PENGARUH DISIPLIN GURU
TERHADAP EFEKTIVITAS PEMBELAJARAN
ANDI
HAPIDAH
Dosen STAI Al-Ghazali Bone
Abstrak: Perilaku
disiplin merupakan sikap yang diperlukan oleh seseorang dalam menjalani
aktifitasnya. Dalam kerangka penegakan disiplin
selain dapat memberikan contoh langsung kepada anak didik, guru dapat juga memberi makna disiplin yang
sesungguhnya. Kewajiban sebagai pengajar
dituntut memiliki kedisiplinan yang tinggi untuk menunjang aktifitas proses
pembelajaran. Kemampuan memahami aturan dan melaksanakan aturan dengan baik
dalam proses belajar mengajar di kelas sangat membantu membelajarkan siswa ke
arah yang lebih baik. Ada beberapa hal yang bisa dilakukan oleh guru dalam
membangun tradisi disiplin, yaitu; mengingat manfaat disiplin, mengingat tanggung jawab, dan pandai mengatur
waktu. Efektifitas pembelajaran bisa terganggu apabila seorang guru tidak
menerapkan macam-macam bentuk disiplin seperti berikut ini: 1. Disiplin waktu,
2. Disiplin menegakkan aturan, 3. Disiplin sikap, 4. Disiplin dalam beribadah.
Guru patut menerapkan disiplin karena merupakan simbol konsistensi dan komitmen
dalam menjalankan tugas dan kewajibannya secara maksimal.
Key Word: Disiplin
Guru, Efektivitas Pembelajaran
A. PENDAHULUAN
Terbentuknya
kualitas peserta didik tidak terlepas dari peran guru sebagai pendidik. Dengan
sendirinya mau tidak mau, guru merupakan tempat bergantung yang membutuhkan
kekokohan peran, di samping menjadi teladan yang senantiasa menjadi cermin
kehidupan. Guru adalah pendidik. Dalam fungsi ini guru dituntut secara moral
mampu mengarahkan anak didiknya untuk berperilaku sesuai dengan norma dan etika
yang berlaku dalam kehidupan masyarakat. Untuk
mendidik peserta didik lebih beretika dan bermoral bisa melalui keteladanan
seorang guru dalam setiap perilakunya. Karena anak didik tidak sekedar diberi
pemahaman mengenai moralitas atau budi pekerti, tetapi bagaimana pendidikan
moralitas itu dapat diendapkan dalam setiap proses pendidikan apapun dan di
manapun. Memang, harus diakui bahwa tidak ada metode pendidikan moral yang
lebih baik selain guru sendiri menjadi bagian dan contoh hidup dari apa yang
diajarkan.Inti dari pendidikan moral sebenarnya menyangkut tentang bagaimana
hidup sebagai manusia yang bermoral dan beradab. Idealnya, guru harus bisa
menjadikan proses transfer pengetahuan tentang moral, menjadi lebih hidup. Itu
sebabnya, guru harus memfungsikan diri menjadi contoh hidup dari pelajaran yang
diberikan dikelas. Sebab seorang guru baik ucapan maupun tindakannya, akan
menjadi “kiblat” bagi anak didiknya. Al-Ghazali
pernah berkata, “Sesungguhnya perumpamaan pembimbing (pendidik) dengan orang
yang dibimbingnya (muridnya) bagaikan ukiran dengan tanah liat, atau bayangan
dengan tongkat. Bagaimana mungkin tanah liat dapat diukir, dan bagaimana
mungkin bayangan akan lurus sekirannya tongkatnya bengkok”.[1] Salah satu faktor yang
paling mendasar dalam membina siswa melalui proses keteladanan adalah faktor
kedisiplinan yang harus dimiliki oleh seorang guru. Dari hasil pengamatan sehari-hari
ternyata guru yang disenangi oleh siswa adalah guru yang berdisiplin. Artinya
ia tertib dalam melaksanakan segala aturan yang berlaku dan mampu mendiplinkan
siswa. B.
PEMBAHASAN
1. Konsep
Kedisiplinan.
