PERANAN
TAMAN PENDIDIKAN AL-QUR’AN
(TPA) DALAM MEMPERSIAPKAN GENERASI
MUDA YANG BERKUALITAS DI TAMAN
PENDIDIKAN AL-QUR’AN (TPA) RABBANI SYUHADA’ DESA MAPPALO ULAWENG KECAMATAN
AWANGPONE
KABUPATEN BONE
ANDI ITING
STAI Al Gazali
Bone
Penelitian ini
bertujuan untuk mengetahui peranan Taman Pendidikan Al-qur’an (TPA) mempersiapkan generasi muda yang
berkualitas Di Taman Pendidikan al-Qur’an (TPA) Rabbani Syuhada’ Desa Mappalo Ulaweng Kecamatan Awangpone Kabupaten
Bone dalam mempersiapkan generasi muda yang berkualitas.
Selain itu, untuk mengetahui faktor pendukung dan faktor penghambat dari
pengembangan Taman Pendidikan al-Qur’an
(TPA) Rabbani Syuhada’ Desa Mappalo
Ulaweng Kecamatan Awangpone Kabupaten Bone. Penelitian ini menggunakan
penelitian kualitatif karena penelitian berusaha mengungkapkan fakta yang ada
secara alamiah di Taman Pendidikan
al-Qur’an (TPA) Rabbani Syuhada’ Desa
Mappalo Ulaweng Kecamatan Awangpone Kabupaten Bone. Jenis pendekatan
yang digunakan adalah Penelitian deskriptif kualitatif. Metode pengumpulan data
yang dilakukan dalam penelitian ini berupa observasi, wawancara, dan
dokumnetasi. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa Peranan Taman Pendidikan al-Qur’an (TPA) Rabbani
Syuhada’ Desa Mappalo Ulaweng Kecamatan
Awangpone Kabupaten Bone dalam mempersiapkan generasi muda yang
berkualitas sudah dilakukan oleh Ketua Unit dan Ustadz serta Ustadzah, dan
bentuk aplikasi peranannya adalah dengan memperbaiki dan menerapkan beberapa
metode pengajaran yang bervariasi yang disesuaikan dengan kondisi dan keadaan
anak-anak. Pada
pembelajaran Al-qur’an digunakan metode hafalan dan metode iqra’, dan pada
pembelajaran akhlak digunakan metode pembiasaan, metode pemberian tugas, metode nasehat, dan metode problem solving. Adapun faktor yang
mendukung dari pengembangan Taman
Pendidikan al-Qur’an (TPA) Rabbani Syuhada’
Desa Mappalo Ulaweng Kecamatan Awangpone Kabupaten Bone adalah
adanya dukungan dan perhatian yang besar dari orangtua santri, serta adanya
kesungguhan dan kerjasama yang baik di antara para ustadz dan ustadzah. Faktor
yang menghambat dari pengembangan Taman
Pendidikan al-Qur’an (TPA) Rabbani Syuhada’
Desa Mappalo Ulaweng Kecamatan Awangpone Kabupaten Bone adalah
kurangnya fasilitas serta kurang perhatiannya pengurus yayasan terhadap
pengembangan TPA.
A.
PENDAHULUAN
Pendidikan
secara umum bertujuan mencetak dan membangun manusia Indonesia seutuhnya. Dalam hal ini bahwa pendidikan khususnya
pendidikan agama tidak hanya menyiapkan generasi muda yang cerdas dari
intelektual saja tetapi lebih dari itu, pendidikan dioptimalkan terhadap
pengembangan manusia yang berkrepribadian dan memiliki integritas kejiwaan. Hal
ini sesuai pula dengan tujuan pendidikan yang terdapat dalam UU No 20 Tahun
2003 yaitu Untuk berkembangnya potensi anak didik agar menjadi manusia yang
beriman dan bertaqwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, cakap,
kreatif, mandiri, serta menjadi warga Negara yang demokratif dan
bertanggungjawab.
Tujuan pendidikan dewasa ini semakin meningkat, hal ini
merupakan dorongan yang sangat kuat untuk perkembangan ilmu pengetahuan dan
teknologi yang semakin maju untuk memenuhi kebutuhan hidup yang semakin rupa,
maka tidak bisa dielakkan lagi kalau pendidikan memegang peranan yang sangat
penting dalam menghadapi perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi serta
pendidikan umum maupun pendidikan khusus, sesuai dengan tujuan pendidikan itu
sendiri. Hal ini sesuai dengan firman Allah swt dalam surah Al-A’laa ayat 14
sampai 17 sebagai berikut:
Terjemahnya:
Sesungguhnya beruntunglah orang yang
membersihkan diri (dengan beriman), dan Dia ingat nama Tuhannya, lalu Dia
sembahyang. Tetapi kamu (orang-orang kafir) memilih kehidupan duniawi. Sedang
kehidupan akhirat adalah lebih baik dan lebih kekal.
