MOTIVASI
(Pengertian, tujuan, teori-teori motivasi)
Oleh: Mariana Ibriani
Mahasiswa Semester VIII
STAI Al-Gazali Bone
Bab I
Pendahuluan
A. Latar Belakang
Sukses bertumpu pada dua hal yaitu kemampuan dan kemauan. Sukses belajar misalnya sangat tergantung pada
ketrampilan belajar yang dimiliki dan
seberapa kuat ia mau menggunakannya.
Tingkat kemauan (atau motivasi) orang berbeda-beda. karena alasan (motif)
yang berkait dengan kebutuhan untuk kegiatan yang sama, dapat berbeda-beda.
Motivasi memang berhubungan upaya memenuhi kebutuhan. Makin besar kebutuhan
makin besar pula dorongan dalam diri seseorang untuk mau melakukan
sesuatu. Karena itu peran motivasi untuk menunjang keberhasilan sangat
penting. Masalahnya, bagaimana cara
memotivasi diri sendiri dan juga orang lain?
Makalah dan
sajian lisan yang menyertainya ini, bertujuan memberikan pemahaman tentang
motivasi mengenai apa, mengapa,
bagaimana dan untuk apa, serta “memotivasi” untuk mau menerapkannya (paling tidak untuk memotivasi diri sendiri). Tindak
lanjut nyata dari kegiatan ini, oleh dan untuk diri kita sendiri, adalah ukuran keberhasilan kegiatan ini. Sukses
adalah gabungan dari kemampuan dan kemauan.
Hal itu juga ditunjukkan pada
“rumus” : P = f (a.m), yang
artinya : Performance adalah fungsi
dari ability dan motivation. Pintar saja tidak cukup, harus ada kemauan-motivasi
untuk menggunakan kepintarannya.
Kecerdasan intelektual (IQ), masih sangat memerlukan kecerdasan emosional
(EQ) untuk dapat menuai sukses. Kita tahu kepintaran, kemampuan, ketrampilan (ability) dapat ditingkatkan.
Berbagai pelatihan, kuliah, seminar, workshop,
ditujukan terutama untuk keperluan peningkatan kemampuan. Namun, tidak otomatis,
bahwa kemampuan tinggi membawa
kemauan yang besar. Banyak faktor memberi pengaruh pada beser-kecilnya
motivasi. Kemampuan tinggi dari para karyawan, jadi tidak bermakna bila mereka
tidak mau bekerja giat untuk mencapai hasil kerja yang optimal. Pertanyaan
penting yang terlintas di benak kami. Bagaimana upaya yang dapat
dilakukan untuk meningkatkan kemauan
(motivasi) orang lain, dan terutama untuk
diri sendiri? Inti mempimpin adalah memotivasi. Memang,
tantangan bagi pimpinan adalah bagaimana
memotivasi anggotanya. Penelitian Willian
James mengungkapkan bahwa seseorang akan dapat menggunakan hampir 80%
kemampuan mereka, apabila ia termotivasi dengan baik.
Rumusan masalah
Berdasarkan Latar Belakang diatas
maka penulis merumuskan Masalah antara
lain adalah sebagai berikut:
1.
Apa Pengertian Motivasi ?
2.
Apa saja Tujuan Motivasi ?
3.
Apa
saja Jenis-jenis Teori Motivasi ?
BAB II
Pembahasan
A. Pengertian Motivasi
Motivasi berasal dari kata motif yang berarti dorongan atau alasan. Motif
merupakan tenaga pendorong yang mendorong manusia untuk bertindak atau suatu
tenaga di dalam diri manusia, yang menyebabkan manusia bertindak atau melakukan
sesuatu. Motivasi merupakan tenaga pendorong yang mendorong manusia untuk
bertindak atau melakukan sesuatu. Sedangkan motivasi belajar adalah keseluruhan
daya penggerak psikis di dalam diri seseorang yang menimbulkan kegiatan
belajar, menjamin kelangsungan kegiatan belajar dan memberikan arah pada
kegiatan belajar itu demi mencapai suatu tujuan.
