2 KEYAKINAN YANG SUPER

Keyakinan dapat mengubah hidup manusia, seberapa pentingkah keyakinan itu ?

JANGANLAH MENJADI SEKEDAR PEMIMPIN

Pemimpin seperti apakah yang diidamkan oleh banyak bawahan ? Ada banyak tipe pemimpin, tetapi menjadi pemimpin yang sekokoh besi dan selembut beludru adalah yang terbaik.

TUGAS MAKALAH ILMU MANAJEMEN

Please check your tasks and working on time

MEMIMPIN DALAM SITUASI KRISIS

Sering kali seorang pemimpin yang berhasil justru dikenang karena kemampuannya mengatasi sebuah krisis.

TAKUT RESIKO ? ANDA GAGAL

Setiap usaha pastilah memiliki resiko di dalamnya. Resiko biasanya menjadi penghalang utama dalam memulai usaha. Takut Resiko ? Anda Gagal.

SELAMAT DATANG, SILAHKAN TINGGALKAN KOMENTAR ANDA

Selasa, 31 Januari 2017

MANAJEMEN PERUBAHAN



Manajemen sebagaimana dirumuskan oleh Jones adalah The planning, organizing, leading and controling of resources to achieve organizational goals effectively and efekciently.[1]  Pengertian manajemen yang dirumuskan oleh Jones dan kawan-kawanya adalah pengertian manajemen yang lazim digunakan dan disepakati oleh sebagian besar tokoh manajemen, yaitu perencanaan, pengorganisasian, pengarahan dan pengawasan penggunaan sumber daya dalam rangka mencapai tujuan organisasi secara efekrtif dan efisien. Nada yang berbeda diungkapkan oleh Robbin yaitu sebagai suatu proses untuk membuat aktivitas terselesaikan secara efisien dan efektif dengan melalui orang lain.[2]
Perubahan pada dasarnya melakukan segala sesuatu secara berbeda. Jeff Davidson mnenjelaskan bahwa perubahan merujuk pada sebuah terjadinya sesuatu yang berbeda dengan sebelumnya. Perubahan bisa juga bermakna malakukan hal-hal dengan cara baru, mengikuti jalur baru,  mengadopsi teknologi baru, memasang sistem baru, mengikuti prosedur-prosedur manajemen baru, penggabungan, melakukan reorganisasi, atau terjadinya peristiwa yang bersifat menggangu yang sangat signifikan.[3] Rumusan perubahan yang diungkapkan oleh davidson tersebut, bahwa perubahan organisasi termasuk lembaga pendidikan tinggi bisa terjadi diberbagai aspek kehidupan organisasi. Potts dan La Marsh melihat bahwa perubahan merupakan pergeseran dari keadaan sekarang suatu organisasi menuju keadaan yang diinginkan di masa depan. Perubahan dari keadaan sekarang tersebut dilihat dari struktur, proses, orang dan budaya.[4] Perubahan lembaga menurut Potts dan La Marsh dibatasi pada aspek struktur organisasi, proses, orang dan budaya organisasi.
Setelah dijelsakan pengertian  manajemen dan perubahan, selanjutnya dirumuskan pengertian manajemen perubahan. Menurut Winardi,(2011:8) manajemen perubahan adalah upaya yang ditempuh manajer untuk memanajemen perubahan secara efektif, dimana diperlukan pemahaman tentang persoalan motivasi, kepemimpinan, kelompok, konflik, dan komunikasi.
Menurut Wibowo, dalam bukunya, Manajemen perubahan adalah suatu proses secara sistematis dalam menerapkan pengetahuan, sarana dan sumber daya yang diperlukan untuk mempengaruhi perubahan pada orang yang akan terkena dampak dari proses tersebut. Manajemen perubahan adalah suatu proses secara sistematis dalam menerapkan pengetahuan, sarana, dan sumber daya yang diperlukanuntuk mempengaruhi perubahan pada orang yang akan terkena dampak dari proses tersebut (Potts dan LaMarsh, 2004:16).
Manajemen perubahan adalah suatu strategi perubahan organisasi yang bertujuan untuk melakukan pembaruan terhadap kemampuan organisasi agar memiliki kinerja yang tinggi. Manajemen Perubahan adalah upaya yang dilakukan untuk mengelola akibat-akibat yang ditimbulkan karena terjadinya perubahan dalam organisasi. Manajemen perubahan merupakan strategi untuk menjamin eksistensi diri dan organisasi menuju tercapainya visi dan misi. Perubahan membutuhkan tools alat manajemen yaitu POLC. Planning (perencanaan),  Organizing  (pengorganisasian),  Leading (kepemimpinan dan penggerakan), serta  Controlling (monitor dan evaluasi). Integrasi ilmu ini akan menjamin keterandalan dan kemampuan diri serta organisasi mengelola perubahan.
Manajemen perubahan adalah upaya-upaya yang dilakukan untuk mengelola akibat-akibat yang ditimbulkan karena adanya perubahan dalam organisasi. Organisasi dapat terjadi karena sebabsebab yang berasal dari dalam maupun dari luar organisasi tersebut. Manajemen perubahan ini merupakan proses, alat, dan teknik untuk mengelola orang-sisi proses perubahan, untuk mencapai hasil yang diperlukan, dan mewujudkan perubahan secara efektif di dalam individu, tim, dan sistem yang luas.
Jadi dapat diartikan bahwa manajemen perubahan marupakan strategi yang harus dilakukan oleh seorang manajer dalam organisasinya untuk memperbaiki kesalahan-kesalahan diorganisasi yang dipimpin serta mempertahan eksistensi yang telah dicapai agar proses manajemen yang meliputi Planning (perencanaan), Organizing (pengorganisasian),  Leading  (kepemimpinan dan penggerakan), serta Controlling  (monitor dan evaluasi),  bisa berjalan secara efektif dan efisien.


