STRATEGI GURU
DALAM MENINGKATKAN PENGENALAN
HURUF HIJAIYAH
DI TK NO 6 MARIO PULANA
KECAMATAN MARE
KABUPATEN BONE
Nurhasanah
R, S.E., S.Pd.I., M.Pd
Dosen:
STAI Al-Gazali Bone
Abstarak:
Dalam pendidikan dan pengajaran, penggunaan strategi guru dan media
sangat menentukan dalam pencapaian tujuan
yang akan dicapai. Penggunaan strategi dan media pada proses
pembelajaran dengan baik dapat menentukan keberhasilan pembelajaran.
Sebaliknya, penggunaan strategi dan media yang seadanya dapat mengakibatkan
anak sangat lambat dalam memahami materi pelajaran. Untuk lebih mengetahui dan
memahami hal tersebut, maka dilakukanlah penelitian ini.
Jenis
penelitian ini adalah penelitian kualitatif deskriptif. Sedangkan teknik yang
digunakan dalam mengumpulkan data dari beberapa
sumber informasi, maka penulis
menggunakan metode pengumpulan data dalam penelitian ini, dilakukan beberapa tahap yaitu: 1)
tahap orientasi atau tahap pra lapangan, 2) tahap
kegiatan lapangan, 3) tahap pengecekan dan pemeriksaan data, kemudian proses pengolahan data melalui
tiga tahap, yaitu reduksi data, penyajian data (data display) dan data
verifikasi/penarikan kesimpulan.
Hasil
penelitian ini menunjukkan bahwa, secara
garis besar, Strategi yang digunakan guru dalam meningkatkan pengenalan huruf hijaiyah pada TK No 6 Mario Pulana Kec. Mare Kab. Bone
adalah: Memberikan kemudahan baik
fasilitas atau media belajarnya maupun metode yang diterapkan mudah dipahami
anak, berusaha menyenangkan anak, dengan melakukan suatu perilaku di dalam
mengaktifkan sistem komunikasi dan bersosialisasi dengan teman-teman dan
lingkungan sekitarnya, menyediakan media
visual, artinya media yang bisa dilihat dan dimainkan secara langsung oleh anak
baik secara individu maupun kelompok.
Manfaat
penggunaan media dalam meningkatkan pengenalan huruf hijaiyah pada TK No 6
Mario Pulana Kec. Mare Kab. Bone adalah: Penyampaian pesan pembelajaran dapat
lebih mencapai standar, pembelajaran bisa menjadi lebih menarik, pembelajaran menjadi lebih
interaktif, pelaksanaan pembelajaran dapat dipersingkat, kualitas pembelajaran
dapat ditingkatkan, proses pembelajaran dapat berlangsung kapanpun dan
dimanapun diperlukan.
Key word:
Strategi, Media, Huruf Hijaiyah
A.
PENDAHULUAN
Pentingnya pendidikan pada anak usia dini
menuntut para guru untuk menggunakan strategi yang mampu memusatkan perhatian
pada anak dalam kegiatan pembelajaran. Karena anak merupakan dambaaan bagi
setiap orang tua dan generasi penerus bangsa, namun salah satu permasalahan
yang muncul adalah tidak setiap orang tua atau pendidik memahami cara yang
tepat dalam mendidik anak usia dini. Salah satu cara untuk memperkenalkan
pendidikan agama kepada anak-anak adalah dengan cara memasukan anak ke
sekolah-sekolah agama atau pada kegiatan-kegiatan TPA (Taman Pendidikan Al
Qur’an) yang sesuai dengan usianya. Biasanya hal pertama yang
diajarkan adalah dengan memperkenalkan huruf hijaiyah agar kelak mereka dapat
membaca al-Qur’an.
