STRATEGI
PENINGKATAN MUTU PENDIDIKAN DALAM PERSPEKTIF MANAJEMEN BERBASIS MADRASAH DI MTs
ANNURAIN LONRAE KECAMATAN TANETE RIATTANG TIMUR KABUPATEN BONE
Muhammad
Suyuthy. R
Dosen: STAI Al-Gazali Bone
Peningkatan kualitas pendidikan
juga menuntut manajemen pendidikan yang lebih baik. Sayangnya, selama ini aspek
manajemen pendidikan pada berbagai tingkat dan satuan pendidikan belum mendapat
perhatian yang serius sehingga seluruh komponen sistem pendidikan kurang
berfungsi dengan baik. Lemahnya manajemen pendidikan yang terlihat dari jumlah
peserta didik yang mengulang kelas dan putus sekolah.
Berdasarkan
hal di atas, maka fokus penelitian ini adalah membahas hal-hal yang berkaitan dengan bagaimana mutu pendidikan, strategi peningkatan
mutu pendidikan dalam perspektif manajemen berbasis madrasah, faktor-faktor
pendukung dan penghambat strategi peningkatan mutu pendidikan dalam perspektif
manajemen berbasis madrasah khususnya di MTs Annurain Lonrae.
Hasil dari permasalahan di atas
menunjukkan bahwa, peningkatan mutu pendidikan dalam perspektif manajemen
berbasis madrasah di MTs Annurain Lonrae dari segi mutu pendidikan akademik dan
non akademik yang dinyatakan dalam program-program ekstrakurikuler. Mengadakan
monitoring dan evaluasi (Monev). Faktor pendukung strategi peningkatan mutu pendidikan
dalam perspektif manajemen berbasis sekolah di MTs Annurain Lonrae adalah
lokasi MTs Annurain Lonrae yang sangat strategis, kondusif dan efektif.
Guru-guru dan karyawan sebagian besar berlatar belakang S1. Sarana prasarana
yang lengkap dan cukup memadai. Sedangkan Faktor penghambat adalah dana BOS
yang diberikan belum sesuai dengan jumlah siswa di MTs Annurain Lonrae.
Kata Kunci: Strategi, Mutu
Pendidikan, Manajemen Berbasis Madrasah.
I. PENDAHULUAN
Pendidikan
secara umum memiliki tugas suci dan mulia, yaitu memberdayakan umat manusia
sehingga mampu mengaktualisasikan dirinya secara penuh di tengah kehidupan
bermasyarakat. Pendidikan memegang tugas mentransformasikan individu-individu
menjadi manusia sejati, yakni manusia sempurna yang mampu menggali
kecerdasan-kecerdasannya untuk membantu menyelesaikan masalah-masalah hidupnya.[1]
Secara makro,
manusia harus mampu berperan, sebagai bangsa yang berkembang dan meningkatkan
kualitas sumber daya manusia di era persaingan global. Oleh karena itu, peningkatan
kualitas sumber daya manusia merupakan suatu yang harus dilakukan secara
terencana, terarah, intensif, efektif dan efesien dalam proses pembangunan, hal
tersebut harus dilakukan oleh bangsa ini agar tidak kalah bersaing dalam
menjalani persaingan di era global tersebut.
