2 KEYAKINAN YANG SUPER

Keyakinan dapat mengubah hidup manusia, seberapa pentingkah keyakinan itu ?

JANGANLAH MENJADI SEKEDAR PEMIMPIN

Pemimpin seperti apakah yang diidamkan oleh banyak bawahan ? Ada banyak tipe pemimpin, tetapi menjadi pemimpin yang sekokoh besi dan selembut beludru adalah yang terbaik.

TUGAS MAKALAH ILMU MANAJEMEN

Please check your tasks and working on time

MEMIMPIN DALAM SITUASI KRISIS

Sering kali seorang pemimpin yang berhasil justru dikenang karena kemampuannya mengatasi sebuah krisis.

TAKUT RESIKO ? ANDA GAGAL

Setiap usaha pastilah memiliki resiko di dalamnya. Resiko biasanya menjadi penghalang utama dalam memulai usaha. Takut Resiko ? Anda Gagal.

SELAMAT DATANG, SILAHKAN TINGGALKAN KOMENTAR ANDA

Senin, 27 Maret 2017

KOMUNIKASI



KOMUNIKASI
(Pengertian, proses komunikasi, hambatan komunikasi, komunikasi efektif)


Oleh: Rustan A
Mahasiswa STAI Al-Gazali Bone
 
BAB I
PENDAHULUAN

A.    Latar Belakang Masalah.
Komunikasi merupakan aktifitas manusia yang sangat penting. Bukan hanya dalam kehidupan organisasi, namun dalam kehidupan manusia secara umum.
            Komunikasi tidak terbatas pada kata-kata yang terucap belaka, melainkan bentuk dari apa saja interaksi, senyuman, anggukan kepala, yang membenarkan hati, sikap badan, ungkapan minat, sikap dan perasaan yang sama. di terimanya pengertian yang sama adalah merupakan kunci dalam komunikasi. Tanpa penerimaan sesuatu dengan pengertian yang sama maka yang terjadi adalah " dialog antara orang satu ".
            Tujuan organisasi tidak akan tercapai apabila tanpa manajemen dan komunikasi, manajemen tidak akan mungkin ada tanpa organisasi, manajemen ada jika ada tujuan yang akan di capai dan di selesaikan. Korelasi antara ilmu komunikasi dengan organisasi terletak pada manusia-manusia yang terlibat dalam mencapai tujuan organisasi.
            Tujuan organisasi juga tidak terlepas dari peran pemimpin, pemimpin yang baik adalah pemimpin yang mampu menguasai komunikasi dengan baik pula. Dengan penguasaan komunikasi yang baik seorang pemimpin memiliki nilai tambah, baik dalam kehidupannya secara umum, maupun dalam mengkontribusikan dirinya di tempat kerja, sehingga lebih produktif.
B.       Rumusan Masalah.
Untuk memudahkan proses penjabaran dan penjelasan, makalah ini memiliki beberapa rumusan masalah, yaitu :
1.      Apa pengertian dari komunikasi ?
2.      Bagaimana proses komunikasi ?
3.      Apa saja yang menjadi hambatan komunikasi ?
4.      Dan bagaimana komunikasi yang efektif  ?
C.      Tujuan Permasalahan
Tujuan penulisan makalah ini adalah untuk mengetahui pengertian dari komunikasi, proses komunikasi, dan bagaimana komunikasi efektif  itu, di samping itu, makalah ini di tulis sebagai tugas pada mata kuliah " ilmu manajemen " yang di berikan oleh dosen pembimbing.

