juga membagi motivasi menjadi 2 yaitu: a) motivasi ekstrinsik, yaitu motivasi yang berfungsi karena adanya rangsangan dari luar; dan b) motivasi intrinsik, yaitu motivasi yang berfungsi meskipun tidak mendapat rangsangan dari  luar.
Dari uraian di atas dapat disimpulkan bahwa motivasi belajar pada dasarnya ada dua yaitu: motivasi yang datang sendiri dan motivasi yang ada karena adanya rangsangan dari luar. Kedua bentuk motivasi belajar ini sangat berpengaruh terhadap prestasi belajar. Setiap motivasi itu bertalian erat hubungan dengan tujuan atau suatu cita-cita, maka makin tinggi harga suatu tujuan itu, maka makin kuat motivasi seseorang untuk mencapai tujuan. Purwanto (1996:70) mengatakan bahwa fungsi motivasi ada 3 yaitu: a) motivasi itu mendorong manusia untuk berbuat atau bertindak, motivasi ini berfungsi sebagai penggerak atau sebagai motor yang memberikan energi kepada seseorang untuk melakukan sesuatu b) motivasi itu menentukan arah perbuatan ke arah perwujudan suatu tujuan atau cita-cita, dalam hal ini motivasi mencegah penyelewengan dari jalan yang harus ditempuh untuk mencapai tujuan itu, sehingga makin jelas tujuan itu, makin jelas pula terbentang jalan yang harus ditempuh dan c) motivasi itu menyeleksi perbuatan kita, artinya menentukan perbuatan mana yang dilakuan dilakukan, yang serasi, guna mencapai tujuan itu dengan mengenyampingkan perbuatan yang tidak bermanfaat bagi tujuan itu.
 Dalam kajian teori motivasi ada yang dikenal dengan teori kebutuhan. Teori ini dikemukakan oleh A.H. Maslow yang mengemukakan bahwa orang termotivasi untuk melakukan sesuatu karena didasari adanya kebutuhan dalam dirinya, yang terbagi menjadi 5 (lima) kebutuhan yaitu: (1) kebutuhan fisiologis yang merupakan kebutuhan manusia untuk bertahan hidup atau juga disebut kebutuhan pokok yang terdiri dari kebutuhan makan, minum, pakaian, dan tempat tinggal; (2) kebutuhan rasa aman yang meliputi keamanan akan perlindungan dari bahaya kecelakaan kerja dan jaminan hari tua; (3) kebutuhan sosial yang berupa kebutuhan-kebutuhan seseorang untuk diterima dalam kelompok tertentu yang menyenangkan bagi dirinya; (4) kebutuhan penghargaan seperti halnya kabutuhan bagi seorang pegawai yang bekerja dengan baik tentu ingin mendapat penghargaan dan pengakuan dari atasan ataupun pujian dari teman kerjanya atas prestasinya dan; (5) kebutuhan aktualisasi diri yang berupa kebutuhan yang muncul dari seseorang dalam proses pengembangan potensi dan kemampuannya untuk menunjukkan jati dirinya yang sebenarnya (Hasibuan, 2003:104-107)
B.     Tujuan Motivasi.
Tujuan utama Motivasi meningkatkan motivasi adalah untuk meningkatkan kinerja (performance). Kinerja memang dipengaruhi oleh motivasi. Ingat bahwa, Performance merupakan fungsi   dari Compenent dan Commitment. Sedangkan komitmen yang merupakan gabungan dari konfiden (percaya diri) dan motivasi. Lebih spesifik, peningkatan motivasi  diperlukan untuk:
a.        Menggairahkan dan meningkatkan semangat (bekerja, belajar, dll..)