Huruf hijaiyah yang terdiri dari 29 huruf
tersebut mempunyai bentuk dan karakter berbeda-beda pada penekanan bentuk dan
titiknya, hal ini kadang sering menyulitkan anak-anak untuk dapat dengan cepat
melafalkan dan menghafal ke 29 huruf hijaiyah tersebut. Permasalahan yang
sering terjadi diantaranya anak sering tertukar melafalkan huruf-huruf hijaiyah
terutama huruf-huruf yang sama bentuknya tetapi berbeda titiknya, sehingga akan
membuat anak menjadi malas untuk mengaji. Oleh karena itu perlu adanya suatu
strategi pembelajaran yang dapat menarik minat anak untuk lebih tertarik
mengenal dan melafalkan huruf hijayah, dimana sebaiknya setiap huruf dikenalkan
dengan berbagai permainanan, kegiatan motorik, menyanyi dan tepuk akan terasa
lebih menyenangkan dan mudah dipahami oleh anak, anak akan merasa serasa
bermain padahal tanpa terasa anak sedang belajar huruf-huruf hijaiyah. Cara
tersebut akan membantu tahapan awal anak dalam belajar mengenal al Qur’an
dengan efektif.
Dalam pendidikan dan pengajaran, penggunaan
strategi guru dan media sangat menentukan dalam pencapaian tujuan yang akan dicapai, karena dengan penggunaan
strategi dan media seadanya yang digunakan oleh guru pada proses pembelajaran
dalam mengenalkan huruf hijaiyah pada anak sangat lambat sekali memahaminya,
sehingga tidak heran jika anak sudah masuk SD masih banyak yang belum lancar
menyebutkan huruf hijaiyah, begitupun juga keadaan yang peneliti dapatkan pada
observasi awal di lokasi penelitian, masih perlunya guru berusaha mengembangkan
stratergi sehingga dapat meningkatkan pengenalan huruf hijaiyah pada anak.
B.
PEMBAHASAN
1.
Kajian Teori
a.
Pengertian
Strategi
Istilah strategi (strategy)
berasal dari kata benda dan kata kerja dalam bahasa Yunani.
Sebagai kata benda, strategos, merupakan gabungan kata “stratos”
(militer) dengan “ago” (memimpin). Sebagai kata kerja, stratego berarti
merencanakan (to plan). Konsep strategi semula hanya diterapkan dalam
kemiliteran dan dunia politik kemudian berkembang banyak diterapkan pula dalam
bidang manajemen, dunia usaha, pengadilan dan pendidikan.[1]
Pada dasarnya, istilah strategi
dapat dirumuskan sebagai suatu tindakan penyesuaian untuk mengadakan reaksi
terhadap situasi lingkungan tertentu (baru dan khas) yang dapat dianggap
penting, dimana tindakan penyesuaian tersebut dilakukan secara sadar
berdasarkan pertimbangan yang wajar.[2]
Syaiful Sagala mengatakan bahwa strategi merupakan rencana
yang komprehensif mengintegrasikan segala resources dan capabilities
yang mempunyai tujuan jangka panjang untuk memenangkan kompetisi.[3]
Gaffar berpengertian bahwa strategi adalah “rencana
yang mengandung cara komprehensif dan integratif yang dapat dijadikan pegangan
untuk bekerja, berjuang dan berbuat guna memenangkan kompetisi”. Strategi juga
merupakan instrumen manajemen yang ampuh dan tidak dapat dihindari, tidak hanya
untuk survival dan memenangkan persaingan, namun juga untuk tumbuh dan
berkembang.[4]
Jauch dan Glueck, mengemukakan bahwa strategi diartikan
sebagai “rencana yang disatukan, menyeluruh dan terpadu”. Tiga komponen
tersebut berkaitan dengan keunggulan strategi perusahaan yang dirancang untuk
memastikan bahwa tujuan utama dari perencanaan dapat dicapai melalui
pelaksanaan yang tepat oleh perusahaan. Disatukan artinya bahwa strategi
mengikat semua aspek penting dan menyeluruh, artinya bahwa strategi meliputi semua
aspek penting dan terpadu. Strategi diartikan sebagai suatu rencana yang serasi
dan saling berkesesuaian antara satu dengan yang lainnya.[5]
Dari
pengertian strategi yang telah dikemukakan, dapat disimpulkan bahwa, manusia
dapat melakukan berbagai rencana dan usaha dalam melaksanakan tugasnya dalam
pendidikan karena manusia diberikan akal yang menjadi kelebihan manusia untuk
dapat dipergunakan mencari dan mengembangkan ilmu pengetahuan.
b.