BAB II
PEMBAHASAN

A.      Pengertian Komunikasi.
Istilah komunikasi berasal dari kata latin Communicare atau Communis yang berarti atau menjadikan milik bersama. Kalau kita berkomunikasi dengan orang lain, berarti kita berusaha agar apa yang disampaikan kepada orang lain tersebut menjadi miliknya.
Beberapa definisi komunikasi adalah :
1.      Komunikasi adalah kegiatan pengoperan lambang yang mengandung arti makna yang perlu di pahami bersama oleh pihak yang terlibat dalam kegiatan komunikasi ( Astrid ).
2.      Komunikasi adalah sebagai pemindahan informasi dan pengertian dari satu orang ke orang lain ( Davis, 1981 ).
3.      Komunikasi adalah penyampaian dan memahami pesan dari satu orang kepada orang lain. Komunikasi merupakan proses sosial             (  Lembaga Administrasi ).
Komunikasi artinya berbicara atau menyampaikan pesan, informasi, pikiran, dan perasaan yang di lakukan seseorang kepada yang lain dengan mengharapkan jawaban, tanggapan dari orang lain ( Hohenberg, 1978 ). Komunikasi bermula dari sebuah gagasan yang ada pada diri seseorang yang di olah menjadi sebuah pesan dan di sampaikan atau di kirimkan, kepada orang lain dengan menggunakan media tertentu. Dari pesan yang di sampaikan tersebut, kemudian terdapat timbal balik berupa tanggapan atau jawaban dari orang yang menerima pesan tersebut.
Komunikasi organisasi adalah pengiriman dan penerimaan berbagai pesan organisasi di dalam kelompok formal maupun informal dari suatu organisasi ( Wiryanto, 2005 ). Komunikasi formal adalah komunikasi yang di setujui oleh organisasi itu sendiri dan sifatnya berorientasi kepentingan organisasi. Isinya berupa cara kerja di dalam organisasi. Misalnya : memo, kebijakan, pernyataan, jumpa pers, dan surat-surat resmi.
Adapun komunikasi informal adalah komunikasi yang di setujui secara sosial, orientasinya bukan pada organisasi, tetapi lebih kepada anggotanya secara individual.
B.       Proses Komunikasi
Proses komunikasi adalah bagaimana sang komunikator menyampaikan pesan kepada komunitasnya, sehingga dapat menetapkan suatu persamaan makna antara komunitasnya dengan komunikatornya. Proses komunikasi ini bertujuan untuk menciptakan komunikasi yang efektif.
Aristoteles menerangkan bahwa proses komunikasi akan berjalan jika terdapat 3 unsur utama yaitu :
1.      Pembicara, yaitu orang yang menyampaikan pesan
2.      Apa yang akan di sampaikan ( isi pesan )
3.      Penerima / pendengar, orang yang menerima pesan.
Proses komunikasi dapat terjadi apabila ada interaksi antar manusia dan ada penyampaian pesan untuk mewujudkan motif komunikasi.
Tahapan proses komunikasi adalah sebagai berikut :
1.      Penginterpretasian
 Hal yang di interpretasikan adalah motif komunikasi, terjadi dalam diri
 komunikator.
2.      Penyandian
 Tahap ini masih ada dalam komunikator dari pesan yang bersifat abstrak,
 di wujudkan oleh akal budi manusia kedalam lambang komunikasi.
 Tahap ini di sebut encoding, akal budi manusia berfungsi sebagai
 rencoder, alat penyandi, merubah pesan abstrak menjadi konkret.
3.      Pengiriman
Proses ini terjadi ketika komunikator melakukan tindakan komunikasi, mengirim lambang komunikasi dengan peralatan jasmaniah yang di sebut transmitter.
4.        Perjalanan
Tahapan ini terjadi antara komunikator dan komunikan, sejak pesan di kirim hingga pesan di terima oleh komunikan.
5.        Penerimaan
Tahapan ini di tandai dengan di terimanya lambang   komunikasi melalui peralatan jasmaniah.
6.        Penyandian balik
Tahap ini terjadi  pada diri komunikan sejak lambang komunikasi di terima melalui peralatan yang berfungsi sebagai receiver hingga akal budinya berhasil menguraikannya ( decoding ).
7.      Penginterpretasian
Tahap ini terjadi pada komunikan, sejak lambang komunikasi berhasil di uraikan dalam bentuk pesan.
C.    Hambatan Komunikasi
1.    Hambatan Teknis
Keterbatasan fasilitas dan peralatan komunikasi, dari sisi teknologi, semakin berkurang dengan adanya temuan baru di bidang kemajuan teknologi komunikasi dan informasi.
 Menurut Cruden dan Sherman dalam bukunya personel management   ( 1976 ) jenis hambatan teknis dan komunikasi yaitu :
-          Tidak adanya rencana atau prosedur kerja yang jelas
-          Kurangnya informasi atau penjelasan
-          Kurangnya keterampilan membaca
-          Pemilihan media ( saluran ) yang kurang tepat
2.    Hambatan Semantik
Gangguan semantik menjadi hambatan dalam proses komunikasi. Definisi semantik sebagai studi idea atas pengertian, yang di ungkapkan lewat bahasa. Kata-kata membantu proses pertukaran timbal balik arti dan pengertian ( komunikator dan komunikan ).
Seorang komunikator harus memilih kata-kata yang tepat sesuai dengan karakteristik komunikannya, dan melihat kemungkinan penafsiran terhadap kata-kata yang di pakainya.
3.    Hambatan Manusiawi
Terjadi karena adanya faktor emosi dan prasangka pribadi, persepsi, kecakapan atau ketidak cakapan, kemampuan atau ketidak mampuan alat-alat panca indra seseorang. Menurut Cruden dan Sherman bahwa :
-          Hambatan yang berasal dari perbedaan individual manusia. Perbedaan persepsi, perbedaan umur, perbedaan keadaan emosi, keterampilan mendengarkan, perbedaan status, pencairan informasi, dan penyaringan informasi.
-          Hambatan yang di timbulkan oleh iklim psikologis dalam organisasi.
Suasana iklim kerja dapat mempengaruhi sikap dan perilaku staf dan efektifitas komunikasi organisasi.
D.    Komunikasi Efektif
Komunikasi efektif adalah komunikasi yang mampu menghasilkan perubahan sikap ( attitude change ) pada orang lain yang bisa terlihat dalam proses komunikasi.
Tujuan komunikasi efektif yaitu :
·         Memberikan kemudahan dalam memahami pesan yang di sampaikan antara pemberi informasi dan penerima informasi. Sehingga bahasa yang di gunakan oleh pemberi informasi lebih jelas dan lengkap, serta dapat di mengerti dan di pahami dengan baik oleh penerima informasi.
·         Agar pengiriman informasi dan umpan balik atau feed back dapat seimbang sehingga tidak terjadi monoton. Selain itu komunikasi efektif dapat melatih menggunakan bahasa dengan baik
Dengan komunikasi secara efektif, kita dapat menjalin hubungan, saling pengertian dengan orang lain, karena menggunakan komunikasi secara efektif memiliki beberapa fungsi di antaranya :
·         Fungsi informasi
Untuk memberitahukan sesuatu ( pesan ) kepada pihak tertentu, dengan harapan agar komunikan dapat memahaminya dengan baik.
·         Fungsi kontrol
Menghindari terjadinya sesuatu yang tidak di inginkan, dengan memberi pesan yang baik berupa perintah, peringatan, dan penilaian yang bijaksana.
·         Fungsi sosial
Agar rekreatif, keakraban dan keharmonisan di antara komunikator dan komunikan terjalin dengan baik.
·         Fungsi ekonomi
Menggunakan komunikasi yang efektif untuk meningkatkan kwalitas usaha ( bisnis ).