[1] https://pmancoffeemix.wordpress.com/2011/defenisi-manajemen
[2] Ibid
[3] Op. Cit. Davidson, Jeff, h. 3
[4] https://pmancoffeemix.wordpress.com/2011/defenisi-manajemen

ANDI ITING, S.Pd., M.Pd



PERANAN TAMAN  PENDIDIKAN  AL-QUR’AN  (TPA) DALAM MEMPERSIAPKAN GENERASI  MUDA YANG BERKUALITAS DI TAMAN PENDIDIKAN AL-QUR’AN (TPA) RABBANI SYUHADA’  DESA MAPPALO ULAWENG KECAMATAN
AWANGPONE KABUPATEN BONE


ANDI ITING
STAI Al Gazali Bone

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui peranan Taman Pendidikan Al-qur’an (TPA) mempersiapkan generasi  muda yang berkualitas Di Taman Pendidikan al-Qur’an (TPA) Rabbani Syuhada’  Desa Mappalo Ulaweng Kecamatan Awangpone Kabupaten Bone dalam mempersiapkan generasi muda yang berkualitas. Selain itu, untuk mengetahui faktor pendukung dan faktor penghambat dari pengembangan Taman Pendidikan al-Qur’an (TPA) Rabbani Syuhada’  Desa Mappalo Ulaweng Kecamatan Awangpone Kabupaten Bone. Penelitian ini menggunakan penelitian kualitatif karena penelitian berusaha mengungkapkan fakta yang ada secara alamiah di Taman Pendidikan al-Qur’an (TPA) Rabbani Syuhada’  Desa Mappalo Ulaweng Kecamatan Awangpone Kabupaten Bone. Jenis pendekatan yang digunakan adalah Penelitian deskriptif kualitatif. Metode pengumpulan data yang dilakukan dalam penelitian ini berupa observasi, wawancara, dan dokumnetasi. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa Peranan Taman Pendidikan al-Qur’an (TPA) Rabbani Syuhada’  Desa Mappalo Ulaweng Kecamatan Awangpone Kabupaten Bone dalam mempersiapkan generasi muda yang berkualitas sudah dilakukan oleh Ketua Unit dan Ustadz serta Ustadzah, dan bentuk aplikasi peranannya adalah dengan memperbaiki dan menerapkan beberapa metode pengajaran yang bervariasi yang disesuaikan dengan kondisi dan keadaan anak-anak. Pada pembelajaran Al-qur’an digunakan metode hafalan dan metode iqra’, dan pada pembelajaran akhlak digunakan metode pembiasaan, metode pemberian tugas,  metode nasehat, dan metode problem solving. Adapun faktor yang mendukung dari pengembangan Taman Pendidikan al-Qur’an (TPA) Rabbani Syuhada’  Desa Mappalo Ulaweng Kecamatan Awangpone Kabupaten Bone adalah adanya dukungan dan perhatian yang besar dari orangtua santri, serta adanya kesungguhan dan kerjasama yang baik di antara para ustadz dan ustadzah. Faktor yang menghambat dari pengembangan Taman Pendidikan al-Qur’an (TPA) Rabbani Syuhada’  Desa Mappalo Ulaweng Kecamatan Awangpone Kabupaten Bone adalah kurangnya fasilitas serta kurang perhatiannya pengurus yayasan terhadap pengembangan TPA.


A.      PENDAHULUAN
Pendidikan secara umum bertujuan mencetak dan membangun manusia Indonesia seutuhnya.  Dalam hal ini bahwa pendidikan khususnya pendidikan agama tidak hanya menyiapkan generasi muda yang cerdas dari intelektual saja tetapi lebih dari itu, pendidikan dioptimalkan terhadap pengembangan manusia yang berkrepribadian dan memiliki integritas kejiwaan. Hal ini sesuai pula dengan tujuan pendidikan yang terdapat dalam UU No 20 Tahun 2003 yaitu Untuk berkembangnya potensi anak didik agar menjadi manusia yang beriman dan bertaqwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, cakap, kreatif, mandiri, serta menjadi warga Negara yang demokratif dan bertanggungjawab.[1]
Tujuan pendidikan dewasa ini semakin meningkat, hal ini merupakan dorongan yang sangat kuat untuk perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi yang semakin maju untuk memenuhi kebutuhan hidup yang semakin rupa, maka tidak bisa dielakkan lagi kalau pendidikan memegang peranan yang sangat penting dalam menghadapi perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi serta pendidikan umum maupun pendidikan khusus, sesuai dengan tujuan pendidikan itu sendiri. Hal ini sesuai dengan firman Allah swt dalam surah Al-A’laa ayat 14 sampai 17 sebagai berikut:

Terjemahnya:
Sesungguhnya beruntunglah orang yang membersihkan diri (dengan beriman), dan Dia ingat nama Tuhannya, lalu Dia sembahyang. Tetapi kamu (orang-orang kafir) memilih kehidupan duniawi. Sedang kehidupan akhirat adalah lebih baik dan lebih kekal.[2]

