SELAMAT DATANG, SILAHKAN TINGGALKAN KOMENTAR ANDA

Senin, 30 Januari 2017

NURHASANAH R, S.E., S.Pd.I., M.Pd



STRATEGI GURU DALAM MENINGKATKAN PENGENALAN
HURUF HIJAIYAH DI TK NO 6 MARIO PULANA
KECAMATAN MARE KABUPATEN BONE


    Nurhasanah R, S.E., S.Pd.I., M.Pd
     Dosen: STAI Al-Gazali Bone
Abstarak:
Dalam pendidikan dan pengajaran, penggunaan strategi guru dan media sangat menentukan dalam pencapaian tujuan  yang akan dicapai. Penggunaan strategi dan media pada proses pembelajaran dengan baik dapat menentukan keberhasilan pembelajaran. Sebaliknya, penggunaan strategi dan media yang seadanya dapat mengakibatkan anak sangat lambat dalam memahami materi pelajaran. Untuk lebih mengetahui dan memahami hal tersebut, maka dilakukanlah penelitian ini.
Jenis penelitian ini adalah penelitian kualitatif deskriptif. Sedangkan teknik yang digunakan dalam mengumpulkan data dari beberapa sumber informasi,  maka penulis menggunakan metode pengumpulan data dalam penelitian ini, dilakukan beberapa tahap yaitu: 1) tahap orientasi atau tahap pra lapangan, 2) tahap kegiatan lapangan, 3) tahap pengecekan dan pemeriksaan data, kemudian proses pengolahan data melalui tiga tahap, yaitu reduksi data, penyajian data (data display) dan data verifikasi/penarikan kesimpulan.
Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa, secara garis besar, Strategi yang digunakan guru dalam meningkatkan pengenalan huruf hijaiyah  pada TK No 6 Mario Pulana Kec. Mare Kab. Bone adalah: Memberikan kemudahan  baik fasilitas atau media belajarnya maupun metode yang diterapkan mudah dipahami anak, berusaha menyenangkan anak, dengan melakukan suatu perilaku di dalam mengaktifkan sistem komunikasi dan bersosialisasi dengan teman-teman dan lingkungan sekitarnya,  menyediakan media visual, artinya media yang bisa dilihat dan dimainkan secara langsung oleh anak baik secara individu maupun kelompok.
Manfaat penggunaan media dalam meningkatkan pengenalan huruf hijaiyah pada TK No 6 Mario Pulana Kec. Mare Kab. Bone adalah: Penyampaian pesan pembelajaran dapat lebih mencapai standar, pembelajaran bisa menjadi lebih menarik, pembelajaran menjadi lebih interaktif, pelaksanaan pembelajaran dapat dipersingkat, kualitas pembelajaran dapat ditingkatkan, proses pembelajaran dapat berlangsung kapanpun dan dimanapun diperlukan.