Menurut Dimyati dan Mudjiono (2006:80) “Motivasi dipandang sebagai dorongan
mental yang menggerakkan dan mengarahkan perilaku manusia termasuk perilaku
belajar”. Sejalan dengan itu, Ratumanan (2002:72) mengatakan
bahwa; “Motivasi adalah sebagai dorongan dasar yang menggerakkan seseorang bertingkah
laku”. Sedangkan motivasi belajar adalah “Keseluruhan daya penggerak psikis di
dalam diri siswa yang menimbulkan kegiatan belajar, menjamin kelangsungan
kegiatan belajar dan memberikan arah pada kegiatan belajar itu demi mencapai
suatu tujuan (Tadjab, 1994:102)”. Dari
beberapa pengertian di atas dapat dikatakan bahwa motivasi memiliki 3 komponen,
yaitu: a) kebutuhan,
kebutuhan terjadi bila individu merasa ada ketidak seimbangan antara apa yang
dimiliki dari apa yang ia harapkan; b) dorongan, merupakan kegiatan mental
untuk melakukan suatu.; dan c) tujuan, tujuan adalah hal yang ingin dicapai
oleh individu. Seseorang yang mempunyai
tujuan tertentu dalam melakukan suatu pekerjaan, maka ia akan melakukan
pekerjaan tersebut dengan penuh semangat.
Pengaruh motivasi terhadap seseorang tergantung seberapa besar motivasi itu
mampu membangkitkan motivasi seseorang untuk bertingkat laku. Dengan motivasi
yang besar, maka seseorang akan melakukan sesuatu pekerjaan dengan lebih
memusatkan pada tujuan dan akan lebih intensif pada proses pengerjaannya. Dalam
kegiatan belajar, motivasi dapat dikatakan sebagai keseluruhan daya penggerak
di dalam diri seseorang yang menimbulkan kegiatan belajar, yang menjamin
kelangsungan dari kegaitan belajar dan memberikan arah pada kegiatna belajar,
sehingga tujuan yang dikehendaki oleh subyek belajar itu dapat tercapai.
Motivasi dapat dibedakan menjadi motivasi intrinsik dan motivasi ekstrinsik
(Sardiman, 2005:189). Motivasi instrinsik adalah motif-motif yang menjadi aktif
atau berfungsinya tidak perlu dirangsang dari luar, karena dalam diri setiap
individu sudah ada dorongan untuk melakukan sesuatu. Sedangkan motivasi
ekstrinsik adalah motif-motif yang aktif dan berfungsinya karena adanya
perangsang dari luar. Sejalan dengan itu pula, Suryabrata (1994:72) juga
membagi motivasi menjadi 2 yaitu: a) motivasi ekstrinsik, yaitu motivasi yang
berfungsi karena adanya rangsangan dari luar; dan b) motivasi intrinsik, yaitu
motivasi yang berfungsi meskipun tidak mendapat rangsangan dari luar.
Dari uraian di atas dapat disimpulkan bahwa motivasi belajar pada dasarnya
ada dua yaitu: motivasi yang datang sendiri dan motivasi yang ada karena adanya
rangsangan dari luar. Kedua bentuk motivasi belajar ini sangat berpengaruh
terhadap prestasi belajar. Setiap motivasi itu bertalian erat hubungan dengan
tujuan atau suatu cita-cita, maka makin tinggi harga suatu tujuan itu, maka
makin kuat motivasi seseorang untuk mencapai tujuan. Purwanto (1996:70)
mengatakan bahwa fungsi motivasi ada 3 yaitu: a) motivasi itu mendorong manusia
untuk berbuat atau bertindak, motivasi ini berfungsi sebagai penggerak atau
sebagai motor yang memberikan energi kepada seseorang untuk melakukan sesuatu
b) motivasi itu menentukan arah perbuatan ke arah perwujudan suatu tujuan atau
cita-cita, dalam hal ini motivasi mencegah penyelewengan dari jalan yang harus
ditempuh untuk mencapai tujuan itu, sehingga makin jelas tujuan itu, makin
jelas pula terbentang jalan yang harus ditempuh dan c) motivasi itu menyeleksi
perbuatan kita, artinya menentukan perbuatan mana yang dilakuan dilakukan, yang
serasi, guna mencapai tujuan itu dengan mengenyampingkan perbuatan yang tidak
bermanfaat bagi tujuan itu.