b.       Meningkat moral dan kepuasannya
c.        Meningkatkan  kinerja, loyalitas, disiplin, keefektivan
d.       Meningkatkan kreativitas dan partisipasi
e.        Menumbuhkan suasana lingkungan yang lebih kondusif
f.        Mempertinggi rasa tanggung jawab,
C.    Jenis-Jenis Teori Motivasi
Teori Dorongan(Drive Teori)
Teori ”drive” bisa diuraikan sebagai teori-teori dorongan tentang motivasi, perilaku didorong ke arah tujuan oleh keadaan-keadaan yang mendorong dalam diri seseorang. Secara umum , teori-teori drive mengatakan hal-hal berikut : ketika suatu keadaan dorongan internal muncul, individu di dorong untuk mengaturnya dalam perilaku yang akan mengarah ke tujuan yang mengurangi intensitas keadaan yang mendorong. Pada manusia dapat mencapai tujuan yang memadai yang mengurangi keadaan dorongan apabila dapat menyenangkan dan memuaskan.
Teori-teori Drive berbeda dalam sumber dari keadaan terdorong yang memaksa manusia atau binatang bertindak. Beberapa teori, termasuk teori Freud, dipahami oleh keadaan terdorong sejak belum lahir, atau instingtif. Tentang perilaku binatang, khususnya ahli ethologi telah mengusulkan suatu penjelasan suatu mekanisme dorongan sejak kelahiran (tinbergen, lorenz, dan leyhausen dalam morgan, dkk. 1986). Teori-teori drive yang lain telah mengembangkan peran belajar dalam keaslian keadaan terdorong. Keadaan terdorong yang dipelajari menjadi ciri abadi dari orang tertentu dan mendorong orang itu ke arah tujuan yang memadai, orang lain mungkin belajar motif sosial yang lain dan didorong ke arah tujuan yang berbeda.
 Teori Insentif
Teori insentif menjelaskan motivasi dalam kaitannya dengan stimuli atau penghargaan eksternal. Berbeda dengan dorongan atau teori pengurangan penggerak, para psikolog telah mengajukan teori insentif karena stimulus eksternal dianggap menarik seseorang untuk beberapa tujuan. (Iram, 2008). Teori ini mengatakan bahwa seseorang akan bergerak atau mengambil tindakan karena ada insentif yang akan di dapatkan. Misalnya, seseorang mau bekerja dari pagi sampai sore karena tahu bahwa ia akan mendapatkan intensif berupa gaji, jika seseorang tahu akan mendapatkan penghargaan, maka ia pun akan bekerja lebih giat lagi dalam bekerja (Mustopa, 2011), atau contoh insentif yang paling umum dan paling dikenal oleh anak-anak misalnya jika anak naik kelas akan dibelikan sepeda baru oleh orangtua, maka anak akan belajar dengan tekun untuk mendapatkan sepeda baru tersebut. Ada sesuatu tentang tujuan itu sendiri yang memotivasi perilaku. Karena ciri-ciri tertentu yang mereka miliki, objek tujuan mendorong perilaku kearah tujuan tersebut. Objek-objek tujuan yang memotivasi perilaku inilah yang disebut dengan insentif. Satu bagian penting dari banyak teori insentif adalah bahwa individu-individu mengharapkan kesenangan dari pencapaian dari apa yang mereka sebut dengan insentif positif dan dari penghindaraan dari apa yang disebut dengan insentif negatif. (Bachtiar, 2010)
 Imbalan atau penghargaan (insentif), baik terukur atau tak terukur, diberikan setelah kejadian dari satu tindakan (yaitu. perilaku) dengan tujuan agar perilaku terjadi lagi. Ini dilakukan dengan berasumsi arti positif pada perilaku tersebut. Studi menunjukkan jika seseorang mendapat imbalan dengan seketika atau sesegera mungkin, pengaruhnya akan lebih besar, dan menurun dengan berjalannya waktu.
Aksi berulang memberi imbalan atau penghargaan dapat menyebabkan perilaku tersebut untuk menjadi suatu kebiasaan (Wikipedia). Insentif tak terukur/tak berwujud juga dikenal sebagai imbalan intrinsik, sementara insentif terukur/berwujud juga dikenal sebagai imbalan ekstrinsik. Kadang kala, satu jenis imbalan dapat digantikan dengan yang lain. Ini biasanya terjadi ketika suatu imbalan intrinsik digantikan dengan imbalan ekstrinsik. Sebagai contoh, mempertimbangkan seseorang yang jadi dokter.