Key word: Strategi, Media, Huruf Hijaiyah
A.      PENDAHULUAN
Pentingnya pendidikan pada anak usia dini menuntut para guru untuk menggunakan strategi yang mampu memusatkan perhatian pada anak dalam kegiatan pembelajaran. Karena anak merupakan dambaaan bagi setiap orang tua dan generasi penerus bangsa, namun salah satu permasalahan yang muncul adalah tidak setiap orang tua atau pendidik memahami cara yang tepat dalam mendidik anak usia dini. Salah satu cara untuk memperkenalkan pendidikan agama kepada anak-anak adalah dengan cara memasukan anak ke sekolah-sekolah agama atau pada kegiatan-kegiatan TPA (Taman Pendidikan Al Qur’an) yang sesuai dengan usianya.  Biasanya hal  pertama yang diajarkan adalah dengan memperkenalkan huruf hijaiyah agar kelak mereka dapat membaca al-Qur’an.
Huruf hijaiyah yang terdiri dari 29 huruf tersebut mempunyai bentuk dan karakter berbeda-beda pada penekanan bentuk dan titiknya, hal ini kadang sering menyulitkan anak-anak untuk dapat dengan cepat melafalkan dan menghafal ke 29 huruf hijaiyah tersebut. Permasalahan yang sering terjadi diantaranya anak sering tertukar melafalkan huruf-huruf hijaiyah terutama huruf-huruf yang sama bentuknya tetapi berbeda titiknya, sehingga akan membuat anak menjadi malas untuk mengaji. Oleh karena itu perlu adanya suatu strategi pembelajaran yang dapat menarik minat anak untuk lebih tertarik mengenal dan melafalkan huruf hijayah, dimana sebaiknya setiap huruf dikenalkan dengan berbagai permainanan, kegiatan motorik, menyanyi dan tepuk akan terasa lebih menyenangkan dan mudah dipahami oleh anak, anak akan merasa serasa bermain padahal tanpa terasa anak sedang belajar huruf-huruf hijaiyah. Cara tersebut akan membantu tahapan awal anak dalam belajar mengenal al Qur’an dengan efektif.
Dalam pendidikan dan pengajaran, penggunaan strategi guru dan media sangat menentukan dalam pencapaian tujuan  yang akan dicapai, karena dengan penggunaan strategi dan media seadanya yang digunakan oleh guru pada proses pembelajaran dalam mengenalkan huruf hijaiyah pada anak sangat lambat sekali memahaminya, sehingga tidak heran jika anak sudah masuk SD masih banyak yang belum lancar menyebutkan huruf hijaiyah, begitupun juga keadaan yang peneliti dapatkan pada observasi awal di lokasi penelitian, masih perlunya guru berusaha mengembangkan stratergi sehingga dapat meningkatkan pengenalan huruf hijaiyah pada anak.
B.       PEMBAHASAN
1.        Kajian Teori
a.         Pengertian Strategi
Istilah strategi (strategy) berasal dari kata benda dan kata kerja dalam bahasa Yunani. Sebagai kata benda, strategos, merupakan gabungan kata “stratos” (militer) dengan “ago” (memimpin). Sebagai kata kerja, stratego berarti merencanakan (to plan). Konsep strategi semula hanya diterapkan dalam kemiliteran dan dunia politik kemudian berkembang banyak diterapkan pula dalam bidang manajemen, dunia usaha, pengadilan dan pendidikan.[1] Pada dasarnya, istilah strategi dapat dirumuskan sebagai suatu tindakan penyesuaian untuk mengadakan reaksi terhadap situasi lingkungan tertentu (baru dan khas) yang dapat dianggap penting, dimana tindakan penyesuaian tersebut dilakukan secara sadar berdasarkan pertimbangan yang wajar.[2]