Berdasarkan ayat di atas, bahwa tujuan pendidikan difokuskan
pada pembentukan pribadi muslim yang sanggup melaksanakan syariat Islam melalui
proses pendidikan spiritual menuju makrifat kepada Allah swt. Tujuan ini terisi
penuh dengan nilai rohani Islam dan berorientasi kepada kebahagiaan hidup di
akhirat serta ayat ini dijadikan tumpuan cita-cita hidupnya.
Pendidikan suatu
proses, baik berupa pemindahan maupun penyempurnaan yang melibatkan dan
mengikutsertakan bermacam-macam komponen dalam rangka mencapai tujuan yang
diharapkan. Pendidikan dilakukan seumur hidup, sejak usia dini sampai akhir
hayat atau dengan kata lain pendidikan sepanjang hayat. Indonesia yang
merupakan negara majemuk terdiri dari beragam budaya dan agama memiliki jumlah
penduduk yang jumlahnya kurang lebih dua juta orang. Salah satu agama yang
banyak dianut oleh penduduk Indonesia adalah agama Islam. Agama Islam mempunyai
satu sendi yang esensial yang berfungsi member petunjuk ke jalan yang
sebaik-baiknya.
Agama Islam merupakan ajaran agama yang di dalamnya mengajarkan tatanan
kehidupan manusia yang akan menyelamatkan manusia menuju kehipan yang bahagia.
Agama Islam merupakan agama, ajaran, jalan hidup, peraturan, atau undang-undang
yang datang dari Allah swt untuk umat manusia agar senantiasa tunduk dan patuh
pada perintah-perintahNya dan senantiasa siap meninggalkan segala
larangan-laranganNya.
Allah
swt menurunkan Al-qur’an kepada Nabi Muhammad saw untuk mengeluarkan umat
manusia dari kegelapan dan kebodohan menuju cahaya islam sehingga menjadi
benar-benar umat atau generasi terbaik. Al-qur’an juga dijadikan sebagai
pedoman bagi manusia dalam menata kehidupannya agar memperoleh kebahagiaan
dunia dan akhirat. Konsep-konsep yang dibawa Al-qur’an selalu relevan atau
sesuai dengan masalah-masalah yang dihadapi oleh manusia sebagai bahan masukan
terhadap pemecahan permasalahan yang dihadapi oleh manusia. Dalam arti lain
bahwa kajian tentang Al-qur’an tidak dapat dipisahkan dari konteks
kesejahteraan yang meliputi nilai-nilai sosial, budaya, politik, ekonomi dan
nilai-nilai moral dalam kehidupan manusia.
Berbagai
permasalahan dan persoalan yang timbul dalam masyarakat perlu diantisipasi
dewasa ini. Berbagai permasalahan yang terjadi di sekitar masyarakat seperti
adanya kasus anak yang membunuh temannya hanya karena permasalahan yang sepele.
Permasalahan anak seperti ini perlu diantisipasi dengan berbagai macam cara
atau metode agar hal seperti itu tidak terjadi lagi di sekitar masyarakat.
Padahal anak-anak usia muda merupakan satu kesatuan kelompok yang diharapkan
mampu menjadi generasi penerus di masa mendatang. Anak-anak usia dini tersebut
merupakan generasi muda atau cikal bakal penerus bangsa Indonesia. Namun kenyataan telah menunjukkan bahwa perubahan zaman yang
ditandai dengan kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi selalu mengakibatkan
perubahan sosial dengan semakin canggihnya teknologi komunikasi, tranportasi
dan sistem informasi membuat perubahan masyarakat melaju dengan cepat. Dalam
menghadapi situasi demikian anak-anak memiliki jiwa yang lebih sensitif, yang
pada akhirnya tidak sedikit anak-anak terjerumus kepada hal-hal yang
bertentangan dengan makna moral, norma agama, norma susila serta norma hidup di
masyarakat karena lupa dengan apa yang dilakukan oleh pendahulu kita. Oleh karena itu,
dibutuhkan sebuah lembaga pendidikan yang mengajarkan generasi muda untuk
belajar dan memahami nilai-nilai agama yang terkandung di dalam Al-qur’an
sebagai pedoman dalam menjalani kehidupan agar tidak mudah terjerumus dan
mendapatkan kebahaigaan dunia dan akhirat.