Dalam
kajian teori motivasi ada yang dikenal dengan teori kebutuhan. Teori ini
dikemukakan oleh A.H. Maslow yang mengemukakan bahwa orang termotivasi untuk
melakukan sesuatu karena didasari adanya kebutuhan dalam dirinya, yang terbagi
menjadi 5 (lima) kebutuhan yaitu: (1) kebutuhan fisiologis yang merupakan
kebutuhan manusia untuk bertahan hidup atau juga disebut kebutuhan pokok yang
terdiri dari kebutuhan makan, minum, pakaian, dan tempat tinggal; (2) kebutuhan
rasa aman yang meliputi keamanan akan perlindungan dari bahaya kecelakaan kerja
dan jaminan hari tua; (3) kebutuhan sosial yang berupa kebutuhan-kebutuhan
seseorang untuk diterima dalam kelompok tertentu yang menyenangkan bagi
dirinya; (4) kebutuhan penghargaan seperti halnya kabutuhan bagi seorang
pegawai yang bekerja dengan baik tentu ingin mendapat penghargaan dan pengakuan
dari atasan ataupun pujian dari teman kerjanya atas prestasinya dan; (5)
kebutuhan aktualisasi diri yang berupa kebutuhan yang muncul dari seseorang
dalam proses pengembangan potensi dan kemampuannya untuk menunjukkan jati
dirinya yang sebenarnya (Hasibuan, 2003:104-107)
B. Tujuan Motivasi.
Tujuan utama Motivasi meningkatkan
motivasi adalah untuk meningkatkan kinerja (performance).
Kinerja memang dipengaruhi oleh motivasi. Ingat bahwa, Performance merupakan fungsi dari Compenent dan Commitment. Sedangkan komitmen yang merupakan gabungan dari
konfiden (percaya diri) dan motivasi. Lebih spesifik, peningkatan motivasi diperlukan untuk:
a.
Menggairahkan
dan meningkatkan semangat (bekerja, belajar, dll..)
b.
Meningkat moral dan kepuasannya
c.
Meningkatkan kinerja, loyalitas, disiplin, keefektivan
d.
Meningkatkan kreativitas dan
partisipasi
e.
Menumbuhkan
suasana lingkungan yang lebih kondusif
f.
Mempertinggi rasa tanggung jawab,
C. Jenis-Jenis Teori Motivasi
Teori Dorongan(Drive
Teori)
Teori ”drive” bisa diuraikan sebagai
teori-teori dorongan tentang motivasi, perilaku didorong ke arah tujuan oleh
keadaan-keadaan yang mendorong dalam diri seseorang. Secara umum , teori-teori
drive mengatakan hal-hal berikut : ketika suatu keadaan dorongan internal
muncul, individu di dorong untuk mengaturnya dalam perilaku yang akan mengarah
ke tujuan yang mengurangi intensitas keadaan yang mendorong. Pada manusia dapat
mencapai tujuan yang memadai yang mengurangi keadaan dorongan apabila dapat
menyenangkan dan memuaskan.
Teori-teori Drive berbeda dalam
sumber dari keadaan terdorong yang memaksa manusia atau binatang bertindak.
Beberapa teori, termasuk teori Freud, dipahami oleh keadaan terdorong sejak
belum lahir, atau instingtif. Tentang perilaku binatang, khususnya ahli
ethologi telah mengusulkan suatu penjelasan suatu mekanisme dorongan sejak
kelahiran (tinbergen, lorenz, dan leyhausen dalam morgan, dkk. 1986).