Syaiful Sagala mengatakan bahwa strategi merupakan rencana yang komprehensif mengintegrasikan segala resources dan capabilities yang mempunyai tujuan jangka panjang untuk memenangkan kompetisi.[3] Gaffar berpengertian bahwa strategi adalah “rencana yang mengandung cara komprehensif dan integratif yang dapat dijadikan pegangan untuk bekerja, berjuang dan berbuat guna memenangkan kompetisi”. Strategi juga merupakan instrumen manajemen yang ampuh dan tidak dapat dihindari, tidak hanya untuk survival dan memenangkan persaingan, namun juga untuk tumbuh dan berkembang.[4]
Jauch dan Glueck, mengemukakan bahwa strategi diartikan sebagai “rencana yang disatukan, menyeluruh dan terpadu”. Tiga komponen tersebut berkaitan dengan keunggulan strategi perusahaan yang dirancang untuk memastikan bahwa tujuan utama dari perencanaan dapat dicapai melalui pelaksanaan yang tepat oleh perusahaan. Disatukan artinya bahwa strategi mengikat semua aspek penting dan menyeluruh, artinya bahwa strategi meliputi semua aspek penting dan terpadu. Strategi diartikan sebagai suatu rencana yang serasi dan saling berkesesuaian antara satu dengan yang lainnya.[5]
Dari pengertian strategi yang telah dikemukakan, dapat disimpulkan bahwa, manusia dapat melakukan berbagai rencana dan usaha dalam melaksanakan tugasnya dalam pendidikan karena manusia diberikan akal yang menjadi kelebihan manusia untuk dapat dipergunakan mencari dan mengembangkan ilmu pengetahuan.
b.        Pengertian Guru
Guru atau tenaga pendidik merupakan tenaga profesional yang bertugas merencanakan dan melaksanakan proses pembelajaran, menilai hasil pembelajaran, melakukan pembimbingan dan pelatihan serta melakukan penelitian dan melakukan pengabdian kepada masyarakat terutama pada pendidik di perguruan tinggi.[6] Dalam pengertian lain menurut Mulyasa, guru adalah “pendidik, yang menjadi tokoh, panutan, dan identifikasi bagi para peserta, dan lingkungannya”.[7] Sedangkan menurut Abdurrahman guru adalah “seorang anggota masyarakat yang berkompoten dan memperoleh kepercayaan untuk melaksanakan tugas mengajar / transfer nilai kepada murid”.[8] Dengan demikian, guru adalah seorang tenaga profesional dan terdidik yang beroleh kepercayaan melaksanakan tugas mendidik dan mengajar siswa, membimbing, mengarahkan, melatih, menilai dan mengevaluasi siswa setelah mengikuti proses pembelajaran di sekolah.
Adapun peran  seorang guru menurut para ahli adalah sebagai berikut:
1)   Abdurrahman, berpendapat bahwa “guru berperan sebagai fasilitator, counselor, motivator, organisator dan informator”.Sebagai fasilitator guru berperan dalam menciptakan situasi, sebagai counselor berperan sebagai pembimbing dan penyuluh, sebagai motivator berperan memberi dorongan dan sugesti, sebagai organisator berperan sebagai pengorganisasi kegiatan PBM dan sebagai informator berperan dalam menerangkan dan memberi informasi.[9]
2)   Sukadi, membagi peran guru menjadi 4 peran yaitu : “sebagai demonstrator, pengelola kelas, mediator,fasilitator, dan sebagai evaluator”. Tugas dan peranan guru sebagai pendidik profesional sesungguhnya sangat kompleks. Salah satunya adalah pada saat berlangsungnya interaksi edukatif di dalam kelas.[10]
3)   Menurut Suryosubroto, “peran guru antara lain menguasai dan mengembangkan materi pembelajaran, merencanakan dan mempersiapkan pelajaran sehari-hari, mengontrol dan mengevaluasi siswa”.
c.         Jenis-jenis Strategi Pembelajaran di TK