Berdasarkan ayat di atas, bahwa tujuan pendidikan difokuskan pada pembentukan pribadi muslim yang sanggup melaksanakan syariat Islam melalui proses pendidikan spiritual menuju makrifat kepada Allah swt. Tujuan ini terisi penuh dengan nilai rohani Islam dan berorientasi kepada kebahagiaan hidup di akhirat serta ayat ini dijadikan tumpuan cita-cita hidupnya[3].
 Pendidikan suatu proses, baik berupa pemindahan maupun penyempurnaan yang melibatkan dan mengikutsertakan bermacam-macam komponen dalam rangka mencapai tujuan yang diharapkan. Pendidikan dilakukan seumur hidup, sejak usia dini sampai akhir hayat atau dengan kata lain pendidikan sepanjang hayat. Indonesia yang merupakan negara majemuk terdiri dari beragam budaya dan agama memiliki jumlah penduduk yang jumlahnya kurang lebih dua juta orang. Salah satu agama yang banyak dianut oleh penduduk Indonesia adalah agama Islam. Agama Islam mempunyai satu sendi yang esensial yang berfungsi member petunjuk ke jalan yang sebaik-baiknya.[4] Agama Islam merupakan ajaran agama yang di dalamnya mengajarkan tatanan kehidupan manusia yang akan menyelamatkan manusia menuju kehipan yang bahagia. Agama Islam merupakan agama, ajaran, jalan hidup, peraturan, atau undang-undang yang datang dari Allah swt untuk umat manusia agar senantiasa tunduk dan patuh pada perintah-perintahNya dan senantiasa siap meninggalkan segala larangan-laranganNya.[5] 
Allah swt menurunkan Al-qur’an kepada Nabi Muhammad saw untuk mengeluarkan umat manusia dari kegelapan dan kebodohan menuju cahaya islam sehingga menjadi benar-benar umat atau generasi terbaik. Al-qur’an juga dijadikan sebagai pedoman bagi manusia dalam menata kehidupannya agar memperoleh kebahagiaan dunia dan akhirat. Konsep-konsep yang dibawa Al-qur’an selalu relevan atau sesuai dengan masalah-masalah yang dihadapi oleh manusia sebagai bahan masukan terhadap pemecahan permasalahan yang dihadapi oleh manusia. Dalam arti lain bahwa kajian tentang Al-qur’an tidak dapat dipisahkan dari konteks kesejahteraan yang meliputi nilai-nilai sosial, budaya, politik, ekonomi dan nilai-nilai moral dalam kehidupan manusia.
Berbagai permasalahan dan persoalan yang timbul dalam masyarakat perlu diantisipasi dewasa ini. Berbagai permasalahan yang terjadi di sekitar masyarakat seperti adanya kasus anak yang membunuh temannya hanya karena permasalahan yang sepele. Permasalahan anak seperti ini perlu diantisipasi dengan berbagai macam cara atau metode agar hal seperti itu tidak terjadi lagi di sekitar masyarakat. Padahal anak-anak usia muda merupakan satu kesatuan kelompok yang diharapkan mampu menjadi generasi penerus di masa mendatang. Anak-anak usia dini tersebut merupakan generasi muda atau cikal bakal penerus bangsa Indonesia. Namun kenyataan telah menunjukkan bahwa perubahan zaman yang ditandai dengan kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi selalu mengakibatkan perubahan sosial dengan semakin canggihnya teknologi komunikasi, tranportasi dan sistem informasi membuat perubahan masyarakat melaju dengan cepat. Dalam menghadapi situasi demikian anak-anak memiliki jiwa yang lebih sensitif, yang pada akhirnya tidak sedikit anak-anak terjerumus kepada hal-hal yang bertentangan dengan makna moral, norma agama, norma susila serta norma hidup di masyarakat karena lupa dengan apa yang dilakukan oleh pendahulu kita. Oleh karena itu, dibutuhkan sebuah lembaga pendidikan yang mengajarkan generasi muda untuk belajar dan memahami nilai-nilai agama yang terkandung di dalam Al-qur’an sebagai pedoman dalam menjalani kehidupan agar tidak mudah terjerumus dan mendapatkan kebahaigaan dunia dan akhirat.
Salah satu lembaga pendidikan yang dapat mengajak generasi muda untuk belajar dan memahami nilai-nilai agama yang terkandung dalam al-qur’an adalah Taman Pendidikan Al-Qur’an (TPA) Rabbani Syuhada’  Desa Mappalo Ulaweng Kecamatan Awangpone Kabupaten Bone yang terletak di wilayah Kecamatan Awangpone. Berdasarkan observasi awal yang dilakukan peneliti, terlihat di lembaga pendidikan ini, anak-anak sebagai generasi muda antusias belajar agama Islam dan menghafal Al-qur’an yang dipandu oleh ustadz dan ustadzah. Anak-anak itu merupakan generasi yang akan datang dapat diperkirakan bahwa mereka sekarang adalah pencerminan masyarakat yang akan datang. Baik buruknya bentuk masyarakat, bangunan moral dan intelektual, dalam penghayatan terhadap agama, kesadaran kebangsaan, tingkat dan drajat kamajuan, perilaku dan kepribadian antara sesama masyarakat yang akan datang tergantung pada anak-anak sekarang.[6]
Berdasarkan latar belakang di atas, maka penulis tertarik untuk mengungkap permasalahan yang terkait dengan hal itu dalam suatu judul penelitian : “Peranan Taman Pendidikan Al-Qur’an (TPA) Rabbani Syuhada’  Desa Mappalo Ulaweng Kecamatan Awangpone Kabupaten Bone yang terletak di wilayah Kecamatan Awangpone.