Pada awalnya, orang mungkin menjadi dokter karena dia menikmati untuk menolong orang lain (intrinsik) kemudian, alasan untuk menjadi dokter mungkin dapat berubah ke uang (ekstrinsik). Misalnya, pengurangan jumlah insentif harus dilakukan sebuah rumah sakit, dan mereka menawarkan pada dokter sebuah pilihan: berlanjut sebagai dokter dan menolong orang namun dengan satu potongan gaji(insentif), atau menjadi pengurus/administrasi namun mendapat uang dibandingkan sebelum. Dokter akan mungkin memilih menjadi pengurus meskipun ini berarti dia tidak akan menolong orang-orang lagi sebab imbalan eksternal dari upah sebagai pengurus akan melebihi imbalan internal dari kepuasan yang diperoleh saat menolong orang-orang.
Teori Disonan Kognitif
Teori disonansi kognitif merupakan sebuah teori komunikasi yang membahas mengenai perasaan ketidaknyamanan seseorang yang diakibatkan oleh sikap, pemikiran, dan perilaku yang tidak konsisten dan memotivasi seseorang untuk mengambil langkah demi mengurangi ketidaknyamanan tersebut. Wibowo (dalam Sarwono, S.W., 2009) mendefinisikannya sebagai keadaan tidak nyaman akibat adanya ketidaksesuaian antara dua sikap atau lebih serta antara sikap dan tingkah laku.
Festinger (1957), berpendapat bahwa disonansi terjadi apabila terdapat hubungan yang bertolak belakang, yang diakibatkan oleh penyangkalan dari satu elemen kognitif terhadap elemen lain, antara elemen-elemen kognitif dalam diri individu. Hubungan yang bertolak belakang tersebut, terjadi bila ada penyangkalan antara elemen kognitif yang satu dengan yang lain. Disonansi kognitif tidak hanya bisa timbul dari diri seseorang saja, tetapi juga dapat timbul akibat pengaruh faktor eksternal di luar dirinya. Bila terjadi disonansi, ada sesuatu yang harus dilepas, atau ada ketidaksesuaian antara suatu keyakinan dengan keyakinan-keyakinan atau sikap yang penting. Bersikeras mempertahankan kedua-duanya, akan terasa sangat menyiksa.
 Teori Harapan
Victor H. Vroom, dalam bukunya yang berjudul “Work And Motivation” mengetengahkan suatu teori yang disebutnya sebagai “ Teori Harapan”. Menurut teori ini, motivasi merupakan akibat suatu hasil dari yang ingin dicapai oleh seorang dan perkiraan yang bersangkutan bahwa tindakannya akan mengarah kepada hasil yang diinginkannya itu. Artinya, apabila seseorang sangat menginginkan sesuatu, dan jalan tampaknya terbuka untuk memperolehnya, yang bersangkutan akan berupaya mendapatkannya. Dinyatakan dengan cara yang sangat sederhana, teori harapan berkata bahwa jika seseorang menginginkan sesuatu dan harapan untuk memperoleh sesuatu itu cukup besar, yang bersangkutan akan sangat terdorong untuk memperoleh hal yang diinginkannya itu. Sebaliknya, jika harapan memperoleh hal yang diinginkannya itu tipis, motivasinya untuk berupaya akan menjadi rendah. Di kalangan ilmuwan dan para praktisi manajemen sumber daya manusia teori harapan ini mempunyai daya tarik tersendiri karena penekanan tentang pentingnya bagian kepegawaian membantu para pegawai dalam menentukan hal-hal yang diinginkannya serta menunjukkan cara-cara yang paling tepat untuk mewujudkan keinginannnya itu. Penekanan ini dianggap penting karena pengalaman menunjukkan bahwa para pegawai tidak selalu mengetahui secara pasti apa yang diinginkannya, apalagi cara untuk memperolehnya.