Menurut Kostelnik terdapat strategi pembelajaran umum yang dapat digunakan di lembaga-lembaga pendidikan anak usia dini umumnya dan anak usia dini khususnya yaitu:
1)   Meningkatkan Keterlibatan Indra
Meningkatkan keterlibatan indra anak dalam proses pembelajaran merupakan bagian integral dari semua strategi pembelajaran. Melalui strategi ini anak-anak akan memperoleh pengalaman langsung tentang objek-objek, peristiwa, atau orang-orang yang ada disekitarnya, karena mereka secara aktif melihat, mendengar, meraba, mengecap, mencium, dan sebagainya.
2)      Mempersiapkan Isyarat Lingkungan
Beberapa contoh kegiatan dalam mempersiapkan isyarat lingkungan adalah: a) Sebuah gambar orang yang sedang mencuci tangan yang dipampang di ruang makan, menunjukan bahwa anak harus mencuci tangan dulu sebelum dan sesudah makan. b) Gambar anak yang sedang memakai celemek di area seni lukis, menunjukan bahwa anak-anak harus memakai celemek jika akan melakukan kegiatan melukis. c) Di area computer misalnya anak dapat meyalakan dan mematikan computer sendiri dengan melihat tanda atau gambar yang menunjukan tahapan-tahapan yang tepat untuk menyalakan dan mematikan computer tersebut.
3)      Analisis Tugas
Analisis tugas dalam pembelajaran maksudnya adalah menjabarkan suatu tugas tertentu menjadi bagian-bagian yang lebih rinci atau khusus dan operasional sehingga mudah dipahami dan dilaksanakan oleh anak. Contoh, guru mengharapkan anak Taman Kanak-kanak dapat menata meja makan.
d.        Huruf Hijaiyah
Huruf hijaiyah adalah huruf-huruf yang digunakan sebagai dasar pembelajaran membaca al-Qur’an dan juga menjadi dasar pengenalan bagi orang belajar membaca al-Qur’an. Kata huruf berasal dari bahasa arab harf atau huruuf   (حرف او حروف). Huruf arab disebut juga huruf hija’iyah (هجائية)  . Kata hija’iyah berasal dari kata kerja hajjaa (هجى)yang artinya mengeja, menghitung huruf, membaca huruf demi huruf.[11] Huruf hija’iyah disebut pula huruuf tahjiyyah (حروف تهجية) . Huruf hijaiyah disebut juga alfabet arab. Kata alfabet itu sendiri berasal dari bahasa arab alif, ba’, ta’.[12] Kata abjad juga berasal dari bahasa arab a-ba-ja-danalif, ba’, ta’, jim, dan dal (أبجد) . Namun ada pula yang menolak pendapat ini dengan alasan, huruf hijaiyah mempunyai aturan urutan yang berbeda dengan terminologi abjad. Huruf hijaiyah dimulai dari alif dan berakhir pada huruf ya’ secara terpisah-pisah. Sedang terminologi abjad urutannya disusun dalam bentuk kalimat, di samping itu terminologi abjad lebih bersifat terbatas pada bahasa samiyah yang lokal (lughah samiyah al-umm).[13]
Huruf hijaiyah berjumlah 28 huruf tunggal atau 30 jika memasukkan huruf rangkap lam-alif  (لا)dan hamzah(ء)  sebagai huruf yang berdiri sendiri. Orang yang pertama kali menyusun huruf hijaiyah secara berurutan mulai dari alif sampai ya’ adalah Nashr Bin ‘Ashim Al-Laitsi(ناصر بن عاصم الليثي) .[14] Dalam tulisan Zam Zam Afandi dikatakan ‘Ashim Al-Laitsi adalah salah satu orang yang diperdebatkan sebagai salah satu orang yang pertama kali menyusun ilmu nahwu selain Abu Aswad, Ali Bin Abi Tholib, Umar Bin Khattab dan Abdul Rahman Bin Hurmuz dalam Adabiyyat. Cara menulis huruf Arab berbeda dengan huruf Latin. Kalau huruf Latin dari kiri ke kanan maka huruf Arab ditulis dari kanan ke kiri.[15]