Salah satu
lembaga pendidikan yang dapat mengajak generasi muda untuk belajar dan memahami
nilai-nilai agama yang terkandung dalam al-qur’an adalah Taman Pendidikan
Al-Qur’an (TPA) Rabbani Syuhada’ Desa
Mappalo Ulaweng Kecamatan Awangpone Kabupaten Bone yang terletak di wilayah
Kecamatan Awangpone. Berdasarkan observasi awal yang dilakukan peneliti,
terlihat di lembaga pendidikan ini, anak-anak sebagai generasi muda antusias
belajar agama Islam dan menghafal Al-qur’an yang dipandu oleh ustadz dan
ustadzah. Anak-anak itu merupakan generasi
yang akan datang dapat diperkirakan bahwa mereka sekarang adalah pencerminan
masyarakat yang akan datang. Baik buruknya bentuk masyarakat, bangunan moral
dan intelektual, dalam penghayatan terhadap agama, kesadaran kebangsaan,
tingkat dan drajat kamajuan, perilaku dan kepribadian antara sesama masyarakat
yang akan datang tergantung pada anak-anak sekarang.
Berdasarkan
latar belakang di atas, maka penulis tertarik untuk mengungkap permasalahan
yang terkait dengan hal itu dalam suatu judul penelitian : “Peranan Taman
Pendidikan Al-Qur’an (TPA) Rabbani Syuhada’
Desa Mappalo Ulaweng Kecamatan Awangpone Kabupaten Bone yang terletak di
wilayah Kecamatan Awangpone.
B.
PEMBAHASAN
1.
Konsep
Taman Pendidikan Al-qur’an (TPA)
Taman Pendidikan Al-qur’an (TPA
) adalah lembaga pendidikan atau pengajaran islam untuk anak-anak usia
sekolah dasar (6-12 tahun) yang menjadikan santri mampu membaca Al-qur’an yang
baik dan benar sebagai target pokoknya. Taman pendidikan Al-qur’an (TPA)
adalah salah satu model lembaga pendidikan Alqur’an yang berusaha memberikan
pengalaman belajar kepada santri agar mencinta, mengilmui, mengamalkan
Al-qur’an serta membacanya dengan baik dan fasih, menulis dengan baik, sehingga
Al-qur’an menjadi bacaan dan pandagan hidup seharihari. Pendidikan berbasis masyarakat adalah
penyelenggaraan pendidikan berdasarkan kekhasan agama, sosial, budaya,
aspirasi, dan potensi masyarakat sebagai perwujudan pendidikan dari, oleh dan
untuk masyarakat. Masyarakat melahirkan beberapa lembaga pendidikan nonformal
sebagai bentuk tanggung jawab masyarakat terhadap pendidikan. Masyarakat
merupakan kumpulan individu dan kelompok yang terikat oleh kesatuan bangsa,
negara, kebudayaan, dan agama. Setiap masyarakat, memiliki cita-cita yang
diwujudkan melalui peraturan-peraturan dan sistem kekuasaan tertentu. Islam
tidak membebaskan manusia dari tanggungjawabnya sebagai anggota
masyarakat,
merupakan bagian yang
integral sehingga harus tunduk pada norma-norma yang berlaku dalam
masyarakatnya. Begitu juga dengan tanggungjawabnya dalam melaksanakan
tugas-tugas pendidikan. Adanya tanggung jawab masyarakat terhadap pendidikan,
maka masyarakat akan menyelanggarakan kegiatan pendidikan yang dikategorikan
sebagai lembaga pendidikan nonformal. Sebagai lembaga pendidikan non formal,
masyarakat menjadi bagian penting dalam proses pendidikan, tetapi tidak
mengikuti peraturan-peraturan yang tetap dan ketat. Meskipun demikian,
lembaga-lembaga tersebut juga memerlukan pengelolaan yang profesional dalam
suatu organisasi dengan manajemen yang baik.
Pertumbuhan dan perkembangan Taman
Pendidikan Al-qur’an (TPA) cukup pesat dan semarak diIndonesia. Hal itu
menunjukan adanya sambutan dan dukungan yang cukup baik dari masyarakat dan
juga menunjukan kepedulian umat dalam upaya pewarisan dan penanaman nilai
keimanan dan ketakwaan bagi generasi mendatang. Keberadaan dan pertumbuhan
lembaga tersebut cukup strategis di tengah-tengah tantangan umat Islam dan
tuntutan pembangunan bangsa yang menempatkan asas keimanan dan ketaqwaan
(IMTAQ) sebagai asas utamanya, disamping asas ilmu pengetahuan dan teknologi
(IPTEK). Hal ini menunjukkan bahwa masyarakat telah memberikan kontribusi dalam
pendidikan yang ada di sekitarnya.
Taman Pendidikan Al-qur’an (TPA) merupakan sebuah lembaga pendidikan luar sekolah
yang menitikberatkan pengajaran pada pembelajaran membaca Al-qur’an dengan
muatan tambahan yang berorientasi pada pembentukan akhlak dan kepribadian
islamiah.