Faktor
kedisiplinan di negara ini masih menjadi hal yang dianggap remeh bagi sebagaian
orang khususnya oleh pendidik. Padahal, disiplin adalah salah satu syarat
mutlak untuk sukses menggapai cita-cita dalam dunia pendidikan. Tanpa
kedisiplinan yang tinggi, kualitas pendidikan akan kalah dari bangsa-bangsa
lain yang menerapkan disiplin yang tinggi, seperti Jepang, Cina, Malaysia,
Amerika, Australia.Berjalannya keteraturan dalam setiap pekerjaan merupakan
salah satu hasil dariproses disiplin. Bayangkan kalau salah satu unsur tidak
berjalan dengan waktunya yang tepat, maka unsur yang lain akan mengalami
gangguan sistem. Begitu juga dengan perjalanan hidup manusia yang tidak
mempunyai kedisiplinan. Istilah
disiplin berasal dari bahasa Inggris ‘discipline”
yang mengandung beberapa arti. Diantaranya ialah pengendalian diri, membentuk
karakter yang bermoral, memperbaiki dengan sanksi, serta kumpulan beberapa tata
tertib untuk mengatur tingkah laku.[2] Disiplin
adalah suatu keadaan tertib di mana orang-orang yang tergabung dalam suatu
organisasi tunduk pada peraturan-peraturan yang telah ada dengan rasa senang.[3] Dari
beberapa pengertian di atas dapat disimpulkan bahwa disiplin adalah ketaatan
pada suatu aturan yang dilakukan secara sadar tanpa adanya dorongan paksaan pihak lain atau tindakan yang
menunjukkan perilaku tertib dan patuh pada berbagai ketentuan dan peraturan. Tujuan disiplin yaitu agar kegiatan sekolah dapat
berlangsung secara efektif dalam suasana tenang, tenteram dan setiap guru
beserta karyawan dalam organisasi sekolah merasa puas karena terpenuhi
kebutuhannya. Dapat dipahami bahwa tujuan disiplin sesuai dengan penjelasan di
atas adalah untuk membentuk tingkah laku sesuai dengan yang sudah ditetapkan
untuk mencapai sesuatu yang lebih baik dan diharapkan. Terkait hal tersebut,
sekolah yang punya tata tertib jelas bermaksud mendisiplinkan guru dan siswa
untuk mencapai prestasi yang lebih baik dalam pembelajaran. Walaupun disiplin
mempunyai tujuan yang penting, namun dalam penerapannya, disiplin memiliki
beberapa konsep, yaitu konsep disiplin yang otoriter, disiplin permisif, dan
disiplin demokratis. Disiplin otoriter adalah konsep disiplin yang memaksa
orang-orang yang berada di lingkungan tersebut untuk mengikuti sesuatu yang
sudah ditetapkan. Tindakan yang melanggar aturan atau mempertanyakan aturan
akan mendapatkan sanksi dari pihak yang berwenang. Disiplin permisif adalah
membiarkan orang-orang bertindak bebas dan sesuka hati tanpa ada aturan yang
mengikat.Nilai-nilai dan norma-norma diciptakan sendiri. Akibatnya bisa terjadi
benturan nilai antara satu sama lain. Dalam hal ini norma-norma yang universal
cenderung untuk dilanggar. Disiplin demokratis adalah sebuah usaha mendisiplinkan
diri berdasarkan kesadaran diri atau tanpa paksaan dari pihak luar. Disiplin
demokratis cenderung memihak pada kepentingan bersama di atas kepentingan
pribadi.[4] Melalui
pemahaman terhadap beberapa konsep disiplin tersebut, dapat dilihat implementasi
aturan yang dipakai di beberapa sekolah sebagai tempat terjadinya proses
belajar-mengajar. Pada umumnya, salah satu faktor yang menyebabkan tidak
efektifnya aturan yang dipakai untuk mendisplinkan para guru ialah implementasi
yang tidak menggunakan konsep paling tepat sesuai dengan perkembangan zaman. Aturan apapun yang diterapkan untuk
mendisiplinkan guru dan siswa, tetapi dalam pelaksanaanya tidak disertai dengan
pengawalan atau lemahnya kontrol, maka sulit untuk menciptakan iklim sekolah
yang disiplin. Sementara itu alangkah
tidak adilnya jika suatu lembaga pendidikan hanya membuat aturan khusus bagi
siswanya sedangkan guru tidak ada aturan untuk mendisiplinkan diri dalam
melaksanakan tugas mengajar. Akibatnya guru yang tidak disiplin akan memberi
contoh kepada siswa untuk tidak bersikap disiplin juga. Jadi sebelum sekolah
menerapkan aturan untuk mendisiplinkan siswa, terlebih dahulu guru harus
dibuatkan aturan dan mendisiplinkan diri dengan adanya aturan tersebut.
2. Pengaruh Disiplin
Guru Terhadap Efektivitas Pembelajaran
Membangun
kesadaran hidup disiplin patut dilakukan oleh semua pihak. Guru sebagai figur
teladan siswa harus memberikan contoh yang baik dalam penegakan disiplin ini.