B.       PEMBAHASAN
1.        Konsep Taman Pendidikan Al-qur’an (TPA)
Taman Pendidikan Al-qur’an (TPA) adalah lembaga pendidikan atau pengajaran islam untuk anak-anak usia sekolah dasar (6-12 tahun) yang menjadikan santri mampu membaca Al-qur’an yang baik dan benar sebagai target pokoknya. Taman pendidikan Al­-qur’an (TPA) adalah salah satu model lembaga pendidikan Al­qur’an yang berusaha memberikan pengalaman belajar kepada santri agar mencinta, mengilmui, mengamalkan Al-qur’an serta membacanya dengan baik dan fasih, menulis dengan baik, sehingga Al­-qur’an menjadi bacaan dan pandagan hidup sehari­hari.[7] Pendidikan berbasis masyarakat adalah penyelenggaraan pendidikan berdasarkan kekhasan agama, sosial, budaya, aspirasi, dan potensi masyarakat sebagai perwujudan pendidikan dari, oleh dan untuk masyarakat. Masyarakat melahirkan beberapa lembaga pendidikan nonformal sebagai bentuk tanggung jawab masyarakat terhadap pendidikan. Masyarakat merupakan kumpulan individu dan kelompok yang terikat oleh kesatuan bangsa, negara, kebudayaan, dan agama. Setiap masyarakat, memiliki cita-cita yang diwujudkan melalui peraturan-peraturan dan sistem kekuasaan tertentu. Islam tidak membebaskan manusia dari tanggungjawabnya sebagai anggota masyarakat,  merupakan bagian yang integral sehingga harus tunduk pada norma-norma yang berlaku dalam masyarakatnya. Begitu juga dengan tanggungjawabnya dalam melaksanakan tugas-tugas pendidikan. Adanya tanggung jawab masyarakat terhadap pendidikan, maka masyarakat akan menyelanggarakan kegiatan pendidikan yang dikategorikan sebagai lembaga pendidikan nonformal. Sebagai lembaga pendidikan non formal, masyarakat menjadi bagian penting dalam proses pendidikan, tetapi tidak mengikuti peraturan-peraturan yang tetap dan ketat. Meskipun demikian, lembaga-lembaga tersebut juga memerlukan pengelolaan yang profesional dalam suatu organisasi dengan manajemen yang baik.[8]
Pertumbuhan dan perkembangan Taman Pendidikan Al-qur’an (TPA) cukup pesat dan semarak diIndonesia. Hal itu menunjukan adanya sambutan dan dukungan yang cukup baik dari masyarakat dan juga menunjukan kepedulian umat dalam upaya pewarisan dan penanaman nilai keimanan dan ketakwaan bagi generasi mendatang. Keberadaan dan pertumbuhan lembaga tersebut cukup strategis di tengah-tengah tantangan umat Islam dan tuntutan pembangunan bangsa yang menempatkan asas keimanan dan ketaqwaan (IMTAQ) sebagai asas utamanya, disamping asas ilmu pengetahuan dan teknologi (IPTEK). Hal ini menunjukkan bahwa masyarakat telah memberikan kontribusi dalam pendidikan yang ada di sekitarnya.
Taman Pendidikan Al-qur’an (TPA) merupakan sebuah lembaga pendidikan luar sekolah yang menitikberatkan pengajaran pada pembelajaran membaca Al-qur’an dengan muatan tambahan yang berorientasi pada pembentukan akhlak dan kepribadian islamiah.

2.        Visi dan Misi Taman Pendidikan Al-qur’an (TPA)
Setiap lembaga Taman Pendidikan Al-qur’an memiliki visi dan misi tertentu, namun secara umum, visi dari Taman Pendidikan Al-qur’an (TPA) itu sebagai berikut:
a.         Terbentuknya generasi muslim yang fashih membaca dan menghafal Al qur’an, memahami, mengamalkan, dan memasyarakatkan Al-qur’an serta berakhlaq qur’ani, dan berpengetahuan luas.
b.         Mewujudkan generasi muslim yang cerdas dan berakhlak mulia.
c.         Menjadi tempat pendidikan yang berbasis pada Al qur’an dan  Sunnah Rasululullah saw sehingga tercipta masyarakat madani/Islami.[9]

Begitupun dengan misi Taman Pendidikan Al-qur’an (TPA), bahwa setiap lembaga Taman Pendidikan Al-qur’an (TPA) juga memiliki misi yang berbeda, namun secara umum,  misi dari Taman Pendidikan Al-qur’an (TPA) sebagai berikut:
a.       Menanamkan dasar-dasar keimanan dan ketaqwaan kepada Allah dan rasul-Nya.
b.         Menyiapkan generasi qur’ani  dalam menyongsong masa depan gemilang 
c.         Mendidik Santri untuk membaca Al-qur’an secara murottal mujawwad
d.        Mengajarkan Penulisan Al-qur’an secara baik dan benar
e.         Memberikan pengetahuan dien al Islam secara menyeluruh dan menyampaikan secara kreatif.[10]

3.        Metode Pembelajaran di Taman Pendidikan Al-qur’an (TPA)
Dalam perkembangannya muncul berbagai macam metode pembelajaran Al-qur’an yang berkembang di Indonesia. Hal ini memberikan kemudahan bagi guru atau guru yang ada, dalam mengajarkan Al-qur’an kepada siswa-siswanya, dengan metode yang mudah dipahami, efektif dan efisien. Adapun sebagian metode-metode yang ada antara lain:[11]

a.         Metode Baghdadi
Metode ini merupakan metode yang paling tua dan ditemukan di ibukota Iraq, Baghdad. Barangkali metode ini adalah yang pertama dikenal oleh masyarakat muslim Indonesia. Metode ini sejak dulu diterapkan oleh para guru atau guru mengaji secara tradisional di musholla-musholla, masjid-masjid, dan rumah-rumah dan mungkin sampai sekarang masih ada beberapa lembaga yang memakai metode ini. Metode ini memakai Juz ’Amma satu per satu para murid membaca di bawah pengawasan ”telinga tajam” seorang guru yang terkadang menuntut bacaan yang benar. Tanpa anak harus membaca ulang, dan kalau tidak bisa guru pun beraksi dengan bentakan dan rotan. Akan tetapi seiring dengan berjalannya waktu, metode tersebut tergeser dengan munculnya beberapa metode yang lebih cocok untuk anak.