BAB III
PENUTUP

3.1  Kesimpulan
Beberapa kesimpulan yang dapat kita petik dalam tulisan ini di antaranya :
Pentingnya seorang pemimpin dan bawahan untuk dapat membuka komunikasi secara efektif dan efisien, sehingga roda organisasi dapat berjalan lancar dalam mencapai tujuan yang telah di rencanakan, kemudian seluruh individu yang tergabung dalam sistem organisasi, hendaknya menyadari pentingnya komunikasi yang baik untuk meminimalisir hambatan komunikasi. Yaitu menciptakan komunikasi yang baik yang dapat meningkatkan kinerja individu yang berorganisasi.

DAFTAR PUSTAKA
Cruden dan Sherman, dalam bukunya. 1976, Personel management.
R. Wayne Pace dan Don F. Faules 2006. Komunikasi organisasi, strategi meningkatkan kinerja perusahaan. Bandung ;
PT. Remaja Rosda karya.
Stoner, James A.F. 1996, manajemen, Erlangga, Jakarta
Appl baum, Ronald L,1974
Strategies For Persuasive Communication Charles E, Merril Publishing Company, Columbus, Ohio.

Senin, 20 Maret 2017

PENGORGANISASIAN



 PENGORGANISASIAN
 Oleh: Hj. Jumriani
Mahasiswa Semester VII PAI
BAB I. PENDAHULUAN
A.      Latar Belakang
Pengorganisasian merupakan suatu proses untuk merancang struktur formal, mengelompokkan dan mengatur, serta membagi tugas atau pekerjaan diantara para anggota organisasi, agar tujuan organisasi dapat dicapai dengan efisien. Manusia merupakan unsur terpenting dalam pengorganisasian karena manusia terdapat di dalam tugas-tugas yang saling berhubungan.
Sturktur organisasi dapat didefinisikan sebagai mekanisme-mekanisme formal dengan mana organisasi dikelola. Sturktur organisasi menunjukkan kerangka dan susunan perwujudan pola tetap hubungan-hubungan diantara fungsi-fungsi atau orang-orang yang menunjukkan kedudukan, tugas wewenang dan tanggung jawab yang berbeda-beda dalam organisasi. Struktur ini mengandung unsur-unsur spesialis kerja, standarlisasi, koordinasi, sentralisasi atau desentralisasi dalam pembuatan keputusan atau besaran satuan kerja.
Pengorganisasian dalam konteks perubahan social menjadi titik strategis yang harus menjadi perhatian dengan seksama. Keberhasilan mencapai titik perubahan akan sangat ditentukan oleh pengorganisasian. Tanpa suatu pengorganisasian yang kuat, memadai dan sistematis maka perubahan social hanya akan bergantung pada niat baik kekuasaan, pasar politik atau situasi lain yang tidak pasti. Satu-satunya faktor yang menentukan bahwa sebuah gerakan akan tetap berjalan pada relnya dan dapat mencapai tujuannya adalah pengorganisasian yang dipandu oleh kepemimpinan dan garis politik yang memihak kepada rakyat.
B.       Rumusan Masalah
Dari latar belakang masalah yang disebutkan di atas, maka disusunlah beberapa rumusan masalah sebagai berikut:
1.        Apa definisi dari Pengorganisasian?
2.        Komponen-komponen apa saja yang termasuk dalam Pengorganisasian?
3.        Bagaimana proses sebuah Pengorganisasian?
C.      Tujuan Pembahasan Makalah
Dari rumusan masalah yang disebutkan di atas, maka disusunlah tujuan pembahasan makalah sebagai berikut:
1.        Datap menyebutkan definisi dari Pengorganisasian?
2.        Dapat mengetahui komponen-komponen apa saja yang termasuk dalam Pengorganisasian?
3.        Dapat menjelaskan bagaimana proses sebuah Pengorganisasian.
BAB II. PEMBAHASAN
A.      Definisi Pengorganisasian
1.        Pengertian Organisasi
Istilah organisasi memiliki dua arti umum, pertama, mengacu pada suatu lembaga (institution) atau kelompok fungsional, sebagai contoh kita mengacu pada perusahaan, badan pemerintah, rumah sakit, atau suatu perkumpulan olahraga. Arti kedua mengacu pada proses pengorganisasian, sebagai salah satu dari fungsi manajemen.
Menurut Prof. Dr. Sondang P. Siagian: Organisasi adalah suatu bentuk persekutuan antara dua orang atau lebih yang bekerja bersama serta secara formal terikat dalam rangka pencapain tujuan yang telah ditentukan dan dalam ikatan itu terdapat seorang atau sekelompok orang yang disebut bawahan.[1]
Sedangkan dalam arti umum organisasi merupakan sekumpulan/sekelompok orang (dua atau lebih) yang secara formal dipersatukan untuk bekejasama dengan pembagian atau alokasi tugas dan tanggung jawab tertentu dalam system koordinasi, kooperatif, dorongan-dorongan, dan pengaturan guna memudahkan pencapaian beberapa tujuan yang telah ditetapkan.