Teori-teori drive yang lain telah mengembangkan peran belajar dalam keaslian keadaan terdorong. Keadaan terdorong yang dipelajari menjadi ciri
abadi dari orang tertentu dan mendorong orang itu
ke arah tujuan yang memadai, orang lain mungkin belajar motif sosial yang lain
dan didorong ke arah tujuan yang berbeda.
Teori Insentif
Teori insentif menjelaskan motivasi
dalam kaitannya dengan stimuli atau penghargaan eksternal. Berbeda dengan
dorongan atau teori pengurangan penggerak, para psikolog telah mengajukan teori
insentif karena stimulus eksternal dianggap menarik seseorang untuk beberapa
tujuan. (Iram, 2008). Teori ini mengatakan bahwa seseorang akan bergerak atau
mengambil tindakan karena ada insentif yang akan di dapatkan. Misalnya,
seseorang mau bekerja dari pagi sampai sore karena tahu bahwa ia akan
mendapatkan intensif berupa gaji, jika seseorang tahu akan mendapatkan
penghargaan, maka ia pun akan bekerja lebih giat lagi dalam bekerja (Mustopa, 2011),
atau contoh insentif yang paling umum dan paling dikenal oleh anak-anak
misalnya jika anak naik kelas akan dibelikan sepeda baru oleh orangtua, maka
anak akan belajar dengan tekun untuk mendapatkan sepeda baru tersebut. Ada
sesuatu tentang tujuan itu sendiri yang memotivasi perilaku. Karena ciri-ciri
tertentu yang mereka miliki, objek tujuan mendorong perilaku kearah tujuan
tersebut. Objek-objek tujuan yang memotivasi perilaku inilah yang disebut
dengan insentif. Satu bagian penting dari banyak teori insentif
adalah bahwa individu-individu mengharapkan kesenangan dari pencapaian dari apa
yang mereka sebut dengan insentif positif dan dari penghindaraan dari apa yang
disebut dengan insentif negatif. (Bachtiar, 2010)
Imbalan atau penghargaan
(insentif), baik terukur atau tak terukur, diberikan setelah kejadian dari satu
tindakan (yaitu. perilaku) dengan tujuan agar perilaku terjadi lagi. Ini
dilakukan dengan berasumsi arti positif pada perilaku tersebut. Studi
menunjukkan jika seseorang mendapat imbalan dengan seketika atau sesegera
mungkin, pengaruhnya akan lebih besar, dan menurun dengan berjalannya waktu.
Aksi berulang memberi imbalan atau
penghargaan dapat menyebabkan perilaku tersebut untuk menjadi suatu kebiasaan (Wikipedia). Insentif tak
terukur/tak berwujud juga dikenal sebagai imbalan intrinsik, sementara insentif
terukur/berwujud juga dikenal sebagai imbalan ekstrinsik. Kadang kala, satu
jenis imbalan dapat digantikan dengan yang lain. Ini biasanya terjadi ketika
suatu imbalan intrinsik digantikan dengan imbalan ekstrinsik. Sebagai contoh,
mempertimbangkan seseorang yang jadi dokter.
Pada awalnya, orang mungkin menjadi
dokter karena dia menikmati untuk menolong orang lain (intrinsik) kemudian,
alasan untuk menjadi dokter mungkin dapat berubah ke uang (ekstrinsik).
Misalnya, pengurangan jumlah insentif harus dilakukan sebuah rumah sakit, dan
mereka menawarkan pada dokter sebuah pilihan: berlanjut sebagai dokter dan
menolong orang namun dengan satu potongan gaji(insentif), atau menjadi
pengurus/administrasi namun mendapat uang dibandingkan sebelum. Dokter akan
mungkin memilih menjadi pengurus meskipun ini berarti dia tidak akan menolong
orang-orang lagi sebab imbalan eksternal dari upah sebagai pengurus akan
melebihi imbalan internal dari kepuasan yang diperoleh saat menolong
orang-orang.