Pengertian
Guru
Guru atau tenaga pendidik merupakan
tenaga profesional yang bertugas merencanakan dan melaksanakan proses
pembelajaran, menilai hasil pembelajaran, melakukan pembimbingan dan pelatihan
serta melakukan penelitian dan melakukan pengabdian kepada masyarakat terutama
pada pendidik di perguruan tinggi.[6]
Dalam pengertian lain menurut Mulyasa, guru adalah “pendidik, yang
menjadi tokoh, panutan, dan identifikasi bagi para peserta, dan lingkungannya”.[7]
Sedangkan menurut Abdurrahman guru adalah “seorang anggota masyarakat yang
berkompoten dan memperoleh kepercayaan untuk melaksanakan tugas mengajar /
transfer nilai kepada murid”.[8] Dengan
demikian, guru adalah seorang tenaga profesional dan terdidik yang beroleh
kepercayaan melaksanakan tugas mendidik dan mengajar siswa, membimbing,
mengarahkan, melatih, menilai dan mengevaluasi siswa setelah mengikuti proses
pembelajaran di sekolah.
Adapun peran seorang guru menurut para ahli adalah sebagai
berikut:
1)
Abdurrahman,
berpendapat bahwa “guru berperan sebagai fasilitator, counselor, motivator,
organisator dan informator”.Sebagai fasilitator guru berperan dalam
menciptakan situasi, sebagai counselor berperan sebagai pembimbing dan
penyuluh, sebagai motivator berperan memberi dorongan dan sugesti,
sebagai organisator berperan sebagai pengorganisasi kegiatan PBM dan
sebagai informator berperan dalam menerangkan dan memberi informasi.[9]
2)
Sukadi,
membagi peran guru menjadi 4 peran yaitu : “sebagai demonstrator,
pengelola kelas, mediator,fasilitator, dan sebagai evaluator”.
Tugas dan peranan guru sebagai pendidik profesional sesungguhnya sangat kompleks.
Salah satunya adalah pada saat berlangsungnya interaksi edukatif di dalam
kelas.[10]
3)
Menurut
Suryosubroto, “peran guru antara lain menguasai dan mengembangkan materi
pembelajaran, merencanakan dan mempersiapkan pelajaran sehari-hari, mengontrol
dan mengevaluasi siswa”.
c.
Jenis-jenis
Strategi Pembelajaran di TK
Menurut Kostelnik terdapat strategi pembelajaran umum yang
dapat digunakan di lembaga-lembaga pendidikan anak usia dini umumnya dan anak
usia dini khususnya yaitu:
1)
Meningkatkan Keterlibatan Indra
Meningkatkan keterlibatan indra anak
dalam proses pembelajaran merupakan bagian integral dari semua strategi
pembelajaran. Melalui strategi ini anak-anak akan memperoleh pengalaman
langsung tentang objek-objek, peristiwa, atau orang-orang yang ada disekitarnya,
karena mereka secara aktif melihat, mendengar, meraba, mengecap, mencium, dan
sebagainya.
2)
Mempersiapkan Isyarat Lingkungan
Beberapa contoh kegiatan dalam
mempersiapkan isyarat lingkungan adalah: a) Sebuah gambar orang yang sedang
mencuci tangan yang dipampang di ruang makan, menunjukan bahwa anak harus
mencuci tangan dulu sebelum dan sesudah makan. b) Gambar anak yang sedang
memakai celemek di area seni lukis, menunjukan bahwa anak-anak harus memakai
celemek jika akan melakukan kegiatan melukis. c) Di area computer misalnya anak
dapat meyalakan dan mematikan computer sendiri dengan melihat tanda atau gambar
yang menunjukan tahapan-tahapan yang tepat untuk menyalakan dan mematikan
computer tersebut.
3)
Analisis Tugas
Analisis tugas dalam pembelajaran maksudnya
adalah menjabarkan suatu tugas tertentu menjadi bagian-bagian yang lebih rinci
atau khusus dan operasional sehingga mudah dipahami dan dilaksanakan oleh anak.
Contoh, guru mengharapkan anak Taman Kanak-kanak dapat menata meja makan.
d.