2.
Visi
dan Misi Taman Pendidikan Al-qur’an (TPA)
Setiap
lembaga Taman Pendidikan Al-qur’an memiliki visi dan misi tertentu, namun
secara umum, visi dari Taman Pendidikan Al-qur’an (TPA) itu sebagai berikut:
a.
Terbentuknya generasi muslim yang
fashih membaca dan menghafal Al qur’an, memahami, mengamalkan, dan
memasyarakatkan Al-qur’an serta berakhlaq qur’ani, dan berpengetahuan luas.
b.
Mewujudkan generasi muslim yang
cerdas dan berakhlak mulia.
c.
Menjadi tempat pendidikan yang
berbasis pada Al qur’an dan Sunnah Rasululullah saw sehingga
tercipta masyarakat madani/Islami.
Begitupun dengan
misi Taman Pendidikan Al-qur’an (TPA), bahwa setiap lembaga Taman Pendidikan
Al-qur’an (TPA) juga memiliki misi yang berbeda, namun secara umum, misi dari Taman Pendidikan Al-qur’an (TPA)
sebagai berikut:
a.
Menanamkan dasar-dasar keimanan
dan ketaqwaan kepada Allah dan rasul-Nya.
b.
Menyiapkan generasi qur’ani dalam menyongsong masa depan gemilang
c.
Mendidik Santri untuk membaca
Al-qur’an secara murottal mujawwad
d.
Mengajarkan Penulisan Al-qur’an
secara baik dan benar
e.
Memberikan pengetahuan dien al
Islam secara menyeluruh dan menyampaikan secara kreatif.
3.
Metode
Pembelajaran di Taman Pendidikan Al-qur’an (TPA)
Dalam
perkembangannya muncul berbagai macam metode pembelajaran Al-qur’an yang
berkembang di Indonesia. Hal ini memberikan kemudahan bagi guru atau guru yang
ada, dalam mengajarkan Al-qur’an kepada siswa-siswanya, dengan metode yang mudah
dipahami, efektif dan efisien. Adapun sebagian metode-metode yang ada antara
lain:
a.
Metode Baghdadi
Metode ini merupakan metode yang paling
tua dan ditemukan di ibukota Iraq, Baghdad. Barangkali metode ini adalah yang pertama
dikenal oleh masyarakat muslim Indonesia. Metode ini sejak dulu diterapkan oleh
para guru atau guru mengaji secara tradisional di musholla-musholla,
masjid-masjid, dan rumah-rumah dan mungkin sampai sekarang masih ada beberapa
lembaga yang memakai metode ini. Metode ini memakai Juz ’Amma satu per satu
para murid membaca di bawah pengawasan ”telinga tajam” seorang guru yang terkadang
menuntut bacaan yang benar. Tanpa anak harus membaca ulang, dan kalau tidak
bisa guru pun beraksi dengan bentakan dan rotan. Akan tetapi seiring dengan
berjalannya waktu, metode tersebut tergeser dengan munculnya beberapa metode
yang lebih cocok untuk anak.
b.
Metode al-Barqy
Metode al-Barqy yang ditemukan oleh
Muhadjir Sulthon berasal dari Lamongan dan merupakan dosen Fakultas Adab IAIN
Sunan Ampel Surabaya. Beliau memberikan sumbangan yang sangat besar bagi metode
membaca Al-qur’an yang sangat efektif. Setelah mempelajari berbagai metode
membaca Al-qur’an yang berkembang sejak beberapa abad lalu hingga metode paling
mutakhir, Muhadjir akhirnya menemukan metode yang menurutnya paling efektif,
yaitu metode al-Barqy. Metode tersebut dipraktikkannya kepada murid-muridnya di
SD Islam At-Tarbiyah, Surabaya. Dia juga mempraktikkannya kepada anak-anaknya
di rumah. Metode al-Barqy disusun dengan sebuah metode yang diberi nama
lembaga. Sifat yang dianut adalah analitik sintetik. Sistematikanya dilakukan
melalui pengamatan global memisah, memilih, dan memadu. Sebagai contoh metode
al-Barqy adalah: A Da Ra Ja ج ر
د ا Ma Ha Ka Ya ي ك
Ù‡ Ù… . Tiap-tiap kata lembaga diatas mempunyai
arti yang mudah dipahami dan diingat, baik dalam bahasa Arab maupun dalam
bahasa Indonesia.
c.