2.        Pengertian Pengorganisasian
Drs. H. Melayu S.P. Hasibuan: Pengorganisasian adalah suatu proses penentuan, pengelompokan, dan pengaturan bermacam-macam aktifitas yang diperlukan untuk mencapai tujuan,menempatkan orang-orang pada setiap aktifitas ini,menyediakan alat-alat yang diperlukan, menetapkan wewenang yang secara relatif didelegasikan kepada setiap individu yang akan melakukan aktifitas-aktifitas tersebut.[2]
Sedangkan dalam arti umum pengorganisasian adalah langkah untuk merancang struktur formal, menetapkan, menggolongkan dan mengatur berbagai macam kegiatan, menetapkan tugas-tugas pokok, wewenang dan pendelegasian wewenang oleh oleh pemimpin kepada staf dalam rangka mencapai tuuan organisasi dalam efisiesi.
Pengorganisasian (organizing) merupakan suatu cara pengaturan pekerjaan dan pengalokasian pekerjaan di antara para anggota organisasi sehingga tujuan organisasi dapat dicapai secara efisien (Stoner, 1996). Sedangkan Hani Handoko (1999) memberikan pengertian pengorganisasian adalah proses penyusunan struktur organisasi yang sesuai dengan tujuan organisasi, sumber daya yang dimiliki, dan lingkungan yang melingkupinya.
Menurut Syani, secara metodologis pengorganisasian adalah suatu cara manajerial yang berhubungan dengan usaha-usaha kelompok untuk mencapai tujuan yang telah ditetapkan sebelumnya dengan pembagian kerja. Dalam usaha-usaha ini para anggota kelompok melaksanakan pekerjaannya disertai pengetahuan dan metode ilmiah berdasarkan perspektif umum yang perlu memelihara dan menjaga yang relevansi responsive dengan tujuan organisasi. Fungsi perngorganisasian adalah suatu kegiatan pengaturan pada sumber daya manusia dan sumberdaya fisik lain yang dimiliki perusahaan untuk menjalankan rencana yang telah ditetapkan serta menggapai tujuan perusahaan.
B.       Komponen Pengorganisasian
Secara sederhana organisasi memiliki tiga unsur atau komponen, yaitu orang,kerjasama, dan tujuan bersama. Tiga unsur organisasi itu tidak berdiri sendiri-sendiri, akan tetapi saling kait atau saling berhubungan sehingga merupakan sesuatu kesatuan yang utuh. Adapun unsur-unsur organisasian secara terperinci adalah:
1.        Man (orang-orang)
Dalam kehidupan organisasi atau ketata lambangan sering disebut dengan istilah pegawai atau personel,pegawai atau personel terdiri dari semua anggota atau warga organisasi.yang menurut fungsi dan tingktannya terdiri dari unsur-unsur (administator) sebagai unsur pemipin tertinggi dalam organisasi, psrs menejer yang memimpin suatu umit satuan kerja sesuai dengan fungsinya masing-masing danpara pekerja (non management/workers). Semua itu secara bersama-sama merupakan kekuatan manusiawi (man power) organisasi.
2.        Kerjasama
Kerjasama merupakan suatu perbuatan bantu-membantu akan suatu perbuatan yang dilakukan secara bersama-sama untuk mencapai tujuan bersama.oleh karna itu, semua anggota atau semua warga yang menurut tingkatan-tingkatannya dibedakan menjadi administator, manajer,dan pekerja (workers) secara bersama-sama merupakan kekuatan manusiawi (man power) organisasi.
3.        Tujuan
Tujuan merupakan arah atau sasaran yang dicapain. Tujuan menggambarkan tntang apa yang dicapai atauyang diharapkan. Tujuan merupakan titik akhir tentang apa yang harus dikerjakan. Tujuan juga menggambarkan tetang apa yang harus dicapai melalui prosedur, program, pola (network), kebijaksanaan (policy). Strategi, anggaran (hudgeting), dan peraturan-peraturan (regulation) yang telah ditetapkan.
4.        Peralatan (equipment)
Peralatan merupakan unsur yang keempat yaitu peralatan atau equipment yang terdiri dari semua sarana, berupa materai, mesin-mesin, uang, dan modal lainnya (tanah,gedung/bangunan/kantor).
5.        Lingkungan (environment)
Faktor lingkungan misalnya keadaan sosial, budaya, ekonomi, dan tknologi. Yang termasuk dalam unsur lingkungan:
a.    Kondisi atau situasi, yang secara langsung maupun secara tidak langsung berpengaruh terhadap daya gerak kehidupan organisasian, karna kondisi atau situasi akan selalu mengalami perubahan.
b.    Tempat atau lokasi, sangat erat hubungannya dengan masalah komunikasi dan transportasi yang harus dilakukan oleh organisasi.
c.    Wilayah oprasi yang dijadikan sasaran kegiatan organisasi. Wilayah operasi dibedakan menjadi:
1)        Wilayah kegiatan yang menyangkut jenis kegiatan atau macam kegiatan apa saja yang boleh dilakukan sesuai dengan tujuan organisasi.
2)        Wilayah jangkauan, atau wilayah geografis atau wilayah teritorial, menyangkut wilayah atau daerah operasi organisasi.
3)        Wilayah personil, menyangkut semua phak (orang-orang,badan-badan) yang mempunyai hubungan dankepentingan dengan organisasi.
4)        Wilayah kewewenangangan atau kekuasaan, menyangkut semua urusan, persoalan, kewajiban tugas, tanggung jawab dan kebijaksanaan yang harus dilakukan dalam batas-batas ditetapapkan dan sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan yang beralku.
5)        Kekayaan alam, yang termasuk dalam kekayan alam ini misalnya keadaan iklim,udara, air, cuaca (geografis,hidrografi,geologi,klimatologi), flora dan fauna.
C.      Proses Pengorganisasian
Proses pengorganisasian dapat ditunjukkan dengan tiga langkah prosedur berikut ini:
1)        Pemerinci seluruh pekerjaan yang harus dilaksanakan untuk mencapai tujuan organisasi.
2)        Pembagian beban pekerjaan total menjadi kegiatan-kegiatan yang secara logika dapat dilaksanakan oleh satu orang. Pembagian kerja sebaiknya tidak terlalu berat sehingga tidak dapat diselesaikan, atau terlalu ringan sehingga ada waktu menganggur, tidak efisien dan terjadi biaya yang tidak perlu.
3)        Pengadaan dan pengembangan suatu mekanisme untuk mengkoordinasikan pekerjaan para anggota organisasi menjadi satu-kesatuan yang terpadu dan harmonis. Mekanisme pengkoordinasi ini akan membuat para anggota organisasi menjaga perhatiannya pada tujuan organisasi dan mengurangi ketidak-efisienan dan konflik-konflik yang merusak.
Pelaksanaan proses pengorganisasian yang sukses, akan membuat suatu organisasi dapat mencapai tujuannnya. Proses ini akan tercermin pada struktur organisasi, yang mencakup aspek-aspek penting organisasi dan pengorganisasian, yaitu:
a)        Pembagian kerja
b)        Departementalisasi (Departementasi)
c)        Bagan organisasi formal
d)       Rantai perintah dan kesatuan perintah
e)        Tingkat-tingkat hirarki manajemen
f)         Saluran komunikasi
g)        Penggunaan komite
h)        Rentang manajemen dan kelompok-kelompok informal yang tak dapat dihindarkan.
Pada dasarnya kegiatan pengorganisasian sebagai proses dapat dikelompokkan ke dalam 3 (tiga) langkah pokok sebagaimana telah dikemukakan sebelumnya. Namun untuk kepentingan operasional bisa dikembangkan lagi lebih terperinci, yakni :
1)        Penentuan tujuan
2)        Perumusan tugas pokok
3)        Perincian kegiatan.
4)        Perincian fungsi.
5)        Pengelompokan fungsi ke dalam seksi-seksi yang lebih spesifik.
6)        Pengadaan staf (staffing).
7)        Penyusunan prosedur dan tata kerja.
8)        Penetapan pola hubungan kerja.
9)        Penyediaan sarana/perlengkapan.
10)    Perwujudan program.
1.        Penentuan Tujuan
Tujuan merupakan dasar bagi penyusunan organisasi. Melalui tujuan, dapat diperkirakan tentang tipe, susunan, corak maupun ukuran besar kecilnya organisasi. Oleh sebab itu para anggota hendaknya lebih dulu merumuskan tujuan-tujuan organisasi secara jelas, lengkap dan rasional. Tujuan-tujuan itu diambil dari rumusan yang telah dibuat pada tahap perencanaan, yakni antara lain memuat tentang hal-hal apa, mengapa, dan bagaimana kegiatan organisasi itu dilaksanakan.