Teori
Disonan Kognitif
Teori disonansi kognitif merupakan
sebuah teori komunikasi yang membahas mengenai perasaan ketidaknyamanan
seseorang yang diakibatkan oleh sikap, pemikiran, dan perilaku yang tidak
konsisten dan memotivasi seseorang untuk mengambil langkah demi mengurangi
ketidaknyamanan tersebut. Wibowo
(dalam Sarwono, S.W., 2009) mendefinisikannya sebagai keadaan tidak nyaman
akibat adanya ketidaksesuaian antara dua sikap atau lebih serta antara sikap
dan tingkah laku.
Festinger (1957), berpendapat bahwa
disonansi terjadi apabila terdapat hubungan yang bertolak belakang, yang
diakibatkan oleh penyangkalan dari satu elemen kognitif terhadap elemen lain,
antara elemen-elemen kognitif dalam diri individu. Hubungan yang bertolak belakang tersebut, terjadi bila ada penyangkalan
antara elemen kognitif yang satu dengan yang lain. Disonansi
kognitif tidak hanya bisa timbul dari diri seseorang saja, tetapi juga dapat
timbul akibat pengaruh faktor eksternal di luar dirinya. Bila terjadi disonansi, ada sesuatu yang harus dilepas, atau ada
ketidaksesuaian antara suatu keyakinan dengan keyakinan-keyakinan atau sikap
yang penting. Bersikeras mempertahankan kedua-duanya, akan terasa sangat
menyiksa.
Teori Harapan
Victor H. Vroom, dalam bukunya yang
berjudul “Work And Motivation” mengetengahkan suatu teori yang disebutnya
sebagai “ Teori Harapan”. Menurut teori ini, motivasi merupakan akibat suatu
hasil dari yang ingin dicapai oleh seorang dan perkiraan yang bersangkutan
bahwa tindakannya akan mengarah kepada hasil yang diinginkannya itu. Artinya,
apabila seseorang sangat menginginkan sesuatu, dan jalan tampaknya terbuka
untuk memperolehnya, yang bersangkutan akan berupaya mendapatkannya. Dinyatakan dengan cara yang sangat sederhana, teori harapan berkata bahwa
jika seseorang menginginkan sesuatu dan harapan untuk memperoleh sesuatu itu
cukup besar, yang bersangkutan akan sangat terdorong untuk memperoleh hal yang
diinginkannya itu. Sebaliknya, jika harapan memperoleh hal yang diinginkannya
itu tipis, motivasinya untuk berupaya akan menjadi rendah. Di kalangan ilmuwan dan para praktisi manajemen sumber daya manusia teori
harapan ini mempunyai daya tarik tersendiri karena penekanan tentang pentingnya
bagian kepegawaian membantu para pegawai dalam menentukan hal-hal yang
diinginkannya serta menunjukkan cara-cara yang paling tepat untuk mewujudkan
keinginannnya itu. Penekanan ini dianggap penting karena pengalaman menunjukkan
bahwa para pegawai tidak selalu mengetahui secara pasti apa yang diinginkannya,
apalagi cara untuk memperolehnya.
Menurut teori ini, motivasi
merupakan akibat suatu hasil dari yang ingin dicapai oleh seorang dan perkiraan
yang bersangkutan bahwa tindakannya akan mengarah kepada hasil yang
diinginkannya itu. Artinya, apabila seseorang sangat menginginkan sesuatu,dan jalan
tampaknya terbuka untuk memperolehnya,yang bersangkutan akan berupaya
mendapatkannya. Dinyatakan dengan cara yang sangat sederhana, teori harapan
berkata bahwa jika seseorang menginginkan sesuatu dan harapan untuk memperoleh
sesuatu itu cukup besar, yang bersangkutan akan sangat terdorong untuk
memperoleh hal yang diinginkannya itu. Sebaliknya, jika harapan memperoleh hal
yang diinginkannya itu tipis, motivasinya untuk berupaya akan menjadi rendah.