b.    Metode al-Barqy
Metode al-Barqy yang ditemukan oleh Muhadjir Sulthon berasal dari Lamongan dan merupakan dosen Fakultas Adab IAIN Sunan Ampel Surabaya. Beliau memberikan sumbangan yang sangat besar bagi metode membaca Al-qur’an yang sangat efektif. Setelah mempelajari berbagai metode membaca Al-qur’an yang berkembang sejak beberapa abad lalu hingga metode paling mutakhir, Muhadjir akhirnya menemukan metode yang menurutnya paling efektif, yaitu metode al-Barqy. Metode tersebut dipraktikkannya kepada murid-muridnya di SD Islam At-Tarbiyah, Surabaya. Dia juga mempraktikkannya kepada anak-anaknya di rumah. Metode al-Barqy disusun dengan sebuah metode yang diberi nama lembaga. Sifat yang dianut adalah analitik sintetik. Sistematikanya dilakukan melalui pengamatan global memisah, memilih, dan memadu. Sebagai contoh metode al-Barqy adalah: A Da Ra Ja ج ر د ا Ma Ha Ka Ya ÙŠ Ùƒ Ù‡ Ù… . Tiap-tiap kata lembaga diatas mempunyai arti yang mudah dipahami dan diingat, baik dalam bahasa Arab maupun dalam bahasa Indonesia.

c.    Metode Iqro’
Metode lain yang muncul dan berkembang di Indonesia adalah metode Iqro’. Penemu dari metode ini adalah As’ad Humam dari Yogyakarta yang menurut pengakuannya telah meneliti metode tersebut sejak tahun 50-an. Selanjutnya metode ini berkembang pesat dengan dicanangkannya TK Al-qur’an menjadi program nasional pada Munas V BKPRMI (Badan Komunikasi Pemuda Remaja Masjid Indonesia) 27-30 Juni 1989 di Surabaya. Metode Iqro’ ini menekankan pada penggunaan tiga macam sistem pengajaran yaitu: (1) CBSA (Cara Belajar Siswa Aktif), guru sebagai penyimak saja, tidak boleh menuntun kecuali hanya memberikan contoh pokok pelajaran, (2) Privat, yaitu penyimakan seorang demi seorang. Namun demikian sesungguhnya metode ini juga bisa diterapkan dengan sistem klasikal, yaitu dengan cara siswa dikelompokan berdasarkan kesamaan kemampuan atau jilid. Kemudian seorang guru menerangkan pokok-pokok pelajaran dengan menggunakan alat peraga dan secara acak siswa diminta membaca bahan latihan, (3) Asistensi, yaitu bila kekurangan tenaga pengajar, maka dapat memanfaatkan adik binaan yang lebih tinggi atau lebih mahir untuk mengajar teman-temannya. Buku Iqro’ ini terdiri dari enam jilid, disusun secara praktis dan sistematis sehingga sangat membantu bagi pengajar maupun siswa dalam pelaksanaan kegiatan belajar mengajarnya. Dalam pelaksanaannya siswa tidak harus mengenal nama-nama huruf Arab (alif, ba’, ta’, dst), nama-nama syakal (fatḥah, dhummah, tanwin, dsb), dan juga tidak diperkenalkan istilah-istilah tajwid, seperti idgham, ikhfa’, iqlab, dll; yang penting secara praktis dan betul bacaannya.


4.        Tugas dan Tanggungjawab Guru TPA
Kehadiran guru dalam proses belajar mengajar atau pengajaran masih tetap memegang peranan penting. Peranan guru dalam proses pengajaran belum dapat digantikan oleh mesin, radio, recorder, ataupun oleh komputer yang modern sekalipun. Masih terlalu banyak unsur-unsur manusiawi seperti sikap, sistem nilai, perasaan, motivasi, kebiasaan, dan lain-lain yang diharapkan merupakan hasil dari proses pengajaran, tidak dapat dicapai melalui alat-alat tersebut. Di sinilah kelebihan manusia dalam hal ini guru, dari alat-alat atau teknologi yang diciptakan manusia untuk membantu dan mempermudah kehidupannya.[12]

a.         Pengertian Guru Taman Pendidikan Al-qur’an (TPA)
Dalam pendidikan Islam, pendidik (guru) memiliki arti dan peranan yang sangat penting, hal ini disebabkan pendidik (guru) memiliki tanggungjawab dan menentukan arah pendidikan. Oleh karena itu, Islam sangat menghargai dan menghormati orang-orang yang berilmu pengetahuan dan bertugas sebagai pendidik (guru). Islam mengangkat derajat dan memuliakan pendidik (guru) melebihi orang Islam lainnya yang tidak berilmu pengetahuan dan bukan pendidik. Bahkan orang-orang yang berilmu pengetahuan dan mau mengajarkan ilmunya kepada mereka yang membutuhkan akan disukai oleh Allah swt dan dido’akan oleh penghuni langit, penghuni bumi seperti semut dan ikan di dalam laut agar mendapat keselamatan dan kebahagiaan. Hal ini seperti yang dijelaskan dalam firman Allah swt dalam surah Al-Mujadilah ayat 11 sebagai berikut: 

Terjemahnya:

Hai orang-orang beriman apabila kamu dikatakan kepadamu: "Berlapang-lapanglah dalam majlis", Maka lapangkanlah niscaya Allah akan memberi kelapangan untukmu. dan apabila dikatakan: "Berdirilah kamu", Maka berdirilah, niscaya Allah akan meninggikan orang-orang yang beriman di antaramu dan orang-orang yang diberi ilmu pengetahuan beberapa derajat. dan Allah Maha mengetahui apa yang kamu kerjakan.[13]

Terdapat beberapa pendapat tentang pengertian guru Taman Pendidikan Al-qur’an (TPA), menurut beberapa tokoh di bawah ini:
1)        Earl V Pullias and James D Young mengatakan:
The teacher is “learned”. He should know more than is student. However, he recognizes that he does not know everithing, and he is mainly a learner. The teacher is an example to his student. Yet, he also makes mistakes, he is human. The teacher should be objective, but the teacher-student relationship is so close that it often maybe difficult to be objective.[14]

Guru adalah pengajar, dia harus tahu lebih banyak daripada muridnya. Akan tetapi, dia mengakui/sadar bahwa dia tidak mengetahui sesuatu apapun, dan dia adalah seorang pengajar yang utama. Guru adalah contoh bagi muridnya. Namun, dia juga membuat kesalahan, dia adalah manusia. Guru harus objektif, tetapi hubungan antara guru dengan murid mempunyai hubungan yang lebih dekat sehingga mungkin sulit objektif.
2)        Al-Rasyidin dan Syamsul Nizar berpendapat:
Secara umum pendidik adalah orang yang memiliki tanggungjawab untuk mendidik. Sementara secara khusus, pendidik dalam perspektif pendidikan Islam adalah orang yang bertanggungjawab terhadap perkembangan peserta didik, baik potensi afektif, kognitif, maupun psikomotorik sesuai dengan nilai-nilai agama Islam.[15]
3)        Mansur, mengemukakan:
Taman Pendidikan Al-qur’an (TPA) adalah pendidikan untuk baca dan menulis Al-qur’an di kalangan anak-anak dengan tujuan memberikan bekal dasar kepada anak-anak agar menjadi generasi Qur’ani, generasi sholih dan sholihah, yang mampu dan gemar membaca dan mengamalkan Al-qur’an dalam kehidupan sehari-hari.[16]
4)        Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan
Taman Pendidikan Al-qur’an (TPA) adalah salah satu bentuk pendidikan nonformal yang ditujukan bagi anak-anak sejak lahir hingga usia 18 tahun yang bersal dari keluarga muslim dalam rangka menyiapkan generasi Qur’ani.[17]
Berdasarkan pengertian guru dan TPA, jadi yang dimaksud guru  TPA disini adalah Guru-guru yang mengajar dilembaga TPA serta bertanggungjawab terhadap perkembangan peserta didik, dan memberikan bekal dasar agama agar menjadi generasi qur’ani, generasi sholih dan sholihah, mampu membaca dan mengamalkan Al-qur’an dalam kehidupan sehari-hari.

b.        Peran Guru Taman Pendidikan Al-qur’an (TPA)
Pendidik adalah salah satu faktor yang terpenting dalam pendidikan, terutama karena dia bertugas mengalihkan pengetahuan dan keterampilan kepada peserta didik agar mereka mampu menyerap, menilai dan mengembangkan secara mandiri ilmu yang dipelajarinya. Begitu pula halnya dengan guru TPA, peran tersebut menjadi sangat berat, Karena tidak hanya memberi pengetahuan (transfer of knowledge), tapi lebih dari itu yakni menanamkan nilai (transfer of value). Mencegah dan menangkal hal-hal negatif dari lingkungan atau budaya lain yang dapat membahayakan dan menghambat perkembangan peserta didik. Lebih dari itu, hendaknya guru TPA dapat menjadi uswah (teladan) yang baik bagi peserta didiknya.
Kehadiran TPA sebagai lembaga pendidikan nonformal tingkat dasar berusaha memberikan pendidikan dasar agama Islam, yakni sebagai lembaga yang memberikan benteng iman bagi anak sehingga tercipta generasi yang beriman, berilmu dan beramal saleh dan pandai membaca Al-qur’an. Berkaitan dengan peran guru TPA, Syaiful Bahri Djamarah mengemukakan bahwa peran guru itu sebagai berikut:
1)        Korektor
Sebagai korektor, guru harus bisa membedakan mana nilai yang baik dan mana nilai yang buruk. Menilai dan mengoreksi semua sikap, tingkah laku dan perbuatan anak didik.
2)        Inspirator
Guru harus dapat memberikan ilham yang baik bagi kemajuan belajar anak didik. Memberikan petunjuk bagaimana cara belajar yang baik.
3)        Informator
Guru harus dapat memberikan informasi perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi, selain sejumlah bahan pelajaran untuk setiap mata pelajaran yang telah diprogramkan dalam kurikulum.
4)        Organisator
Dalam bidang ini guru memiliki kegiatan pengelolaan kegiatan akademik, menyusun taat tertib sekolah, menyusun kalender akademik dan sebagainya. Semuanya diorganisasikan, sehingga dapat mencapai efektivitas dan efisiensi dalam belajar pada diri anak didik.
5)        Motivator
Sebagai motivator, guru hendaknya dapat mendorong anak didik agar bergairah dan aktif belajar.
6)        Inisiator
Dalam peran ini, guru harus dapat menjadi pencetus ide-ide kemajuan dalam pendidikan dan pengajaran.
7)        Fasilitator
Guru hendaknya dapat menyediakan fasilitas yang memungkinkan kemudahan kegiatan belajar anak didik.
8)        Pembimbing
Peran ini harus lebih dipentingkan, karena kehadiran guru adalah untuk membimbing anak didik menjadi manusia dewasa susila yang cakap. Untuk dapat menjadi seorang pembimbing, seorang pendidik harus mampu memperlakukan para siswa dengan menghormati dan menyayangi. Dan harus dipahami bahwa pembimbing yang terdekat dengan murid adalah guru.
9)        Demonstrator
Dalam peran ini, guru harus berusaha membantu pemahaman peserta didik terhadap pelajaran yang sukar dipahami dengan cara memperagakan apa yang diajarkan secara didaktis.
10)    Pengelola kelas
Hal ini dimaksudkan agar proses belajar mengajar tidak membosankan dan memperlancar interaksi edukatif. Tujuan umum pengelolaan kelas ialah menyediakan dan menggunakan fasilitas kelas untuk bermacam-macam kegiatan belajar dan mengajar agar mencapai hasil yang baik. Sedangkan tujuan khususnya adalah mengembangkan kemampuan siswa dalam menggunakan alat-alat belajar, menyediakan kondisi-kondisi yang memungkinkan siswa bekerja dan belajar, serta
membantu siswa untuk memperoleh hasil yang diharapkan.
11)    Mediator
Sebagai mediator, guru hendaknya memiliki pengetahuan dan pemahaman yang cukup tentang media pendidikan dalam berbagai bentuk dan jenisnya, baik media non material maupun material. Dalam memilih dan menggunakan media pendidikan harus sesuai dengan tujuan, materi, metode, evaluasi dan kemampuan guru serta minat dan kemampuan siswa.
12)         Supervisor
Guru hendaknya dapat membantu, memperbaiki, dan menilai secara kritis terhadap proses pengajaran.
13)         Evaluator
Yakni dengan memberikan penilaian yang menyentuh aspek ekstrinsik dan intrinsik. Sebagai evaluator, guru tidak hanya menilai produk (hasil pengajaran), tetapi juga menilai proses jalannya pengajaran. Dengan penilaian, guru dapat mengetahui keberhasilan pencapaian tujuan, penguasaan siswa terhadap pelajaran, serta ketepatan atau keefektifan metode mengajar.[18]
Dari pemaparan diatas, penulis dapat menyimpulkan bahwa peran guru Taman Pendidikan Al-qur’an (TPA) adalah sebagai teladan yang baik (Uswatun Hasanah), sebagai mitra belajar yang baik bagi peserta didik dengan berbagai kompetensinya, serta sebagai motivator, yakni mendorong anak didiknya bergairah atau semangat dan aktif dalam belajar.