2.        Perumusan Tugas Pokok
Untuk mencapai suatu tujuan organisasi memiliki sejumlah tugas pokok (misi) yang harus dijalankan secara sistematis. Segenap tugas pokok yang dirumuskan harus diorientasikan pada uasaha pencapaian tujuan, dan disesuaikan pada batas kemampuan, waktu dan fasilitas yang tersedia. Prinsip ini perlu dipegang agar tugas pokok (misi) yang diemban itu dapat direalisasikan secara efektif dan efisien (Newton, 2006).

3.        Perincian Kegiatan
Setelah tugas pokok dirumuskan, perlu diperinci lagi menjadi sejumlah kegiatan praktis/operasional, yang dapat mendukung pelaksan¬aan misi dan tugas pokok organisasi. Untuk memperoleh suatu rumusan yang memenuhi syarat, para anggota organisasi harus berusaha menjawab pertanyaan: “Kegiatan-kegiatan apa saja yang perlu dilaksanakan dalam rangka

4.        Perincian fungsi
Fungsi kerja adalah melakukan pekerjaan sesuai dengan jabatannya. Setiap jabatan dalam organisasi panitia mempunyai fungsi kerja yang berbeda, sesuai dengan bidangnya. Namun dapat diketahui bahwa dalam organisasi perlu ada kerja sama. Kerja sama ini dilakukan secara langsung maupun tidak langsung.
Fungsi menunjukkan makna dari pekerjaan yang telah dan akan dilakukan.Dalam organisasi fungsi kerja benar -benar sangat diperlukan. Hal ini sangat mempengaruhi keberhasilan dalam suatu kegiatan atau tujuan organisasi.