Dalam lembaga pendidikan guru ataupun siswa akan melakukan apa saja jika mereka
melihat suatu peluang apalagi peluang itu terbuka dengan lebar. Apalagi di
lembaga pendidikan orang-orang ataupun masyarakat banyak menggantugkan
harapannya untuk mencapai cita-cita merekam, dengan melaksanakan teori
ini maka warga sekolah akan sangat termotivasi sekali untuk dapat mewujudakan
harapan-harapan mereka tersebut. Teori Harapan ini didasarkan atas:
a). Harapan (Expectancy), adalah suatu kesempatan yang
diberikan akan terjadi karena perilaku. Harapan akan berkisar antara nilai
negatif (sangat tidak diinginkan sampai dengan nilai positif (sangat
diinginkan). Harapan negatif menunjukkan tidak ada kemungkinan sesuatu hasil
akan muncul sebagai akibat dari tindakan tertentu, bahkan hasilnya bisa lebih
buruk. Sedangkan harapan positif menunjukkan kepastian bahwa hasil tertentu
akan muncul sebagai konsekuensi dari suatu tindakan atau perilaku.
b). Nilai (Valence), adalah kekuatan relatif dari
keinginan dan kebutuhan seseorang. Suatu intensitas kebutuhan untuk mencapai
hasil, berkenaan dengan preferensi hasil yang dapat dilihat oleh setiap
individu. Bagi seorang individu, perilaku tertentu mempunyai nilai tertentu.
Suatu hasil mempunyai valensi positif apabila dipilih, tetapi sebaliknya
mempunyai valensi negatif jika tidak dipilih.
c). Pertautan
(Instrumentality), yaitu besarnya kemungkinan bila bekerja secara efektif,
apakah akan terpenuhi keinginan dan kebutuhan tertentu yang diharapkannya.
Indeks yang merupakan tolok ukur berapa besarnya perusahaan akan memberikan
penghargaan atas hasil usahanya untuk pemuasan kebutuhannya.
Dalam hal ini Victor Vroom (1994) yang pertama kali
mengemukakan teori harapan secara konseptual dengan mengajukan persamaan
sebagai berikut :
Sumber : John R. Schermerhorn, Jr.,
Management for Productivity, 3rd., New York; John Wiley & Sons,
1989.
Hubungan antara unsur Teori Harapan (Harapan,
Instrumen dan Valensi) Robert E. Quinn selanjutnya menjelaskan sepeti berikut :
bahwa hubungan fundamental dari ketiga unsur-unsur teori harapan dengan
persamaan yang baru sebenarnya sama. Bedanya teori yang terakhir telah
dikembangkan dengan mempertimbangkan beberapa hasil usaha.. Bila motivasinya
rendah jangan berharap hasil kerjanya (kinerjanya) baik. Dan motivasi
dipengaruhi oleh berbagai pertimbangan pribadi seperti rasa tertarik atau
memperoleh harapan.Selanjutnya dapat dipahami bahwa kinerja kaeyawan sangat
mempengaruhi kinerja organisasi di mana di atau mereka berperan sebagai pelaku.
Teori Motivasi Berprestasi
Motivasi berprestasi pertama kali
diperkenalkan oleh Murray (dalam Martaniah, 1998) yang diistilahkan dengan need
for achievement dan dipopulerkan oleh Mc Clelland (1961) dengan sebutan
“n-ach”, yang beranggapan bahwa motif berprestasi merupakan virus mental sebab
merupakan pikiran yang berhubungan dengan cara melakukan kegiatan dengan lebih
baik daripada cara yang pernah dilakukan sebelumnya. Jika sudah terjangkit
virus ini mengakibatkan perilaku individu menjadi lebih aktif dan individu
menjadi lebih giat dalam melakukan kegiatan untuk mencapai prestasi yang lebih
baik dari sebelumnya.