Kedisiplinan sangat perlu dalam menjalankan tugas dan kewajibannya sebagai
pengajar, pendidik dan pembimbing siswa. Disiplin yang tinggi akan mampu
membangun kinerja yang profesional sebab dengan pemahaman disiplin yang baik,
guru mampu mencermati aturan-aturan dalam melaksanakan proses belajar-mengajar. Kemampuan guru dalam memahami aturan
dan melaksanakan aturan yang tepat dalam proses belajar-mengajar di kelas
sangat membantu upaya membelajarkan siswa ke arah yang lebih baik. Kedisiplinan
bagi para guru merupakan bagian yang tidak terpisahkan dalam melaksanakan tugas
dan kewajibannya. Mempunyai
karakter dan pola hidup disiplin memang tidak mudah, namun, karena disiplin
adalah salah satu syarat menggapai kesuksesan hidup, maka harus berlatih secara
maksimal dan intensif menjadi orang disiplin. Begitu pula bagi seorang guru.
Untuk membangun tradisi disiplin yang kuat, ada beberapa hal yang dilakukan, yaitu,
selalu mengingat manfaat disiplin. Sebagai seorang guru, disiplin sangat besar
manfaatnya, antara lain pembelajaran dapat berjalan secara efektif, baik dan memuaskan. Hal
lain yang perlu pula diperhatikan adalah, selalu mengingat tanggung jawab.
Seorang guru harus terus mengingat tugas dan tanggung jawabnya yang besar di
hadapan Allah, negara, orang tua siswa dan kepada anak didik. Sebagai pemegang
amanah ia tidak boleh menyepelekan tanggung jawab tersebut. Dalam melaksanakan
tanggung jawab tersebut diperlukan kedisiplinan. Pandai mengatur waktu, merupakan hal penting bagi seorang
guru. Disiplin melaksanakan kegiatan
membutuhkan kemampuan mengatur waktu dengan baik. Di sini guru dituntut untuk
memanejemen waktu tersebut agar apa yang dilakukan tidak sia-sia. Hal-hal yang
tidak bermanfaat, misalnya begadang malam dan sejenisnya, seharusnya
ditinggalkan, agar agenda yang telah disusun dapat berjalan dengan baik. Agama
sudah memberikan pelajaran kepada kita bahwa sesuatu yang tidak ada manfaatnya
harus ditinggalkan. Ucapan, tindakan, dan segala aspek terjang seorang guru
harus membawa manfaat bagi diri sendiri dan orang lain. Berlatih dengan mendisiplinkan
diri adalah merupakan sebuah proses membudayakan produktiitas tinggi.
Aspek yang akan lebih meneguhkan tertanamnya budaya
disiplin dalam diri seorang guru untuk menegakkan wibawa dan keteladanan serta
menunjang pembelajaran adalah konsistensi, atau dalam bahasa agama adalah istiqamah. Guru yang mengerti akan arti
disiplin akan senantiasa menerapkannya dalam setiap interaksi pembelajaran.
Kegiatan
pembelajaran dalam kerangka mengembangkan budaya disiplin, sebagai konsep mengajar dapat dilakukan guru
dengan mengaitkan materi yang diajarkan dengan situasi dunia nyata, sehingga
peserta didik mampu membuat hubungan antara pengetahuan yang dimilikinya dengan
penerapannya dalam kehidupan mereka.
Ada beberapa bentuk disiplin sebagai seorang guru yang
bisa mempengaruhi efektivitas pembelajaran, yaitu:
a.
Disiplin Waktu
Disiplin
waktu menjadi sorotan utama bagi seorang guru. Waktu masuk mengajar biasanya
menjadi parameter utama kedisiplinan guru. Masuk dalam kelas pas bel berbunyi
berarti termasuk guru disiplin, sedangkan masuk sebelum ataupun lama setelah
bel berbunyi masuk kategori guru tidak disiplin. Seorang guru datang terlebih
dahulu sebelum waktunya mengajar akan berdampak kepada siswa-siswanya. Mereka
akan datang lebih dahulu sebelum gurunya datang karena takut terlambat. Karena
itu, jangan menyepelekan disiplin waktu ini. Kapan masuk mengajar dan keluar
mengajar harus sesuai dengan alokasi waktu yang telah ditentukan agar tidak
mengganggu jam guru lain.
b. Disiplin
Menegakkan Aturan.
Disiplin
menegakkan aturan sangat berpengaruh terhadap kewibawaan guru. Model pemberian
sanksi yang diskriminatif harus ditinggalkan. Siswa sekarang ini cerdas dan
kritis, sehingga kalau diperlukan semena-mena dan pilih kasih, mereka akan
memakai cara mereka sendiri untuk menjatuhkan harga diri guru. Oleh karena itu
pilih kasih dalam memberikan saksi sangat dibenci dalam agama.
c.