Huruf
Hijaiyah
Huruf hijaiyah adalah huruf-huruf yang
digunakan sebagai dasar pembelajaran membaca al-Qur’an dan juga menjadi dasar
pengenalan bagi orang belajar membaca al-Qur’an. Kata huruf berasal
dari bahasa arab harf atau huruuf (حرف او حروف). Huruf arab disebut juga huruf hija’iyah (هجائية) .
Kata hija’iyah berasal dari kata kerja hajjaa (هجى)yang
artinya mengeja, menghitung huruf, membaca huruf demi huruf.[11] Huruf hija’iyah disebut
pula huruuf tahjiyyah (حروف تهجية) . Huruf hijaiyah disebut juga alfabet arab.
Kata alfabet itu sendiri berasal dari bahasa arab alif,
ba’, ta’.[12] Kata abjad juga
berasal dari bahasa arab a-ba-ja-dan; alif, ba’, ta’, jim, dan dal (أبجد) .
Namun ada pula yang menolak pendapat ini dengan alasan, huruf hijaiyah mempunyai
aturan urutan yang berbeda dengan terminologi abjad. Huruf hijaiyah dimulai
dari alif dan berakhir pada huruf ya’ secara
terpisah-pisah. Sedang terminologi abjad urutannya disusun dalam bentuk
kalimat, di samping itu terminologi abjad lebih bersifat terbatas pada
bahasa samiyah yang lokal (lughah samiyah al-umm).[13]
Huruf hijaiyah berjumlah 28 huruf tunggal atau
30 jika memasukkan huruf rangkap lam-alif (لا)dan hamzah(ء) sebagai huruf yang berdiri sendiri.
Orang yang pertama kali menyusun huruf hijaiyah secara berurutan
mulai dari alif sampai ya’ adalah Nashr Bin
‘Ashim Al-Laitsi(ناصر
بن عاصم الليثي) .[14]
Dalam tulisan Zam Zam Afandi dikatakan ‘Ashim Al-Laitsi adalah salah satu orang
yang diperdebatkan sebagai salah satu orang yang pertama kali menyusun ilmu nahwu selain
Abu Aswad, Ali Bin Abi Tholib, Umar Bin Khattab dan Abdul Rahman Bin Hurmuz
dalam Adabiyyat. Cara menulis huruf Arab berbeda dengan huruf Latin. Kalau
huruf Latin dari kiri ke kanan maka huruf Arab ditulis dari kanan ke kiri.[15]
2.
Metode Penelitian
Jenis
penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah penelitian kualitatif,[16]
karena penelitiannya dilakukan pada kondisi yang alamiah obyek penelitiaanya
berkembang sebagaimana yang terjadi, tidak dimanipulasi dan kehadiran peneliti
tidak mempengaruhi dinamika obyek yang diteliti. Penelitian ini bersifat
deskriptif yaitu penelitian yang dimaksudkan untuk mengumpulkan informasi
mengenai status suatu gejala yang ada, yaitu keadaan gejala menurut apa adanya
pada saat penelitian dilakukan.[17]
Adapun
sumber data dalam penelitian ini yaitu data primer dan data skunder. Data
primer yaitu data yang diperoleh dari Kepala TK dan Guru-guru yang ada di TK No 6 Mario
Pulana Kec. Mare Kab. Bone”. Yaitu dengan
wawancara langsung, sedangkan data sekunder adalah sumber data pendukung atau
penunjang dalam penelitian ini berupa dokumen-dokumen sekolah.
Teknik pengumpulan data dilakukan melalui observasi, wawancara, dan
dokumentasi. Teknik observasi, yaitu pengamatan yang dilakukan secara langsung pada
subyek yang diteliti secara sengaja dan sistematis. Dalam hal ini peneliti
melakukan pengamatan secara langsung terhadap “Strategi Guru Dalam Meningkatkan Pengenalan Huruf
Hijaiyah Pada TK No 6 Mario Pulana Kec. Mare Kab. Bone”. Untuk
wawancara, peneliti memberikan pertanyaan-pertanyaan kepada responden dengan
cara terstruktur, guna mendapatkan data tentang strategi guru dalam meningkatkan pengenalan huruf
hijaiyah. Adapun
dokumentasi yang dimaksud dalam penelitian ini adalah data-data dan informasi
yang berasal dari dokumen-dokumen dan arsip-arsip yang didokumentasi oleh
kepala sekolah dan tenaga kependidikan lainnya yang ada di TK No 6 Mario
Pulana Kec. Mare Kab. Bone. Adapun teknik analisis data yang digunakan yaitu
reduksi data, display data, dan penarikan kesimpulan.