Menurut teori ini, motivasi merupakan akibat suatu hasil dari yang ingin dicapai oleh seorang dan perkiraan yang bersangkutan bahwa tindakannya akan mengarah kepada hasil yang diinginkannya itu. Artinya, apabila seseorang sangat menginginkan sesuatu,dan jalan tampaknya terbuka untuk memperolehnya,yang bersangkutan akan berupaya mendapatkannya. Dinyatakan dengan cara yang sangat sederhana, teori harapan berkata bahwa jika seseorang menginginkan sesuatu dan harapan untuk memperoleh sesuatu itu cukup besar, yang bersangkutan akan sangat terdorong untuk memperoleh hal yang diinginkannya itu. Sebaliknya, jika harapan memperoleh hal yang diinginkannya itu tipis, motivasinya untuk berupaya akan menjadi rendah. Dalam lembaga pendidikan guru ataupun siswa akan melakukan apa saja jika mereka melihat suatu peluang apalagi peluang itu terbuka dengan lebar. Apalagi di lembaga pendidikan orang-orang ataupun masyarakat banyak menggantugkan harapannya untuk mencapai cita-cita merekam, dengan melaksanakan teori  ini maka warga sekolah akan sangat termotivasi sekali untuk dapat mewujudakan harapan-harapan mereka tersebut. Teori Harapan ini didasarkan atas: 
a). Harapan (Expectancy), adalah suatu kesempatan yang diberikan akan terjadi karena perilaku. Harapan akan berkisar antara nilai negatif (sangat tidak diinginkan sampai dengan nilai positif (sangat diinginkan). Harapan negatif menunjukkan tidak ada kemungkinan sesuatu hasil akan muncul sebagai akibat dari tindakan tertentu, bahkan hasilnya bisa lebih buruk. Sedangkan harapan positif menunjukkan kepastian bahwa hasil tertentu akan muncul sebagai konsekuensi dari suatu tindakan atau perilaku.
b). Nilai (Valence), adalah kekuatan relatif dari keinginan dan kebutuhan seseorang. Suatu intensitas kebutuhan untuk mencapai hasil, berkenaan dengan preferensi hasil yang dapat dilihat oleh setiap individu. Bagi seorang individu, perilaku tertentu mempunyai nilai tertentu. Suatu hasil mempunyai valensi positif apabila dipilih, tetapi sebaliknya mempunyai valensi negatif jika tidak dipilih. 
c).  Pertautan (Instrumentality), yaitu besarnya kemungkinan bila bekerja secara efektif, apakah akan terpenuhi keinginan dan kebutuhan tertentu yang diharapkannya. Indeks yang merupakan tolok ukur berapa besarnya perusahaan akan memberikan penghargaan atas hasil usahanya untuk pemuasan kebutuhannya.
Dalam hal ini Victor Vroom (1994) yang pertama kali mengemukakan teori harapan secara konseptual dengan mengajukan persamaan sebagai berikut :
 Sumber : John R. Schermerhorn, Jr., Management for Productivity, 3rd., New York; John Wiley & Sons, 1989. 
Hubungan antara unsur Teori Harapan (Harapan, Instrumen dan Valensi) Robert E. Quinn selanjutnya menjelaskan sepeti berikut : bahwa hubungan fundamental dari ketiga unsur-unsur teori harapan dengan persamaan yang baru sebenarnya sama. Bedanya teori yang terakhir telah dikembangkan dengan mempertimbangkan beberapa hasil usaha.. Bila motivasinya rendah jangan berharap hasil kerjanya (kinerjanya) baik. Dan motivasi dipengaruhi oleh berbagai pertimbangan pribadi seperti rasa tertarik atau memperoleh harapan.Selanjutnya dapat dipahami bahwa kinerja kaeyawan sangat mempengaruhi kinerja organisasi di mana di atau mereka berperan sebagai pelaku.