2.        Metode Penelitian
Jenis penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah penelitian kualitatif,[16] karena penelitiannya dilakukan pada kondisi yang alamiah obyek penelitiaanya berkembang sebagaimana yang terjadi, tidak dimanipulasi dan kehadiran peneliti tidak mempengaruhi dinamika obyek yang diteliti. Penelitian ini bersifat deskriptif yaitu penelitian yang dimaksudkan untuk mengumpulkan informasi mengenai status suatu gejala yang ada, yaitu keadaan gejala menurut apa adanya pada saat penelitian dilakukan.[17]
Adapun sumber data dalam penelitian ini yaitu data primer dan data skunder. Data primer yaitu data yang diperoleh dari Kepala TK dan Guru-guru yang ada di TK No 6 Mario Pulana Kec. Mare Kab. Bone”. Yaitu dengan wawancara langsung, sedangkan data sekunder adalah sumber data pendukung atau penunjang dalam penelitian ini berupa dokumen-dokumen sekolah.
Teknik pengumpulan data dilakukan melalui observasi, wawancara, dan dokumentasi. Teknik observasi, yaitu pengamatan yang dilakukan secara langsung pada subyek yang diteliti secara sengaja dan sistematis. Dalam hal ini peneliti melakukan pengamatan secara langsung terhadap “Strategi Guru Dalam Meningkatkan Pengenalan Huruf Hijaiyah Pada TK No 6 Mario Pulana Kec. Mare Kab. Bone”. Untuk wawancara, peneliti memberikan pertanyaan-pertanyaan kepada responden dengan cara terstruktur, guna mendapatkan data tentang strategi guru dalam meningkatkan pengenalan huruf hijaiyah. Adapun dokumentasi yang dimaksud dalam penelitian ini adalah data-data dan informasi yang berasal dari dokumen-dokumen dan arsip-arsip yang didokumentasi oleh kepala sekolah dan tenaga kependidikan lainnya yang ada di TK No 6 Mario Pulana Kec. Mare Kab. Bone. Adapun teknik analisis data yang digunakan yaitu reduksi data, display data, dan penarikan kesimpulan.
3.        Hasil Penelitian
Strategi  guru dalam meningkatkan pengenalan huruf hijaiyah  di TK No 6 Mario Pulana Kecamatan Mare Kabupaten Bone, dengan  memberikan kemudahan, menciptakan suasana yang menyenangkan, dan menggunakan media visual dalam mengenalkan huruf hijaiyah pada anak. Adapun penjelasannya sebagai berikut:
a. Kemudahan
Menciptakan kemudahan dalam pembelajaran, artinya baik fasilitas atau media belajarnya maupun metode yang diterapkan mudah dipahami anak. Usia anak merupakan fase pertumbuhan yang segalanya ingin diperoleh dengan cara mudah. Fase ini belum sampai kepada tahap kemandirian berpikir. Yakni masanya memperoleh informasi dan pengalaman di dalam pembentukan sel-sel otaknya. Dengan demikian, anak bisa mengenal dan menghafal pelajaran dengan mudah, tapi belum tentu akan kreatif mencari caranya sendiri dalam mengenal huruf hijaiyah dalam pelajaran. Namun, sebagai seorang pendidik yang harus kreatif dan menyesuaikannya dengan dunia anak.
b.    Menyenangkan
Masa anak-anak adalah masa bermain. Yakni suatu perilaku di dalam mengaktifkan sistem komunikasi dan bersosialisasi dengan teman-teman dan lingkungan sekitarnya. Bermain bagi anak sangat besar fungsi dan manfaatnya asal tidak keluar dari konteks dunia anak-anak dan tidak memaksakan metode belajar orang dewasa kepada anak, dan ciptakanlah suasana belajar yang dapat menyenangkan anak agar anak bisa menikmati pelajarannya seolah dirinya sedang bermain.
c.    Visual
Media visual artinya ada media yang bisa dilihat dan dimainkan secara langsung oleh anak baik secara individu atau kelompok, sehingga anak dapat menangkap gambaran bentuk objek yang diajarkan seolah anak sedang berinteraksi dengan teman bermainnya.  Dalam penggunaan media visual, ada beberapa jenis permainan yang menyenangkan untuk anak dalam pembelajaran mengenalkan huruf- huruf hijaiyah yang sudah diterapkan pada anak didik di TK No 6 Mario Pulana Kecamatan Mare Kabupaten Bone sebagai berikut:
1)   Permainan papan magnet. Media ini dimodifikasi dengan permainan berbagai macam kartu huruf hijaiyah berbagai ukuran dan variasi warna akan mempermudah anak dalam mengenal huruf hijaiyah dengan kegiatan mengelompokkan kartu magnet huruf-huruf hijaiyah, kemudian menempelkannya pada papan magnet akan lebih aktif dalam melibatkan anak-anak baik secara individu ataupun kelompok. Papan magnet yaitu merupakan media pembelajaran berbentuk sebilah papan yang dibuat dari lapisan email putih pada sebidang logam, sehingga pada permukaannya dapat ditempelkan benda-benda yang ringan dengan interaksi magnet.
2)   Permainan media Maze. Penggunaan media maze dalam pengenalan huruf hijaiyah dengan kegiatan motorik memburu kartu huruf hijaiyah (maze) dengan cara melompat dan berlari. Pertama, siapkan media lingkaran hitam sejumlah 6 dan kartu huruf-huruf hijaiyah dalam kotak besar, kemudian anak mendengarkan intruksi ustadzah ayo cari dan ambilkan huruf hijaiyah yang ustadzah sebutkan. Lalu anak mulai berburu kartu huruf hijaiyah dengan cara melompat di atas lingkaran hitam  sambil menghitung 1 sampai 6 menuju kotak besar yang berisi kartu huruf hijaiyah, setelah anak mendapatkan kartu huruf hijaiyah yang dicari anak kembali lagi sambil berlari di atas lingkaran hitam lalu melafalkan huruf hijaiyah yang sudah didapatnya. Kegiatan ini sangat menyenangkan karena tanpa terasa sambil melompat dan berlari anak dapat mengenal huruf-huruf hijaiyah.
3)   Permainan tepuk tangan. Permainan tepuk tangan juga akan lebih menyenangkan bagi anak dalam mengenalkan huruf hijaiyah. Karena dengan tepuk yang berirama yaitu bertepuk dengan 3 pola akan membuat anak lebih mudah mengingat dan termotivasi untuk belajar.
4)   Permainan media plastisin. Media plastisin menjadi media pembelajaran untuk mengenalkan huruf hijaiyah pada anak-anak. Dengan berbagai warna dan bentuknya yang lentur sangat disukai dan mudah untuk dibentuk menjadi huruf hijaiyah, misalnya: anak membuat huruf ف  dan ق , ambil plastisin dibuat bentuk panjang seperti ular, kemudian ujungnya dibuat dilengkungkan lalu dibuat bentuk kepala, membentuk huruf ف  dan ق , setelah itu buat bulatan bentuk kecil untuk membuat titiknya dan buat bentuk panjang untuk membuat harokatnya. Jadilah huruf huruf ف  dan ق. Cara ini dapat dilakukan oleh guru dalam mengenalkan huruf hijaiyah dengan mudah.

