Konsep ini mengajak pemimpin untuk tetap memimpin organisasi bergerak ke arah yang diinginkan, tidak melenceng oleh keinginan para pengikut yang punya agenda sendiri. Bagi seorang pemimpin, hal ini sangat penting karena membiarkan penyimpangan di tingkat atas akan melahirkan penyimpangan lebih besar di tingkat bawah. Pendekatan sekokoh besi selembut beludru dalam kepemimpinan diyakini paling cepat dan paling tepat untuk menyampaikan pesan dari sang pemimpin di tingkat atas, kepada para pemimpin di bawahnya sehingga penyimpangan dapat diminimalkan.
Disisi lain, seorang pemimpin diharapkan selalu menggunakan "sarung tangan beludru" dalam berhubungan dengan pengikut dan jika memungkinkan juga dengan pihak luar. Namun, karena sarung tersebut dikenakan di tangan yang keras seperti besi, prinsip-prinsip sang pemimpin tidak akan tergoyahkan. Ibaratnya di dalam sarung tangan tersebut terdapat sebuah kerangka yang kokoh. Seorang pemimpin harus memahami dan menerapkan paradigma bahwa banyak hal pada hakikatnya tidaklah bertentangan jika diterapkan pendekatan: cepat tetapi seksama, menyerang tetapi tidak melukai hati, dominan tetapi tidak mengagungkan diri.
Ada empat kerangka berpikir yang harus diperhatikan dalam hal ini. Pertama, seorang pemimpin harus bisa menjawab pertanyaan apa yang diinginkan oleh organisasi secara konkret. Kedua, berkaitan dengan kompetensi, ia harus dapat mebayangkan pengetahua, karakter, motivasi, dan perilaku anggota organisasi. Ketiga, posisi organisasi di dalam persaingan. Keempat, strategi yang akan diterapkan untuk mencapai visi dan budaya organisasi yang menunjang strategi tersebut.
Pada hakikatnya, keempat kerangka berpikir inilah yang harus selalu disampaikan oleh pemimpin kepada para pemimpin dibawahnya. Selanjutnya, ia harus meminta mereka untuk menyampaikan keempat kerangka pemikiran itu kepada masing-masing anak buah mereka. Perlu diingat bahwa komunikasi yang dilakukan harus menggunakan dua pendekatan, yaitu pertama pendekatan diseminasi informasi yang bersifat massal, entah malalui pidato, newslatter, poster, banner, atau lainnya. Namun, meskipun dapat meningkatkan kesadaran, pendekatan ini belum tentu dapat memberikan pemahaman yang benar berkaitan dengan bidang tugas dan pekerjaan masing-masing. Oleh karena itu, diperlukan pendekatan yang kedua, yakni pendektan berjenjang.
Aspek lain yang harus diperhatikan oleh seorang pemimpin adalah bahwa seorang pemimpin bertanggungjawab bukan hanya atas hal-hal yang telah diputuskan, tetapi juga atas hal-hal yang tidak diputuskan.
Diambil dari buku: Susanto, Superleadership "Leading Other to Lead" (Jakarta: Gramedia Pustaka Utama, 2009), h. 48-51
Jangan lupa tinggalkan komentar anda pada kolom komentar.
0 komentar:
Posting Komentar