Metode Iqro’
Metode lain yang
muncul dan berkembang di Indonesia adalah metode Iqro’. Penemu dari metode ini
adalah As’ad Humam dari Yogyakarta yang menurut pengakuannya telah meneliti
metode tersebut sejak tahun 50-an. Selanjutnya metode ini berkembang pesat
dengan dicanangkannya TK Al-qur’an menjadi program nasional pada Munas V BKPRMI
(Badan Komunikasi Pemuda Remaja Masjid Indonesia) 27-30 Juni 1989 di Surabaya. Metode
Iqro’ ini menekankan pada penggunaan tiga macam sistem pengajaran yaitu: (1)
CBSA (Cara Belajar Siswa Aktif), guru sebagai penyimak saja, tidak boleh menuntun
kecuali hanya memberikan contoh pokok pelajaran, (2) Privat, yaitu penyimakan seorang
demi seorang. Namun demikian sesungguhnya metode ini juga bisa diterapkan
dengan sistem klasikal, yaitu dengan cara siswa dikelompokan berdasarkan
kesamaan kemampuan atau jilid. Kemudian seorang guru menerangkan pokok-pokok
pelajaran dengan menggunakan alat peraga dan secara acak siswa diminta membaca
bahan latihan, (3) Asistensi, yaitu bila kekurangan tenaga pengajar, maka dapat
memanfaatkan adik binaan yang lebih tinggi atau lebih mahir untuk mengajar
teman-temannya. Buku Iqro’ ini terdiri dari enam jilid, disusun secara praktis dan
sistematis sehingga sangat membantu bagi pengajar maupun siswa dalam
pelaksanaan kegiatan belajar mengajarnya. Dalam pelaksanaannya siswa tidak
harus mengenal nama-nama huruf Arab (alif, ba’, ta’, dst), nama-nama syakal
(fatḥah, dhummah, tanwin,
dsb), dan juga tidak diperkenalkan istilah-istilah tajwid, seperti idgham,
ikhfa’, iqlab, dll; yang penting secara praktis dan betul bacaannya.
4.
Tugas
dan Tanggungjawab Guru TPA
Kehadiran
guru dalam proses belajar mengajar atau pengajaran masih tetap memegang peranan
penting. Peranan guru dalam proses pengajaran belum dapat digantikan oleh
mesin, radio, recorder, ataupun oleh komputer yang modern sekalipun. Masih
terlalu banyak unsur-unsur manusiawi seperti sikap, sistem nilai, perasaan,
motivasi, kebiasaan, dan lain-lain yang diharapkan merupakan hasil dari proses
pengajaran, tidak dapat dicapai melalui alat-alat tersebut. Di sinilah
kelebihan manusia dalam hal ini guru, dari alat-alat atau teknologi yang
diciptakan manusia untuk membantu dan mempermudah kehidupannya.
a.
Pengertian Guru Taman Pendidikan
Al-qur’an (TPA)
Dalam pendidikan Islam, pendidik (guru)
memiliki arti dan peranan yang sangat penting, hal ini disebabkan pendidik
(guru) memiliki tanggungjawab dan menentukan arah pendidikan. Oleh karena itu,
Islam sangat menghargai dan menghormati orang-orang yang berilmu pengetahuan
dan bertugas sebagai pendidik (guru). Islam mengangkat derajat dan memuliakan
pendidik (guru) melebihi orang Islam lainnya yang tidak berilmu pengetahuan dan
bukan pendidik. Bahkan orang-orang yang berilmu pengetahuan dan mau mengajarkan
ilmunya kepada mereka yang membutuhkan akan disukai oleh Allah swt dan
dido’akan oleh penghuni langit, penghuni bumi seperti semut dan ikan di dalam
laut agar mendapat keselamatan dan kebahagiaan. Hal ini seperti yang dijelaskan
dalam firman Allah swt dalam surah Al-Mujadilah ayat 11 sebagai berikut:
Terjemahnya:
Hai orang-orang
beriman apabila kamu dikatakan kepadamu: "Berlapang-lapanglah dalam
majlis", Maka lapangkanlah niscaya Allah akan memberi kelapangan untukmu.
dan apabila dikatakan: "Berdirilah kamu", Maka berdirilah, niscaya
Allah akan meninggikan orang-orang yang beriman di antaramu dan orang-orang
yang diberi ilmu pengetahuan beberapa derajat. dan Allah Maha mengetahui apa
yang kamu kerjakan.
Terdapat beberapa pendapat tentang
pengertian guru Taman Pendidikan Al-qur’an (TPA), menurut beberapa tokoh di
bawah ini:
1)
Earl V Pullias and James D Young
mengatakan:
The teacher is
“learned”. He should know more than is student. However, he recognizes that he
does not know everithing, and he is mainly a learner. The teacher is an example
to his student. Yet, he also makes mistakes, he is human. The teacher should be
objective, but the teacher-student relationship is so close that it often maybe
difficult to be objective.