C.      KESIMPULAN
Dari hasil pembahasan penelitian di atas, maka peneliti dapat memberikan kesimpulan sebagai berikut:
1.    Strategi  guru dalam meningkatkan pengenalan huruf hijaiyah  di TK No 6 Mario Pulana Kec. Mare Kab. Bone adalah:
a.    Memberikan kemudahan  baik fasilitas atau media belajarnya maupun metode yang diterapkan mudah dipahami anak.
b.    Berusaha menyenangkan anak, dengan melakukan suatu perilaku di dalam mengaktifkan sistem komunikasi dan bersosialisasi dengan teman-teman dan lingkungan sekitarnya,
c.    Menyediakan media visual, artinya media yang bisa dilihat dan dimainkan secara langsung oleh anak baik secara individu maupun kelompok, sehingga dapat menyenangkan anak karenan bisa menangkap gambaran bentuk objek yang diajarkan seolah anak sedang berinteraksi dengan teman bermainnya. Dalam menggunakan media visual dalam pembelajaran, guru di TK No 6 Mario Pulana Kec. Mare Kab. Bone menggunakan jenis permainan yang menyenangkan anak dalam mengenalkan huruf- huruf hijaiyah seperti:
1)      permainan papan magnet.
2)      permainan memburu kartu huruf hijaiyah (maze).
3)       permainan tepuk tangan hijaiyah.
4)      permainan plastisin.
2.    Manfaat penggunaan media dalam meningkatkan pengenalan huruf hijaiyah  pada TK No 6 Mario Pulana Kec. Mare Kab. Bone adalah:
a.       Penyampaian pesan pembelajaran dapat lebih mencapai standar.
b.      Pembelajaran bisa menjadi lebih menarik.
c.       Pembelajaran menjadi lebih interaktif.
d.      Pelaksanaan pembelajaran dapat dipersingkat.
e.       Kualitas pembelajaran dapat ditingkatkan.
f.       Proses pembelajaran dapat berlangsung kapanpun dan dimanapun diperlukan.
g.      Sikap positif siswa terhadap materi pembelajaran serta proses pembelajaran dapat ditingkatkan.
h.      Peran guru berubah kearah yang lebih positif.
Adapun manfaat beberapa media pembelajaran dalam pengenalan huruf hijaiyah yang telah diterapkan guru TK No 6 Mario Pulana Kec. Mare Kab. Bone sebagai berikut:
1)      Media papan magnet bermanfaat meningkatkan minat anak dalam mempelajari huruf hijaiyah, memudahkan anak  mengingat kembali huruf-huruf hijaiyah yang telah dipelajari, merangsang aktivitas siswa untuk berpartisipasi secara langsung, siswa dapat menempelkan huruf-huruf hijaiyah sambil menyebutnya dengan tepat dan benar, guru dapat membimbing siswa untuk menyebutkan huruf-huruf hijaiyah yang menempel di papan, dan dapat membantu anak untuk mengenal huruf-huruf yang mempunyai kemiripan baik secara bentuk maupun cara melafalkannya.
2)      Media maze dapat melatih koordinasi mata dan tangan, pembelajaran lebih menarik dan menyenangkan anak, meningkatkan kemampuan menangkap bentuk dan warna obyek, melatih daya ingat. dan melatih kerjasama (bila dipakai secara berkelompok.
3)      Media plastisin bermanfaat mengenalkan berbagai macam bentuk benda, anak akan membentuk dengan jari-jari tangannya sendiridengan hal ini akan melatih kemampuan motorik halus pada anak, melatih imajinasi dan perkembangan kognitif anak, mengembangkan aktivitas anak dan meningkatkan kreativitas anak.