5.        Pengelompokan fungsi ke dalam seksi-seksi
Pengelompokkan fungsi ke dalam seksi-seksi yang lebih khusus Istilah lain dari langkah kelima ini adalah “departementasi”, sebagai proses penerapan fungsi-fungsi menjadi unit-unit kecil organisasi sesuai prinsip-prinsip organisasi yang telah dikemukakan sebelumnya.
Satuan-satuan organisasi yang dimaksud dapat terdiri dari: biro, bagian, seksi, bidang, divisi, dan sebagainya. Proses diferensiasi menurut unit-unit yang lebih kecil ini dapat dilakukan secara horizontal dan vertikal. Yang pertama didasarkan pada penyebaran fungsi secara definitif, tanpa membedakan hierarki struktural. Sedangkan yang kedua (vertikal) penyebaran fungsi itu di samping secara spesifik, juga dilihat hierarki strukturalnya secara linear dari atas ke bawah atau sebaliknya.
Secara horizontal misalnya dapat dilihat adanya pengelompokan fungsi pendidikan dan pengajaran ke dalam bidang pengajaran, dan secara vertikal biasanya dipimpin oleh wakil kepala sekolah yang mengurusi bidang pengajaran sebagaimana tergambar pada bagan struktur organisasi SMK. Contoh lain, dalam diferensiasi fungsi administrasi perlengkapan dijelmakan menjadi unit satuan organisasi perlengkapan. Secara vertikal unit perlengkapan ini dipimpin oleh Wakil Kepala Sekolah urusan sarana dan prasarana, yang bertanggung jawab langsung pada kepala sekolah.

6.        Pengadaan staf (Staffing).
Secara filosofis, manusia merupakan unsur terpenting dalam suatu organisasi. Tanpa manusia, tak mungkin organisasi lahir. Organisasi yang terbentuk dari kelompok/kerja sama, mempersyaratkan adanya dua orang manusia atau lebih yang secara sadar bersatu untuk mencapai tujuan yang telah ditetapkan. Sedangkan unsur-unsur lainnya yang memiliki suatu organisasi, seperti uang, materi, mesin-mesin, waktu, dan sebagainya, hanya dapat memberi manfaat jika manusia yang ada dalam organisasi itu menjadi pembangun, dan bukan sebaliknya.
Dengan kata lain, manusia sebenarnya bisa menjadi faktor penunjang dan bisa pula sebagai penghalang bagi kelangsungan organisasi. Bagaimana memperoleh tenaga atau manusia organisasi yang konstruktif itu? adalah merupakan sebuah pertanyaan yang perlu di jawab melalui kegiatan pengadaan orang atau anggota organisasi, sesuai dengan prinsip administrasi dan manajemen. Pengadaan tenaga mencakup kegiatan-kegiatan berikut:
a)        Perencanaan ketenagaan,
b)        Penarikan tenaga yang dibutuhkan,
c)        Seleksi ketenagaan untuk menentukan mana yang paling sesuai dengan kebutuhanorganisasi atau punya kualifikasi.
d)       Penempatan tenaga,
e)        Pelaksanaan kompensasi seperti: pemberian upah, balas jasa, jaminan sosial sesuaidengan kadar karya tenaga yang bersangkutan.
f)         Pembinaan tenaga melalui pendidikan dan latihan-latihan.
g)        Pemberhentian.
Prinsip pokok yang perlu dipegang dalam proses pengadaan staf organisasi adalah: penempatan orang yang tepat, sesuai dengan kemampuan, minat dan kesukaan masing-masing terhadap tugas-tugas yang akan dihadapi. Ungkapan yang sering digunakan untuk mewakili prinsip ini adalah: “the right man on the right place”. Hal ini perlu diwujudkan dalam usaha memperoleh tenaga secara selektif, guna mengisi segenap formasi yang tersedia dalam satuan organisasi. Seleksi dan penempatan personel itu diorientasikan pada dua buah aspek kegiatan, yakni teknis dan manajerial. Semakin tinggi kedudukan yang ditetapkan bagi seseorang, maka semakin besar pula keterampilan manajerial yang dibutuhkannya. Sebaliknya, semakin rendah posisi tenaga yang bersangkutan, maka ia semakin memerlukan lebih banyak keterampilan teknis.

7.        Penyusunan prosedur dan tata kerja.
Prosedur kerja adalah suatu rangkaian dari tata kerja yang saling berhubungan satu dengan yang lain dimana terlihat adanya suatu urutan tahap demi tahap dan jalan yang harus ditempuh dalam rangka menyelesaikan suatu bidang tugas.
Tata kerja adalah suatu cara dalam pelaksanaan suatu tugas atau pekerjaan dengan mengingat segi-segi tujuan, peralatan, fasilitas, tenaga kerja, waktu, ruang dan biaya yang tersedia seefisien mungkin.

8.        Penetapan pola hubungan kerja.
Dalam organisasi formal dapat kita bedakan dua macam manajer sebagai pemimpin, pertama yang mengepalai keseluruhan organisasi; kedua yang mengepalai satu bagian atau satu unit dari organisasi. Pemimpin yang mengepalai seluruh organisasi adalah manajer puncak (direktur utama, direktur, general manajer). Ia juga dapat merupakan seorang wirausaha (entrepreneure), seseorang yang memulai dan memiliki usahanya sendiri, yang memimpin perusahaannya sendiri. Pemimpin yang mengepalai suatu unit dalam organisasi merupakan para manajer madya dan manajer pertama (para penyelia = supervisor).