Guru adalah pengajar, dia harus tahu
lebih banyak daripada muridnya. Akan tetapi, dia mengakui/sadar bahwa dia tidak
mengetahui sesuatu apapun, dan dia adalah seorang pengajar yang utama. Guru
adalah contoh bagi muridnya. Namun, dia juga membuat kesalahan, dia adalah
manusia. Guru harus objektif, tetapi hubungan antara guru dengan murid
mempunyai hubungan yang lebih dekat sehingga mungkin sulit objektif.
2)
Al-Rasyidin dan Syamsul Nizar
berpendapat:
Secara umum pendidik adalah orang yang
memiliki tanggungjawab untuk mendidik. Sementara secara khusus, pendidik dalam
perspektif pendidikan Islam adalah orang yang bertanggungjawab terhadap
perkembangan peserta didik, baik potensi afektif, kognitif, maupun psikomotorik
sesuai dengan nilai-nilai agama Islam.
3)
Mansur, mengemukakan:
Taman Pendidikan Al-qur’an (TPA) adalah
pendidikan untuk baca dan menulis Al-qur’an di kalangan anak-anak dengan tujuan
memberikan bekal dasar kepada anak-anak agar menjadi generasi Qur’ani, generasi
sholih dan sholihah, yang mampu dan gemar membaca dan mengamalkan Al-qur’an
dalam kehidupan sehari-hari.
4)
Kementerian Pendidikan dan
Kebudayaan
Taman Pendidikan Al-qur’an (TPA) adalah
salah satu bentuk pendidikan nonformal yang ditujukan bagi anak-anak sejak
lahir hingga usia 18 tahun yang bersal dari keluarga muslim dalam rangka
menyiapkan generasi Qur’ani.
Berdasarkan pengertian guru dan TPA,
jadi yang dimaksud guru TPA disini
adalah Guru-guru yang mengajar dilembaga TPA serta bertanggungjawab terhadap
perkembangan peserta didik, dan memberikan bekal dasar agama agar menjadi
generasi qur’ani, generasi sholih dan sholihah, mampu membaca dan mengamalkan Al-qur’an
dalam kehidupan sehari-hari.
b.
Peran Guru Taman Pendidikan
Al-qur’an (TPA)
Pendidik adalah salah satu faktor yang
terpenting dalam pendidikan, terutama karena dia bertugas mengalihkan
pengetahuan dan keterampilan kepada peserta didik agar mereka mampu menyerap,
menilai dan mengembangkan secara mandiri ilmu yang dipelajarinya. Begitu pula
halnya dengan guru TPA, peran tersebut menjadi sangat berat, Karena tidak hanya
memberi pengetahuan (transfer of knowledge), tapi lebih dari itu
yakni menanamkan nilai (transfer of value). Mencegah dan menangkal
hal-hal negatif dari lingkungan atau budaya lain yang dapat membahayakan dan
menghambat perkembangan peserta didik. Lebih dari itu, hendaknya guru TPA dapat
menjadi uswah (teladan) yang baik bagi peserta didiknya.
Kehadiran TPA sebagai lembaga pendidikan
nonformal tingkat dasar berusaha memberikan pendidikan dasar agama Islam, yakni
sebagai lembaga yang memberikan benteng iman bagi anak sehingga tercipta
generasi yang beriman, berilmu dan beramal saleh dan pandai membaca Al-qur’an.
Berkaitan dengan peran guru TPA, Syaiful Bahri Djamarah mengemukakan bahwa
peran guru itu sebagai berikut:
1)
Korektor
Sebagai korektor, guru harus bisa
membedakan mana nilai yang baik dan mana nilai yang buruk. Menilai dan
mengoreksi semua sikap, tingkah laku dan perbuatan anak didik.
2)
Inspirator
Guru harus dapat memberikan ilham yang
baik bagi kemajuan belajar anak didik. Memberikan petunjuk bagaimana cara
belajar yang baik.
3)
Informator
Guru harus dapat memberikan informasi
perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi, selain sejumlah bahan pelajaran
untuk setiap mata pelajaran yang telah diprogramkan dalam kurikulum.
4)
Organisator
Dalam bidang ini guru memiliki kegiatan
pengelolaan kegiatan akademik, menyusun taat tertib sekolah, menyusun kalender
akademik dan sebagainya. Semuanya diorganisasikan, sehingga dapat mencapai
efektivitas dan efisiensi dalam belajar pada diri anak didik.
5)
Motivator
Sebagai motivator, guru hendaknya dapat
mendorong anak didik agar bergairah dan aktif belajar.
6)
Inisiator
Dalam peran ini, guru harus dapat
menjadi pencetus ide-ide kemajuan dalam pendidikan dan pengajaran.