Motivasi berprestasi ini membuat
prestasi sebagai sasaran itu sendiri. Individu yang dimotivasi untuk prestasi
tidak menolak penghargaan itu, tidak sungguh-sungguh merasa senang jika dalam
persaingan yang berat ia berhasil memenangkannya dengan jerih payah setelah mencapai
standar yang ditentukan. Individu yang mempunyai dorongan berprestasi tinggi
umumnya suka menciptakan risiko yang lunak yang bisa memerlukan cukup banyak
kekaguman dan harapan akan hasil yang berharga, keterampilan dan ketetapan
hatinya yang menunjukkan suatu kemungkinan yang masuk akal daripada hasil yang
dicapai dari keuntungan semata. Jika memulai suatu pekerjaan, individu yang
mempunyai dorongan prestasi tinggi ingin mengetahui bagaimana pekerjaannya, ia
lebih menyukai aktivitas yang memberikan umpan balik yang cepat dan tepat.
Teori Motivasi Kompetensi
Teori ini
menyatakan bahwa setiap manusia mempunyai keinginan untuk menunjukkan
kompetensi dengan menaklukkan lingkungannya. Keterampilan tersebut antara lain
keterampilan untuk mengevaliasi diri sehubungan dengan pelaksanaan tugas
tersebut, nilai tugas siswa, harapan untuk tugas dalam tugas, patokan
keberhasilan tugas, locus of control dan penguatan diri. Guru dapat
meningkatkan motivasi siswa dengan menerapkan pendekatan internal sehingga kerja
siswa dapat berubah sehingga siswa dapat mengontrol prestasi siswa. Siswa dapat
mengontrol prestasi siswa antara lain dengan mengevaluasi diri sehubungan
dengan tugas, menyusun control guru-siswa terhadap tugas, tangguh jawab tugas,
harapan-harapan positif untuk berhasil dan umpan balik atas penyelesaian tugas.
Bab III
Penutup
Kesimpulan
Menurut,
pembahasan materi dalam makalah kami, dapat disimpulkan bahwa motivasi adalah
suatu dorongan keinginan pada diri seseorang untuk menjadi individu yang lebih baik.
Lebih lanjut dikatakan bahwa motivasi yang ada pada diri seseorang akan
mewujudkan sesuatu perilaku yang di arahkan pada tujuan untuk mencapai sasaran
kepuasan.
Tujuan utama Motivasi meningkatkan
motivasi adalah untuk meningkatkan kinerja (performance).
Kinerja memang dipengaruhi oleh motivasi. Ingat bahwa, Performance merupakan fungsi dari Compenent dan Commitment. Sedangkan komitmen yang merupakan gabungan dari
konfiden (percaya diri) dan motivasi. Lebih spesifik, peningkatan motivasi diperlukan untuk:
a. Menggairahkan dan meningkatkan semangat (bekerja, belajar, dll..)
b.
Meningkat moral dan kepuasannya
c.
Meningkatkan kinerja, loyalitas, disiplin, keefektivan
d.
Meningkatkan kreativitas dan
partisipasi
e.