 Teori Motivasi Berprestasi
Motivasi berprestasi pertama kali diperkenalkan oleh Murray (dalam Martaniah, 1998) yang diistilahkan dengan need for achievement dan dipopulerkan oleh Mc Clelland (1961) dengan sebutan “n-ach”, yang beranggapan bahwa motif berprestasi merupakan virus mental sebab merupakan pikiran yang berhubungan dengan cara melakukan kegiatan dengan lebih baik daripada cara yang pernah dilakukan sebelumnya. Jika sudah terjangkit virus ini mengakibatkan perilaku individu menjadi lebih aktif dan individu menjadi lebih giat dalam melakukan kegiatan untuk mencapai prestasi yang lebih baik dari sebelumnya.
Motivasi berprestasi ini membuat prestasi sebagai sasaran itu sendiri. Individu yang dimotivasi untuk prestasi tidak menolak penghargaan itu, tidak sungguh-sungguh merasa senang jika dalam persaingan yang berat ia berhasil memenangkannya dengan jerih payah setelah mencapai standar yang ditentukan. Individu yang mempunyai dorongan berprestasi tinggi umumnya suka menciptakan risiko yang lunak yang bisa memerlukan cukup banyak kekaguman dan harapan akan hasil yang berharga, keterampilan dan ketetapan hatinya yang menunjukkan suatu kemungkinan yang masuk akal daripada hasil yang dicapai dari keuntungan semata. Jika memulai suatu pekerjaan, individu yang mempunyai dorongan prestasi tinggi ingin mengetahui bagaimana pekerjaannya, ia lebih menyukai aktivitas yang memberikan umpan balik yang cepat dan tepat.
 Teori  Motivasi Kompetensi
Teori ini menyatakan bahwa setiap manusia mempunyai keinginan untuk menunjukkan kompetensi dengan menaklukkan lingkungannya. Keterampilan tersebut antara lain keterampilan untuk mengevaliasi diri sehubungan dengan pelaksanaan tugas tersebut, nilai tugas siswa, harapan untuk tugas dalam tugas, patokan keberhasilan tugas, locus of control dan penguatan diri. Guru dapat meningkatkan motivasi siswa dengan menerapkan pendekatan internal sehingga kerja siswa dapat berubah sehingga siswa dapat mengontrol prestasi siswa. Siswa dapat mengontrol prestasi siswa antara lain dengan mengevaluasi diri sehubungan dengan tugas, menyusun control guru-siswa terhadap tugas, tangguh jawab tugas, harapan-harapan positif untuk berhasil dan umpan balik atas penyelesaian tugas.
Bab III
Penutup

Kesimpulan
Menurut, pembahasan materi dalam makalah kami, dapat disimpulkan bahwa motivasi adalah suatu dorongan keinginan pada diri seseorang untuk menjadi individu yang lebih baik. Lebih lanjut dikatakan bahwa motivasi yang ada pada diri seseorang akan mewujudkan sesuatu perilaku yang di arahkan pada tujuan untuk mencapai sasaran kepuasan.
 Tujuan utama Motivasi meningkatkan motivasi adalah untuk meningkatkan kinerja (performance). Kinerja memang dipengaruhi oleh motivasi. Ingat bahwa, Performance merupakan fungsi   dari Compenent dan Commitment. Sedangkan komitmen yang merupakan gabungan dari konfiden (percaya diri) dan motivasi. Lebih spesifik, peningkatan motivasi  diperlukan untuk:
a.       Menggairahkan dan meningkatkan semangat (bekerja, belajar, dll..)