5.        Generasi Muda yang Berkualitas
Generasi adalah angkatan atau keturunan.[19] Generasi muda dalam penelitian ini adalah anak-anak umur prasekolah dan umur sekolah yang batas umurnya sampai 12 tahun. Secara kodrati, generasi muda (anak) memerlukan pendidikan atau bimbingan dari orang dewasa. Dasar kodrati ini dapat dimengerti dari kebutuhan-kebutuhan dasar yang dimiliki oleh setiap anak yang hidup di dunia ini.
Generasi muda (anak) adalah makhluk yang masih membawa kemungkinan unuk berkembang, baik jasmani maupun rohani. Generasi muda (anak) memiliki jasmani yang belum mencapai taraf kematangan baik bentuk, kekuatan maupun perimbangan bagian-bagiannya. Dalam segi rohaniah, generasi muda (anak)  mempunyai bakat-bakat yang harus dikembangkan. Generasi muda (anak) juga mempunyai kehendak, perasaan, dan pikiran yang belum matang. Di samping itu, Generasi muda (anak) mempunyai berbagai kebutuhan seperti kebutuhan akan pemeliharaan jasmani, seperti makan, minum dan pakaian, kebutuhan akan kesempatan berkembang, bermain-main, berolahraga dan sebagainya. Selain daripada itu, generasi muda (anak) mempunyai kebutuhan rohani seperti kebutuhan akan ilmu pengetahuan duniawi dan keagamaan, kebutuhan akan pengertian nilai-nilai kemasyarakatan, kesusilaan, kebutuhan kasih sayang.[20]
Menurut Al-Ghazali, bahwa generasi muda (anak) adalah amanah Allah dan harus dijaga dan dididik untuk mencapai keutamaan dalam hidup dan mendekatkan diri kepada Allah. [21] Generasi muda (anak) merupakan objek penting dalam ilmu pendidikan.

C.      KESIMPULAN
Berdasarkan uraian di atas, secara terperinci tentang masalah-masalah yang sesuai dengan topik pembahasan, maka dapat ditarik kesimpulan sebagai berikut:
1.      Peranan Taman Pendidikan Al-Qur’an (TPA) Rabbani Syuhada’  Desa Mappalo Ulaweng Kecamatan Awangpone Kabupaten Bone yang terletak di wilayah Kecamatan Awangpone dalam mempersiapkan generasi muda yang berkualitas sudah dilakukan oleh Ketua Unit dan Ustadz serta Ustadzah, dan bentuk aplikasi peranannya adalah dengan memperbaiki dan menerapkan beberapa metode pengajaran yang bervariasi yang disesuaikan dengan kondisi dan keadaan anak-anak. Pada pembelajaran Al-Qur’an digunakan metode hafalan dan metode iqra’, dan pada pembelajaran akhlak digunakan metode pembiasaan, metode pemberian tugas,  metode nasehat, dan metode problem solving.
2.      Adapun faktor yang mendukung dari pengembangan Taman Pendidikan Al-Qur’an (TPA) Rabbani Syuhada’  Desa Mappalo Ulaweng Kecamatan Awangpone Kabupaten Bone adalah adanya dukungan dan perhatian yang besar dari orangtua santri, serta adanya kesungguhan dan kerjasama yang baik di antara para ustadz dan ustadzah. Faktor yang menghambat dari pengembangan Taman Pendidikan Al-Qur’an (Tpa) Rabbani Syuhada’  Desa Mappalo Ulaweng Kecamatan Awangpone Kabupaten Bone yang terletak di wilayah Kecamatan Awangpone adalah kurangnya fasilitas serta kurang perhatiannya pengurus yayasan terhadap pengembangan TPA.