7)
Fasilitator
Guru hendaknya dapat menyediakan
fasilitas yang memungkinkan kemudahan kegiatan belajar anak didik.
8)
Pembimbing
Peran ini harus lebih dipentingkan,
karena kehadiran guru adalah untuk membimbing anak didik menjadi manusia dewasa
susila yang cakap. Untuk dapat menjadi seorang pembimbing, seorang pendidik
harus mampu memperlakukan para siswa dengan menghormati dan menyayangi. Dan
harus dipahami bahwa pembimbing yang terdekat dengan murid adalah guru.
9)
Demonstrator
Dalam peran ini, guru harus berusaha
membantu pemahaman peserta didik terhadap pelajaran yang sukar dipahami dengan
cara memperagakan apa yang diajarkan secara didaktis.
10)
Pengelola kelas
Hal ini dimaksudkan agar proses belajar
mengajar tidak membosankan dan memperlancar interaksi edukatif. Tujuan umum pengelolaan
kelas ialah menyediakan dan menggunakan fasilitas kelas untuk bermacam-macam
kegiatan belajar dan mengajar agar mencapai hasil yang baik. Sedangkan tujuan
khususnya adalah mengembangkan kemampuan siswa dalam menggunakan alat-alat
belajar, menyediakan kondisi-kondisi yang memungkinkan siswa bekerja dan
belajar, serta
membantu
siswa untuk memperoleh hasil yang diharapkan.
11)
Mediator
Sebagai mediator, guru hendaknya
memiliki pengetahuan dan pemahaman yang cukup tentang media pendidikan dalam
berbagai bentuk dan jenisnya, baik media non material maupun material. Dalam memilih
dan menggunakan media pendidikan harus sesuai dengan tujuan, materi, metode,
evaluasi dan kemampuan guru serta minat dan kemampuan siswa.
12)
Supervisor
Guru hendaknya dapat membantu,
memperbaiki, dan menilai secara kritis terhadap proses pengajaran.
13)
Evaluator
Yakni dengan memberikan penilaian yang
menyentuh aspek ekstrinsik dan intrinsik. Sebagai evaluator, guru tidak hanya
menilai produk (hasil pengajaran), tetapi juga menilai proses jalannya pengajaran.
Dengan penilaian, guru dapat mengetahui keberhasilan pencapaian tujuan,
penguasaan siswa terhadap pelajaran, serta ketepatan atau keefektifan metode
mengajar.
Dari pemaparan diatas, penulis dapat
menyimpulkan bahwa peran guru Taman Pendidikan Al-qur’an (TPA) adalah sebagai
teladan yang baik (Uswatun Hasanah), sebagai mitra belajar yang baik bagi
peserta didik dengan berbagai kompetensinya, serta sebagai motivator, yakni
mendorong anak didiknya bergairah atau semangat dan aktif dalam belajar.
5.
Generasi
Muda yang Berkualitas
Generasi
adalah angkatan atau keturunan.
Generasi muda dalam penelitian ini adalah anak-anak umur prasekolah dan umur
sekolah yang batas umurnya sampai 12 tahun. Secara kodrati, generasi muda
(anak) memerlukan pendidikan atau bimbingan dari orang dewasa. Dasar kodrati
ini dapat dimengerti dari kebutuhan-kebutuhan dasar yang dimiliki oleh setiap
anak yang hidup di dunia ini.
Generasi
muda (anak) adalah makhluk yang masih membawa kemungkinan unuk berkembang, baik
jasmani maupun rohani. Generasi muda (anak) memiliki jasmani yang belum
mencapai taraf kematangan baik bentuk, kekuatan maupun perimbangan
bagian-bagiannya. Dalam segi rohaniah, generasi muda (anak) mempunyai bakat-bakat yang harus
dikembangkan. Generasi muda (anak) juga mempunyai kehendak, perasaan, dan
pikiran yang belum matang. Di samping itu, Generasi muda (anak) mempunyai berbagai
kebutuhan seperti kebutuhan akan pemeliharaan jasmani, seperti makan, minum dan
pakaian, kebutuhan akan kesempatan berkembang, bermain-main, berolahraga dan
sebagainya. Selain daripada itu, generasi muda (anak) mempunyai kebutuhan
rohani seperti kebutuhan akan ilmu pengetahuan duniawi dan keagamaan, kebutuhan
akan pengertian nilai-nilai kemasyarakatan, kesusilaan, kebutuhan kasih sayang.
Menurut
Al-Ghazali, bahwa generasi muda (anak) adalah amanah Allah dan harus dijaga dan
dididik untuk mencapai keutamaan dalam hidup dan mendekatkan diri kepada Allah.