b.      Meningkat moral dan kepuasannya
c.       Meningkatkan  kinerja, loyalitas, disiplin, keefektivan
d.      Meningkatkan kreativitas dan partisipasi
e.       Menumbuhkan suasana lingkungan yang lebih kondusif
f.       Mempertinggi rasa tanggung jawab,
Jenis-Jenis Teori Motivasi Teori Dorongan(Drive Teori)  Teori ”drive” bisa diuraikan sebagai teori-teori dorongan tentang motivasi, perilaku didorong ke arah tujuan oleh keadaan-keadaan yang mendorong dalam diri seseorang. Secara umum , teori-teori drive mengatakan hal-hal berikut : ketika suatu keadaan dorongan internal muncul, individu di dorong untuk mengaturnya dalam perilaku yang akan mengarah ke tujuan yang mengurangi intensitas keadaan yang mendorong. Pada manusia dapat mencapai tujuan yang memadai yang mengurangi keadaan dorongan apabila dapat menyenangkan dan memuaskan. Teori insentif menjelaskan motivasi dalam kaitannya dengan stimuli atau penghargaan eksternal. Berbeda dengan dorongan atau teori pengurangan penggerak, para psikolog telah mengajukan teori insentif karena stimulus eksternal dianggap menarik seseorang untuk beberapa tujuan. Teori disonansi kognitif merupakan sebuah teori komunikasi yang membahas mengenai perasaan ketidaknyamanan seseorang yang diakibatkan oleh sikap, pemikiran, dan perilaku yang tidak konsisten dan memotivasi seseorang untuk mengambil langkah demi mengurangi ketidaknyamanan tersebut. Wibowo (dalam Sarwono, S.W., 2009) mendefinisikannya sebagai keadaan tidak nyaman akibat adanya ketidaksesuaian antara dua sikap atau lebih serta antara sikap dan tingkah laku.

Saran
1.      Dalam pembelajaran, diperlukan adanya motivasi.
2.     Diharapkan pembaca dapat termotivasi dengan meningaktkan proses pembelajaran.
3.      Untuk meraih hasil belajar yang maksimal, siwa harus mempunyai motivasi untuk belajar, baik motivasi yang berasal dari dalam diri siswa itu sendiri maupun yang dari luar, seperti lingkungan.
4.      Pendidik harus mampu membangkitkan motivasi belajar peserta didik.
5.     Diperlukannya usaha-usaha yang dapat membangkitkan motivasi belajar khususnya dari pihak orang tua, pendidik maupun dari pihak sekolah untuk meningkatkan hasil belajar anak.
6.      Disarankan supaya guru meningkatkan motivasi belajar menggunakan metode  demonstrasi.
7.      Disarankan agar guru mampu mengembangkan atau melatih siswa agar lebih terampil.
8.      Diharapkan hasil makalah ini dapat berperan dalam proses belajar-mengajar dimasa mendatang sehingga suasana belajar menjadi lebih menyenangkan dan dapat memotivasi siswa untuk terus belajar.
9.      Disarankan dapat lebih fokus dalam memotivasi belajar anak sehingga hasil belajar dapat melibatkan aspek moral dan aspek emosional.
10.  Sebaiknya pendidik ataupun sebagai konselor memahami peran motivasi dalam belajar, supaya dapat memberikan motivasi terhadap peserta didik sehingga peserta didik dapat melakukan kegiatan belajar dengan hasil yang optimal.

DAFTAR PUSTAKA

Afifuddin dan Sutikno, Sobry. 2008. Pengelolaan pendidikan.
Departemen Pendidikan dan Kebudayaan. 1996. Kamus besar Bahasa Indonesia. Jakarta: Balai Pustaka.
Djamarah, Syaipul bahri .2002. Fisikologi Belajar.Cetakan I. Jakarta : Rimeka Cipta
Jamaris, Martini. 2013. Orientasi Baru Dalam Fisiologi Pendidikan. Bogor: Penerbit Gahlia Indonesia.
Pidarta, Made.2007. Landasan Kependidikan. Jakarta . PT. Asdi Mahasatya.
Santrok, Jon W. 2011. Fisikologi Pendidikan .Jakarta :Salemba Humanika
Slemato, 2003. Belajar dan faktor-faktor yang Mempengaruhinya .Jakarta: PT. Rineka cipta.
Sutikno,M.S. 2007. Menggagas Pembelajaran Efektif Dan Bermakna , Mataram :NTP Ppres
Sutikono, Subri. 2008. Landasan Pendidikan Bandung. Presfect.
Uno, B Hamzah ,2008. Teori Motivasi dan Pengukurannya : Analisis Dibidang Pendidikan : Jakarta Bumi Aksara

0 komentar:

Posting Komentar