9.        Penyediaan sarana/perlengkapan.
Alat dan atau perlengkapan bukanlah harus baik, karena mempunyai nilai atau harga yang tinggi. Tetapi yang diperlukan adalah alat yang tepat dipakai, karena sesuai dengan corak pekerjaan.

10.    Perwujudan program.
Program kerja dapat diartikan sebagai suatu rencana kegiatan dari suatu organisasi yang terarah, terpadu dan tersistematis yang dibuat untuk rentang waktu yang telah ditentukan oleh  suatu organisasi. Program kerja ini akan menjadi pegangan bagi organisasi dalam menjalankan rutinitas roda organisasi. Program kerja juga digunakan sebagai sarana untuk mewujudkan cita cita organisasi. Ada dua alasan pokok mengapa program kerja perlu disusun oleh suatu organisasi :
1)      Efisiensi organisasi
Dengan telah dibuatnya suatu program kerja oleh suatu organisasi maka waktu yang dihabiskan oleh suatu organisasi untuk memikirkan bentuk kegiatan apa saja yang akan dibuat tidak begitu banyak, sehingga waktu yang lain bisa digunakan untuk mengimplementasikan program kerja yang telah dibuat.
2)      Efektifitas organisasi
Keefektifan Organisasi juga dapat dilihat dari sisi ini, dimana dengan membuat program kerja oleh suatu organisasi maka selama itu telah direncanakan sinkronisasi kegiatan organisasi antara bagian kepengurusan yang satu dengan bagian kepengurusan yang lainnya
BAB III. PENUTUP
A.      Kesimpulan
Dari makalah diatas dapat disimpulkan bahwa sangat penting Pengorganisasian (Organizing) dalam manajemen. Karena merupakan fungsi dari manajemen yang pasti ada dan sangat dibutuhkan, maka peran pengorganisasin sangat penting dan sangat menentukan langkah selanjutnya dalam manajemen.
Pengertian organisasi dapat diartikan menjadi dua arti yaitu, dalam arti dinamis disebut pengorganisasian dan dalam arti statis disebut organisasi.
Secara sederhana organisasi memiliki tiga unsur, yaitu ada orang, ada kerjasama dan ada tujuan bersama. Tiga unsur organisasi itu tidak berdiri sendiri-sendiri, akan tetap saling kait atau saling berhubungan sehingga merupakan suatu kesatuan yang utuh.
Pada dasarnya kegiatan pengorganisasian sebagai proses dapat dikelompokkan ke dalam 3 (tiga) langkah pokok yaitu pemerinci seluruh pekerjaan, pembagian beban pekerjaan dan pengadaan dan pengembangan
Keberhasialan atau kegagalan organisasi pasti berhubungn dengan peran para anggotanya. Suatu keberhasilan dapat dicapai bila ada kerjasama yang baik antar para anggotanya. Sedangkan kegagalan dapat disebabkan karena adanya factor internal pengorganisasian tersebut yang bersifat negatif.

B.       Saran
Mengingat pentingnya pengorganisasian maka perlu kiranya masalah ini diperhatikan dan dipahami sebaik-baiknya. Setelah memahami pengorganisasian maka sebaiknya diterapkan dalam aktual di lapangan. Dan untuk para pemimpin sebaiknya harus mengetahui semua hal yang menyangkut tentang organisasi baik secara individu maupun kelompok.
Agar suatu organisasi berhasil para anggotanya harus saling bekerja sama dengan baik dan menjaga kebersamaan agar apabila terjadi masalah dapat diselesaikan dengan baik-baik tanpa harus mengganggu proses organisasi.
DAFTAR PUSTAKA
Arief, Bowo. 2008. Pengorganisasian. Fakultas Ekonomi. Universitas Mercu Buana: Jakarta.
Hani, Handoko. 2003. Manajemen. Edisi kedua. Cetakan kedelapan belas. Yogyakarta:  BPFE-Yogyakarta.
Kardaman. 1996. Pengantar IlmuManajemen. Jakarta: Gramedia.
Purwanto, Yadi. 2001. Manajemen Organisasi. Jakarta: PT. Cendikia Informatika.
https://hbis.wordpress.com/2010/01/12/langkah-langkah-pengorganisasian-oleh-a-fatah-munzali/





[1]Sondang Siagian. Ilmu Manajemen. (Jakarta: Rajawali Pers, 2005). Hlm. 56
[2]Melayu Hasibuan. Manajemen Organisasi. (Jogjakarta: Cakrawala, 2007). Hlm. 19