Menumbuhkan
suasana lingkungan yang lebih kondusif
f. Mempertinggi
rasa tanggung jawab,
Jenis-Jenis Teori Motivasi Teori Dorongan(Drive Teori) Teori ”drive” bisa diuraikan sebagai
teori-teori dorongan tentang motivasi, perilaku didorong ke arah tujuan oleh
keadaan-keadaan yang mendorong dalam diri seseorang. Secara umum , teori-teori
drive mengatakan hal-hal berikut : ketika suatu keadaan dorongan internal
muncul, individu di dorong untuk mengaturnya dalam perilaku yang akan mengarah
ke tujuan yang mengurangi intensitas keadaan yang mendorong. Pada manusia dapat
mencapai tujuan yang memadai yang mengurangi keadaan dorongan apabila dapat
menyenangkan dan memuaskan. Teori insentif menjelaskan motivasi dalam kaitannya
dengan stimuli atau penghargaan eksternal. Berbeda dengan dorongan atau teori
pengurangan penggerak, para psikolog telah mengajukan teori insentif karena
stimulus eksternal dianggap menarik seseorang untuk beberapa tujuan. Teori
disonansi kognitif merupakan sebuah teori komunikasi yang membahas mengenai
perasaan ketidaknyamanan seseorang yang diakibatkan oleh sikap, pemikiran, dan
perilaku yang tidak konsisten dan memotivasi seseorang untuk mengambil langkah
demi mengurangi ketidaknyamanan tersebut. Wibowo
(dalam Sarwono, S.W., 2009) mendefinisikannya sebagai keadaan tidak nyaman
akibat adanya ketidaksesuaian antara dua sikap atau lebih serta antara sikap
dan tingkah laku.
Saran
1. Dalam pembelajaran, diperlukan adanya motivasi.
2. Diharapkan pembaca dapat termotivasi dengan meningaktkan proses
pembelajaran.
3. Untuk meraih hasil belajar yang maksimal, siwa harus mempunyai motivasi
untuk belajar, baik motivasi yang berasal dari dalam diri siswa itu sendiri
maupun yang dari luar, seperti lingkungan.
4. Pendidik harus mampu membangkitkan motivasi belajar peserta didik.
5. Diperlukannya usaha-usaha yang dapat membangkitkan motivasi belajar
khususnya dari pihak orang tua, pendidik maupun dari pihak sekolah untuk
meningkatkan hasil belajar anak.
6. Disarankan supaya guru meningkatkan motivasi belajar menggunakan metode demonstrasi.
7. Disarankan agar guru mampu mengembangkan atau melatih siswa agar lebih
terampil.
8. Diharapkan hasil makalah ini dapat berperan dalam proses belajar-mengajar
dimasa mendatang sehingga suasana belajar menjadi lebih menyenangkan dan dapat
memotivasi siswa untuk terus belajar.
9. Disarankan dapat lebih fokus dalam memotivasi belajar anak sehingga hasil
belajar dapat melibatkan aspek moral dan aspek emosional.
10. Sebaiknya pendidik ataupun sebagai konselor memahami peran motivasi dalam
belajar, supaya dapat memberikan motivasi terhadap peserta didik sehingga
peserta didik dapat melakukan kegiatan belajar dengan hasil yang optimal.
DAFTAR PUSTAKA
Afifuddin
dan Sutikno, Sobry. 2008. Pengelolaan
pendidikan.
Departemen Pendidikan dan Kebudayaan. 1996. Kamus
besar Bahasa Indonesia. Jakarta: Balai Pustaka.
Djamarah,
Syaipul bahri .2002. Fisikologi Belajar.Cetakan
I. Jakarta : Rimeka Cipta
Jamaris,
Martini. 2013. Orientasi Baru Dalam
Fisiologi Pendidikan. Bogor: Penerbit Gahlia Indonesia.
Pidarta,
Made.2007. Landasan Kependidikan.
Jakarta . PT. Asdi Mahasatya.
Santrok, Jon
W. 2011. Fisikologi Pendidikan .Jakarta
:Salemba Humanika
Slemato,
2003. Belajar dan faktor-faktor yang
Mempengaruhinya .Jakarta: PT. Rineka cipta.
Sutikno,M.S.
2007. Menggagas Pembelajaran Efektif Dan
Bermakna , Mataram :NTP Ppres
Sutikono,
Subri. 2008. Landasan Pendidikan Bandung. Presfect.
Uno, B
Hamzah ,2008. Teori Motivasi dan Pengukurannya : Analisis Dibidang
Pendidikan : Jakarta Bumi Aksara
0 komentar:
Posting Komentar