3.
Hasil Penelitian
Strategi guru dalam meningkatkan pengenalan huruf
hijaiyah di TK No 6 Mario Pulana Kecamatan
Mare Kabupaten Bone, dengan memberikan kemudahan, menciptakan suasana yang
menyenangkan, dan menggunakan media visual dalam mengenalkan huruf hijaiyah
pada anak. Adapun penjelasannya sebagai berikut:
a.
Kemudahan
Menciptakan kemudahan dalam
pembelajaran, artinya baik fasilitas atau media belajarnya maupun metode yang
diterapkan mudah dipahami anak. Usia anak merupakan fase pertumbuhan yang
segalanya ingin diperoleh dengan cara mudah. Fase ini belum sampai kepada tahap
kemandirian berpikir. Yakni masanya memperoleh informasi dan pengalaman di
dalam pembentukan sel-sel otaknya. Dengan demikian, anak bisa mengenal dan menghafal
pelajaran dengan mudah, tapi belum tentu akan kreatif mencari caranya sendiri
dalam mengenal huruf hijaiyah dalam pelajaran. Namun, sebagai seorang pendidik
yang harus kreatif dan menyesuaikannya dengan dunia anak.
b. Menyenangkan
Masa anak-anak adalah masa bermain. Yakni suatu
perilaku di dalam mengaktifkan sistem komunikasi dan bersosialisasi dengan
teman-teman dan lingkungan sekitarnya. Bermain bagi anak sangat besar fungsi
dan manfaatnya asal tidak keluar dari konteks dunia anak-anak dan tidak
memaksakan metode belajar orang dewasa kepada anak, dan ciptakanlah suasana
belajar yang dapat menyenangkan anak agar anak bisa menikmati pelajarannya
seolah dirinya sedang bermain.
c. Visual
Media visual artinya ada media yang
bisa dilihat dan dimainkan secara langsung oleh anak baik secara individu atau
kelompok, sehingga anak dapat menangkap gambaran bentuk objek yang diajarkan
seolah anak sedang berinteraksi dengan teman bermainnya. Dalam
penggunaan media visual, ada beberapa jenis permainan yang menyenangkan untuk
anak dalam pembelajaran mengenalkan huruf- huruf hijaiyah yang sudah diterapkan
pada anak didik di TK No 6 Mario Pulana Kecamatan Mare Kabupaten Bone sebagai berikut:
1) Permainan papan magnet. Media ini
dimodifikasi dengan permainan berbagai macam kartu huruf hijaiyah berbagai
ukuran dan variasi warna akan mempermudah anak dalam mengenal huruf hijaiyah
dengan kegiatan mengelompokkan kartu magnet huruf-huruf hijaiyah, kemudian
menempelkannya pada papan magnet akan lebih aktif dalam melibatkan anak-anak
baik secara individu ataupun kelompok. Papan magnet yaitu merupakan media
pembelajaran berbentuk sebilah papan yang dibuat dari lapisan email putih pada
sebidang logam, sehingga pada permukaannya dapat ditempelkan benda-benda yang
ringan dengan interaksi magnet.
2) Permainan media Maze. Penggunaan media maze dalam pengenalan
huruf hijaiyah dengan
kegiatan motorik memburu kartu huruf hijaiyah (maze) dengan cara
melompat dan berlari. Pertama, siapkan media lingkaran hitam sejumlah 6 dan
kartu huruf-huruf hijaiyah dalam kotak besar, kemudian anak mendengarkan
intruksi ustadzah ayo cari dan ambilkan huruf hijaiyah yang ustadzah sebutkan.
Lalu anak mulai berburu kartu huruf hijaiyah dengan cara melompat di atas
lingkaran hitam sambil menghitung 1 sampai 6 menuju kotak besar yang
berisi kartu huruf hijaiyah, setelah anak mendapatkan kartu huruf hijaiyah yang
dicari anak kembali lagi sambil berlari di atas lingkaran hitam lalu melafalkan
huruf hijaiyah yang sudah didapatnya. Kegiatan ini sangat menyenangkan karena
tanpa terasa sambil melompat dan berlari anak dapat mengenal huruf-huruf
hijaiyah.