D.      DAFTAR PUSTAKA

AR, Mamsudi,  Dinul Islam untuk Santri TPA, Jakarta: LPPTKA BKPRMI DKI Jaya, 2000
   Panduan Manajemen dan Tata Tertib TK/TP Alquran, Jakarta: LPPTKA BKPRMI, 1999
Departemen Agama Republik Indonesia, Al-qur’an dan Terjemahan, Bandung: Gema Risalah Press, 1989.
Direktorat Pembinaan Pendidikan Anak Usia Dini, Petunjuk Teknis Penyelenggaraan PAUD Berbasis Taman Pendidikan Al-qur’an (PAUDTPQ), Jakarta: Kemdikbud, 2012.
Entin Sutinah. Skripsi Peranan Taman Pendidikan Al Qur’an Dalam Pendidikan Agama Pada Anak Usia Sekolah Dasar (Studi Kasus Di Taman Pendidikan Al-qur’an Nurusshobah Desa Palasari Kecamatan Cijeruk Kabupaten Bogor, 2011, Diakses pada tanggal 20 Oktober 2014.

Khaerudin, Peran Taman Pendidikan Al-qur’an (TPQ) Nurul Iman Kelurahan Sambong Kecamatan Batang Kabupaten Batang dalam Pembinaan Akhlak Anak, Skripsi Fakultas Tarbiyah. Semarang: Perpustakaan Tarbiyah IAIN Walisongo Tarbiyah, 2011. Diakses pada tanggal 10 Oktober 2014
Muhaimin, Wacana Pengembangan Pendidikan Islam, Surabaya: Pustaka Pelajar, 2004.
Quraisy Shihab, Membumikan Al-qur’an,  Bandung: Mizan, 2002.
Syamsudin, MZ. Panduan Kurikulum dan Pengajaran TKA-TPA, Jakarta: LPPTKA BKPRMI pusat, 2004.
Uhbiyati Hj. Nur, Ilmu Pendidikan Islam (IPI), Edisi Revisi; Bandung: CV. Pustaka Setia, 1998


[1] Undang-Undang Republik Indonesia No 20 Tahun 2003 Tentang Sistem Pendidikan Nasional, (Jakarta: Cemerlang, 2003), h. 23

[2] Departemen Agama RI, Al-qur’an dan Terjemahnya, (Depok: Cahaya Qur’an, 2008),   h. 591-592
[3]Nur Uhbiyati, Ilmu Pendidikan Islam (IPI), (Edisi Revisi. Bandung: CV. Pustaka Setia, 1998), h. 49
[4] Quraisy Shihab, Membumikan Al-qur’an, ( Bandung: Mizan, 2002),  h. 33
[5]Mamsudi AR,  Dinul Islam untuk Santri TPA, (Jakarta: LPPTKA BKPRMI DKI Jaya, 2000),  h. 2
[6] Ihsan, Hamdani dan Fuad Hasan, Filsafat Pendidikan Islam, (Bandung: Pustaka Setia,1998),  h. 33
[7]Mamsudi, AR. Op.Cit. h. 30
[8]Syamsudin, MZ. Panduan Kurikulum dan Pengajaran TKA-TPA, (Jakarta: LPPTKA BKPRMI pusat, 2004) h. 15-21

[9] http://www.lpptkabkprmi.com/2014/09/sambutan-lpptka.html (diakses pada hari Kamis, 30 Oktober 2014)

[10] Ibid.,  http://www.lpptkabkprmi.com (diakses pada hari Kamis, 30 Oktober 2014)

[11] Muhaimin, Wacana Pengembangan Pendidikan Islam, (Surabaya: Pustaka Pelajar, 2004),     h.  209
[12] Nana Sudjana. Dasar-Dasar Proses Belajar Mengajar, (Bandung: Sinar Baru, 2009), h. 12
[13] Departemen Agama RI,  Al-qur’an dan Terjemahnya. Op. Cit., h. 543

[14]Earl V. Pullias and James D. Young, A Teacher is Many Things, (USA: Fawcelt, 2000), h. 14.

[15]Samsul Nizar, Filsafat Pendidikan Islam: Pendekatan Historis, Teoritis dan Praktis, (Jakarta: Ciputat Pers, 2002), h. 41

[16]Mansur, Pendidikan Anak Usia Dini dalam Islam, ( Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2011), h. 142-143

[17] Direktorat Pembinaan Pendidikan Anak Usia Dini, Petunjuk Teknis Penyelenggaraan PAUD Berbasis Taman Pendidikan Al-qur’an ( PAUDTPQ), (Jakarta: Kemdikbud, 2012), h. 4
[18] Syaiful Bahri Djamarah, Guru Dan Anak Didik Dalam Interaktif Edukatif , (Jakarta: Rineka Cipta, 2005), h. 48

[19] Sofiyah Ramdhani , E. S. Op. Cit.,  h. 212

[20] Hj. Nur Uhbiyati. Op. Cit., h. 91

[21] Ghazali. Ihya Ulumuddin (Terjemahan TK. Ismail Yakub), (Surabaya: Faizan, 1966),
h. 34