DAFTAR PUSTAKA

Agung, I., Perluasan Wajib Belajar 12 Tahun: Suatu Pemikiran, Jurnal Penelitian Kebijakan Pendidikan, 2010

Alwisol. Psikologi Kepribadian. Malang: UMM, 2006

Direktorat PADU, Acuan menu pembelajaran pada pendidikan anak dini usia (Menu Pembelajaran Generik), Jakarta: Direktorat PADU Ditjen PLSP Depdiknas, 2002

Kemdiknas, Buku Induk Pembangunan Karakter. Jakarta: 2010

Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan, Pendidikan Karakter Melalui Satuan Pendidikan Non Formal, Jakarta: 2013

Said Hamid Hasan, Pengembangan Pendidikan Budaya dan Karakter Bangsa, Jakarta: kemdiknas balitbang, 2010





[1] Sudjana, Strategi Pembelajaran, (Bandung: Falah Production, 2000), h. 5-6.

[2] Faisal Afiff, Strategi Pemasaran (Bandung: Angkasa, 1984), h. 9.
[3] Ibid,, h. 137.

[4] M. F. Gaffar, Mebangun Kembali Pendidikan Nasional dengan Fokus: Pembaharuan Manajemen Perguruan Tinggi pada Era Globalisasi,  Konvensi Nasional Pendidikan Indonesia V, (Surabay: 2004), h. 14.

[5] Martin Amnillah, Implentasi Perencanaan Strategi Pendidikan Dasar Tahun 2001-2003 Dinas Pendidikan Kabupaten Temanggung (Studi Kasus di SLTP Islam Nadirejo), Tesis, (Yogyakarta: PPs. Universitas Negeri Yogyakarta, 2004), h. 33.
[6]Mulyasa, Kurikulum Berbasis Kompetensi, Konsep, Karakteristik, danImplementasi, (Bandung: Remaja Rosdakarya, 2003), h. 100.

[7]Mulyasa, MenjadiGuru Profesional, Menciptakanpembelajarankreatif dan menyenangkan. Bandung: PT RemajaRosdakarya, 2006), h. 37.

[8]Abdurrahman, Pengelolaan Pendidikan dan Pengajaran, (Ujung Pandang: Fakultas Tarbiyah IAIN Alauddin, 1990), h. 50.
[9]Ibid., h. 53.

[10]Sukadi, Guru Powerful, Guru Masa Depan, (Bandung: Kolbu, 2007), h. 21.

[11]Muhammad Jamluddin, Op,Cit.
[12]Abd. Karim Husain, Seni Kaligrafi Khat Naskhi,Tuntunan Menulis Halus Huruf Arab Dengan Metode Komparatif , (Jakarta: Pedoman Ilmu Jaya, 1988), h. 5.
[13]Ahmad Husnain Thohir, Abdul Aziz Nabawi, Al-Asas Fi Al-Lughah Al-Arabiyah, (Kairo: Al-Shadru Li Khidmati Al-Thiba’ah,1987), h. 25.  Lihat juga Anis Farikha, Nadhariyat Al-Lughah (Bairut; Dar Al-Kuttab Al-Libnani, 1973), h. 90.

[15]Philip K. Hitti, History Of The Arab, (Jakarta: Serambi, 2005), h. 64.
[16] Margono, Metodologi Penelitian Pendidikan, (Jakarta: Rineka Cipta, 2000), h. 18
[17] Suharsimi Arikunto, Manajemen Penelitian, (Jakarta: Rineka Cipta, 2005), h. 234

0 komentar:

Posting Komentar