Generasi muda (anak) merupakan objek penting dalam ilmu pendidikan.
C.
KESIMPULAN
Berdasarkan
uraian di atas, secara terperinci tentang masalah-masalah yang sesuai dengan
topik pembahasan, maka dapat ditarik kesimpulan sebagai berikut:
1.
Peranan Taman Pendidikan
Al-Qur’an (TPA) Rabbani Syuhada’ Desa
Mappalo Ulaweng Kecamatan Awangpone Kabupaten Bone yang terletak di wilayah
Kecamatan Awangpone dalam mempersiapkan generasi muda yang berkualitas sudah
dilakukan oleh Ketua Unit dan Ustadz serta Ustadzah, dan bentuk aplikasi
peranannya adalah dengan memperbaiki dan menerapkan beberapa metode pengajaran
yang bervariasi yang disesuaikan dengan kondisi dan keadaan anak-anak. Pada
pembelajaran Al-Qur’an digunakan metode hafalan dan metode iqra’, dan pada
pembelajaran akhlak digunakan metode pembiasaan, metode pemberian tugas, metode nasehat, dan metode problem solving.
2.
Adapun faktor yang mendukung dari
pengembangan Taman Pendidikan Al-Qur’an (TPA) Rabbani Syuhada’ Desa Mappalo Ulaweng Kecamatan Awangpone
Kabupaten Bone adalah adanya dukungan dan perhatian yang besar dari orangtua
santri, serta adanya kesungguhan dan kerjasama yang baik di antara para ustadz
dan ustadzah. Faktor yang menghambat dari pengembangan Taman Pendidikan
Al-Qur’an (Tpa) Rabbani Syuhada’ Desa
Mappalo Ulaweng Kecamatan Awangpone Kabupaten Bone yang terletak di wilayah
Kecamatan Awangpone adalah kurangnya fasilitas serta kurang perhatiannya
pengurus yayasan terhadap pengembangan TPA.
D.
DAFTAR
PUSTAKA
AR,
Mamsudi, Dinul Islam untuk Santri TPA, Jakarta: LPPTKA BKPRMI DKI Jaya, 2000
Panduan
Manajemen dan Tata Tertib TK/TP Alquran, Jakarta: LPPTKA BKPRMI, 1999
Departemen
Agama Republik Indonesia, Al-qur’an dan
Terjemahan, Bandung: Gema Risalah Press, 1989.
Direktorat
Pembinaan Pendidikan Anak Usia Dini, Petunjuk Teknis Penyelenggaraan PAUD
Berbasis Taman Pendidikan Al-qur’an (PAUDTPQ), Jakarta: Kemdikbud, 2012.
Khaerudin,
Peran Taman Pendidikan Al-qur’an (TPQ) Nurul Iman Kelurahan Sambong
Kecamatan Batang Kabupaten Batang dalam Pembinaan Akhlak Anak, Skripsi
Fakultas Tarbiyah. Semarang: Perpustakaan Tarbiyah IAIN Walisongo Tarbiyah,
2011. Diakses pada tanggal 10 Oktober 2014
Muhaimin,
Wacana Pengembangan Pendidikan Islam, Surabaya: Pustaka Pelajar, 2004.
Syamsudin, MZ. Panduan
Kurikulum dan Pengajaran TKA-TPA, Jakarta: LPPTKA BKPRMI pusat, 2004.
Mamsudi, AR. Op.Cit. h. 30
Syamsudin, MZ. Panduan
Kurikulum dan Pengajaran TKA-TPA, (Jakarta: LPPTKA BKPRMI pusat, 2004) h.
15-21
Muhaimin, Wacana Pengembangan Pendidikan Islam, (Surabaya:
Pustaka Pelajar, 2004), h. 209
Nana Sudjana. Dasar-Dasar Proses Belajar
Mengajar, (Bandung: Sinar Baru, 2009), h. 12
Earl V. Pullias
and James D. Young, A Teacher is Many Things, (USA: Fawcelt, 2000), h.
14.
Samsul Nizar, Filsafat
Pendidikan Islam: Pendekatan Historis, Teoritis dan Praktis, (Jakarta:
Ciputat Pers, 2002), h. 41
Mansur, Pendidikan
Anak Usia Dini dalam Islam, ( Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2011), h.
142-143
Direktorat
Pembinaan Pendidikan Anak Usia Dini, Petunjuk Teknis Penyelenggaraan PAUD
Berbasis Taman Pendidikan Al-qur’an ( PAUDTPQ), (Jakarta: Kemdikbud, 2012),
h. 4
Syaiful
Bahri Djamarah, Guru Dan Anak Didik Dalam Interaktif Edukatif ,
(Jakarta: Rineka Cipta, 2005), h. 48