Disiplin Sikap
Mengontrol
perbuatan diri sendiri menjadi starting
point untuk menata perilaku orang lain. Misalnya, untuk tidak marah,
tergesa-gesa, dan gegabah dalam bertindak. Dalam melaksanakan disiplin sikap
ini, seorang guru tidak boleh mudah tersinggung dan cepat menghakimi orang lain
hanya karena persoalan sepele.
d.
Disiplin dalam Beribadah.
Menjalankan
ajaran agama juga menjadi parameter utama dalam kehidupan ini. Sebagai seorang
guru, menjalankan ibadah adalah hal yang sangat penting. Oleh karena itu,
kedisiplinan guru dalam menjalankan agama akan berpengaruh terhadap pemahaman
dan pengamalan murid terhadap agamanya.[5]
Dari
beberapa bentuk disiplin yang telah di
uraikan di atas, seorang guru bisa memahami bahwa dalam melaksanakan tugas dan
kewajibannya, faktor kedisiplinan yang baik bisa memperlancar pekerjaan
khususnya dalam hal pembelajaran. Kedisiplinan menjadi suatu keniscayaan bagi
guru untuk melahirkan siswa-siawa yang cerdas dan berprestasi. Kalau
selama ini kita menganggap disiplin adalah perilaku yang kaku, tidak fleksibel,
dan menyalahi kebebasan, maka paradigma berpikir seperti itu harus diubah
karena prestasi sulit lahir dari orang yang malas, suka terlambat, tidak
mempunyai semangat dan etos kerja yang tinggi.
C. KESIMPULAN
Berdasarkan
hal-hal yang telah diuraikan sebelumnya, maka penulis memberikan beberapa
kesimpulan sebagai berikut:
1. Faktor kedisiplinan merupakan salah satu
syarat untuk sukses menggapai cita-cita dalam dunia pendidikan. Disiplin adalah
ketaatan pada suatu aturan yang dilakukan secara sadar tanpa adanya dorongan
paksaan pihak lain atau tindakan yang menunjukkan perilaku tertib dan patuh
pada berbagai ketentuan dan peraturan. Dalam penerapannya disiplin mempunyai
beberapa konsep, yaitu: disiplin otoriter, disiplin permisif dan disiplin
demokratis.
2. Guru adalah figur teladan yang baik bagi
anak didiknya, sepatutnya memberikan contoh yang baik dalam menegakkan
disiplin. Kemampuan seorang guru dalam memahami dan melaksanakan aturan dalam
proses pembelajaran di kelas akan membantu upaya membelajarkan siswa ke arah
yang lebih baik. Pembelajaran dapat berjalan secara efektif apabila guru
mempraktekkan arti disiplin sesungguhnya.
DAFTAR PUSTAKA
Asmani, Jamal Ma’mur. Tips Menjadi Guru Inspiratif, Kreatif, dan Inovatif, Jogyakarta:
Diva Press, 2011
Arif Rahman,
Masykur. Kesalahan-Kesalahan Guru Saat
Mengajar. Jogyakarta: Laksana,
2013.
Hasan Sulaeman,
Fathiyah. Alam Pikiran AL-Ghazali
Mengenai Pendidikan Ilmu, Bandung: CV
Diponegoro, 1986
Ondi Saondi,
Aris Suherman. Etika Profesi Keguruan.
Bandung: PT Refika Aditama,
2010.
Tu’u, Tulus. Peran Disiplin pada Perilaku dan Prestasi Siswa, Jakarta: Gramedia Widia Sarana Indonesia, 2004.
Tu’u, Tulus. Peran Disiplin pada Perilaku dan Prestasi Siswa, Jakarta: Gramedia Widia Sarana Indonesia, 2004.
[1]Fathiyah Hasan Sulaiman, Alam Pikiran al-Ghazali Mengenai Pendidikan
dan Ilmu, (Bandung: CV.
Diponegoro, 1986), h. 56.
[2] Masykur Arif Rahman, Kesalahan-Kesalahan Guru Saat Mengajar,
(Jogjakarta: Laksana, 2013), h. 64
[3] Ondi Saondi dan Aris
Suherman, Etika Profesi Keguruan,
(Bandung: PT Refika Aditama, 2010), h. 40
[4] Tulus
Tu’u, Peran Disiplin pada Perilaku dan
Prestasi Siswa, (Jakarta: Gramedia Widia Sarana Indonesia, 2004), h. 31.
[5] Jamal Ma’mur Asmani, Tips Menjadi Guru Inspiratif, Kreatif, dan
Inovatif, (Jogjakarta: Diva Press, 2011), h. 94-95.
0 komentar:
Posting Komentar