3) Permainan tepuk tangan. Permainan tepuk
tangan juga akan lebih menyenangkan bagi anak dalam mengenalkan huruf hijaiyah.
Karena dengan tepuk yang berirama yaitu bertepuk dengan 3 pola akan membuat
anak lebih mudah mengingat dan termotivasi untuk belajar.
4) Permainan media plastisin. Media plastisin menjadi media
pembelajaran untuk mengenalkan huruf hijaiyah pada anak-anak. Dengan berbagai
warna dan bentuknya yang lentur sangat disukai dan mudah untuk dibentuk menjadi
huruf hijaiyah, misalnya: anak membuat huruf ف dan ق , ambil
plastisin dibuat bentuk panjang seperti ular, kemudian ujungnya dibuat
dilengkungkan lalu dibuat bentuk kepala, membentuk huruf ف dan ق , setelah itu buat bulatan bentuk kecil
untuk membuat titiknya dan buat bentuk panjang untuk membuat harokatnya. Jadilah
huruf huruf ف dan ق. Cara ini dapat
dilakukan oleh guru dalam mengenalkan huruf hijaiyah dengan mudah.
C.
KESIMPULAN
Dari
hasil pembahasan penelitian di atas, maka peneliti dapat memberikan kesimpulan
sebagai berikut:
1.
Strategi guru dalam meningkatkan pengenalan huruf
hijaiyah di TK No 6 Mario Pulana Kec.
Mare Kab. Bone adalah:
a.
Memberikan kemudahan
baik fasilitas atau media belajarnya maupun metode yang diterapkan mudah
dipahami anak.
b.
Berusaha menyenangkan anak, dengan melakukan suatu
perilaku di dalam mengaktifkan sistem komunikasi dan bersosialisasi dengan
teman-teman dan lingkungan sekitarnya,
c.
Menyediakan media visual, artinya media yang bisa dilihat dan
dimainkan secara langsung oleh anak baik secara individu maupun kelompok,
sehingga dapat menyenangkan anak karenan bisa menangkap gambaran bentuk objek
yang diajarkan seolah anak sedang berinteraksi dengan teman bermainnya. Dalam
menggunakan media visual dalam pembelajaran, guru di TK No 6 Mario Pulana Kec.
Mare Kab. Bone menggunakan jenis permainan yang menyenangkan anak dalam
mengenalkan huruf- huruf hijaiyah seperti:
1)
permainan papan magnet.
2)
permainan memburu kartu huruf hijaiyah (maze).
3)
permainan tepuk
tangan hijaiyah.
4)
permainan plastisin.
2.
Manfaat penggunaan media dalam meningkatkan
pengenalan huruf hijaiyah pada TK No 6
Mario Pulana Kec. Mare Kab. Bone adalah:
a.
Penyampaian pesan pembelajaran dapat lebih mencapai standar.
b.
Pembelajaran bisa menjadi lebih menarik.
c.
Pembelajaran menjadi lebih interaktif.
d.
Pelaksanaan pembelajaran dapat dipersingkat.
e.
Kualitas pembelajaran dapat ditingkatkan.
f.
Proses pembelajaran dapat berlangsung kapanpun dan dimanapun
diperlukan.
g.
Sikap positif siswa terhadap materi pembelajaran serta
proses pembelajaran dapat ditingkatkan.
h.
Peran guru berubah kearah yang lebih positif.
Adapun manfaat beberapa media pembelajaran dalam pengenalan
huruf hijaiyah yang telah diterapkan guru TK No 6 Mario Pulana Kec. Mare Kab. Bone sebagai berikut:
1)
Media papan magnet bermanfaat meningkatkan minat anak dalam
mempelajari huruf hijaiyah, memudahkan anak
mengingat kembali huruf-huruf hijaiyah yang telah dipelajari, merangsang
aktivitas siswa untuk berpartisipasi secara langsung, siswa dapat menempelkan
huruf-huruf hijaiyah sambil menyebutnya dengan tepat dan benar, guru dapat
membimbing siswa untuk menyebutkan huruf-huruf hijaiyah yang menempel di papan,
dan dapat membantu anak untuk mengenal huruf-huruf yang mempunyai kemiripan
baik secara bentuk maupun cara melafalkannya.
2)
Media maze dapat melatih koordinasi mata dan tangan,
pembelajaran lebih menarik dan menyenangkan anak, meningkatkan kemampuan
menangkap bentuk dan warna obyek, melatih daya ingat. dan melatih kerjasama
(bila dipakai secara berkelompok.
3)
Media plastisin bermanfaat mengenalkan berbagai macam bentuk
benda, anak akan membentuk dengan jari-jari tangannya sendiridengan hal ini
akan melatih kemampuan motorik halus pada anak, melatih imajinasi dan
perkembangan kognitif anak, mengembangkan aktivitas anak dan meningkatkan
kreativitas anak.
DAFTAR
PUSTAKA
Agung, I., Perluasan Wajib Belajar 12 Tahun: Suatu Pemikiran,
Jurnal Penelitian Kebijakan Pendidikan, 2010
Alwisol. Psikologi Kepribadian. Malang: UMM, 2006
Direktorat PADU, Acuan menu pembelajaran pada pendidikan anak
dini usia (Menu Pembelajaran Generik), Jakarta: Direktorat PADU Ditjen PLSP
Depdiknas, 2002
Kemdiknas, Buku Induk Pembangunan Karakter. Jakarta: 2010
Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan, Pendidikan Karakter
Melalui Satuan Pendidikan Non Formal, Jakarta: 2013
Said Hamid Hasan, Pengembangan Pendidikan Budaya dan Karakter
Bangsa, Jakarta: kemdiknas balitbang, 2010
[1] Sudjana, Strategi Pembelajaran, (Bandung: Falah
Production, 2000), h. 5-6.
[4] M. F. Gaffar, Mebangun Kembali Pendidikan
Nasional dengan Fokus: Pembaharuan Manajemen Perguruan Tinggi pada Era
Globalisasi, Konvensi Nasional
Pendidikan Indonesia V, (Surabay: 2004), h. 14.
[5] Martin Amnillah, Implentasi Perencanaan
Strategi Pendidikan Dasar Tahun 2001-2003 Dinas Pendidikan Kabupaten Temanggung
(Studi Kasus di SLTP Islam Nadirejo), Tesis, (Yogyakarta: PPs. Universitas
Negeri Yogyakarta, 2004), h. 33.
[6]Mulyasa, Kurikulum
Berbasis Kompetensi, Konsep, Karakteristik, danImplementasi, (Bandung:
Remaja Rosdakarya, 2003), h. 100.
[7]Mulyasa, MenjadiGuru
Profesional, Menciptakanpembelajarankreatif dan menyenangkan. Bandung: PT
RemajaRosdakarya, 2006), h. 37.
[8]Abdurrahman,
Pengelolaan Pendidikan dan Pengajaran, (Ujung Pandang: Fakultas Tarbiyah
IAIN Alauddin, 1990), h. 50.
[10]Sukadi,
Guru Powerful, Guru Masa Depan, (Bandung: Kolbu, 2007), h. 21.
[12]Abd. Karim Husain, Seni Kaligrafi Khat Naskhi,Tuntunan Menulis
Halus Huruf Arab Dengan Metode Komparatif , (Jakarta: Pedoman Ilmu
Jaya, 1988), h. 5.
[13]Ahmad Husnain Thohir, Abdul Aziz Nabawi, Al-Asas Fi Al-Lughah
Al-Arabiyah, (Kairo: Al-Shadru Li Khidmati Al-Thiba’ah,1987), h. 25. Lihat juga Anis Farikha, Nadhariyat
Al-Lughah (Bairut; Dar Al-Kuttab Al-Libnani, 1973), h. 90.
[16] Margono, Metodologi
Penelitian Pendidikan, (Jakarta: Rineka Cipta, 2000), h. 18
[17] Suharsimi
Arikunto, Manajemen Penelitian, (Jakarta: Rineka Cipta, 2005), h. 234
0 komentar:
Posting Komentar