Berkaitan
dengan peningkatan pendidikan, Tilaar mengemukakan bahwa pendidikan nasional
dewasa ini sedang dihadapkan pada empat krisis pokok, yang berkaitan dengan
kualitas, relevansi dan efesiensi eksternal, elitisme, dan manajemen. Lebih
lanjut dikemukakan bahwa sedikitnya ada enam masalah pokok sistem pendidikan
nasional: (1) menurunnya akhlak dan moral peserta didik, (2) pemerataan
kesempatan belajar, (3) masih rendahnya efesiensi internal sistem pendidikan, (4) status kelembagaan, (5)
manajemen pendidikan yang tidak sejalan dengan pembangunan nasional, dan (6)
sumber daya yang belum profesional.[2]
Pendidikan merupakan bagian integral
dalam kehidupan bangsa dan negara. Salah satu faktor yang dilakukan untuk
meningkatkan kualitas hidup bangsa Indonesia adalah dengan meningkatkan
kualitas pendidikan. Hal tersebut menunjukkan bahwa kualitas pendidikan sangat
menentukan kualitas sistem pendidikan secara Kaffah (menyeluruh), terutama
berkaitan dengan kualitas pendidikan, serta relevansinya dengan kebutuhan
masyarakat dan dunia kerja.[3]
Peningkatan kualitas pendidikan bukanlah
tugas yang ringan karena tidak hanya berkaitan dengan permasalahan teknis,
tetapi mencakup berbagai persoalan yang sangat rumit dan kompleks, baik yang
menyangkut masalah perencanaan, pendanaan, maupun efisiensi dan efektifitas
penyelengaaraan sistem sekolah. Peningkatan kualitas pendidikan juga menuntut
manajemen pendidikan yang lebih baik. Sayangnya, selama ini aspek manajemen
pendidikan pada berbagai tingkat dan satuan pendidikan belum mendapat perhatian
yang serius sehingga seluruh komponen sistem pendidikan kurang berfungsi dengan
baik. Lemahnya manajemen pendidikan yang terlihat dari jumlah peserta didik
yang menggulang kelas dan putus sekolah.
Manajemen pendidikan merupakan
alternatif strategis untuk meningkatkan kualitas pendidikan. Hasil penelitian
Balitbang-dikbud (1991) menunjukkan bahwa manajemen sekolah merupakan salah
satu faktor yang mempengaruhi kualitas pendidikan. Manajemen sekolah secara
langsung akan mempengaruhi dan menentukan efektif dan tidaknya kurikulum,
berbagai peralatan belajar, waktu mengajar, dan proses pembelajaran. Dengan
demikian, upaya peningkatan kualitas pendidikan harus dimulai dengan pembenahan
manajemen sekolah, disamping peningkatan kualitas dan pengembangan sumber
belajar.[4]
Hingga saat ini kualitas pendidikan di
Indonesia masih rendah jika dibandingkan dengan Negara lain di dunia. Survey
dari The Political Economic Risk Consultant (PERC) melaporkan bahwa
siswa SLTP di Indonesia menempati urutan ke-32 untuk Ilmu Alam dan urutan ke-34
untuk Matematika dari 38 negara yang disurvey di Asia, Australia dan Afrika.
Sedangkan berdasarkan laporan UNDP tahun 2004: posisi dari 177 negara.
Singapura (25), Brunai (33), Malaysia (58), Thailand (76), Filipina (83),
Indonesia (111), Vietnam (112), Kamboja (130), Myanmar (132), dan Laos (135).[5]
Hasil survey PERC dan laporan UNDP
tersebut, perlu mendapatkan respon yang serius. Ini menunjukkan bahwa berbagai
indikator mutu pendidikan belum sepenuhnya mengalami suatu peningkatan yang
berarti. Hal itu membuktikan bahwa upaya peningkatan mutu pendidikan selama ini
belum mampu memecahkan masalah pendidikan di Indonesia.
Dari berbagai pengamatan dan analisis,
menurut Umaidi (1999) sedikitnya ada tiga faktor yang menyebabkan mutu
pendidikan tidak mengalami peningkatan secara merata. Pertama, kebijakan
dan penyelenggaraan Pendiidkan Nasional menggunakan pendekatan Educational
Production Function yang tidak dilaksanakan secara konsekuen. Pendekatan
ini melihat bahwa lembaga pendidikan berfungsi sebagai pusat produksi yang jika
dipilih input (masukan) yang diperlukan dalam kegiatan produksi
tersebut, maka lembaga ini akan menghasilkan output yang dikehendaki.
Dalam kenyataan, mutu pendidikan yang diharapkan tidak terjadi, karena selama
ini dalam menerapkan pendekatan Educational Production Function lebih
memusatkan pada input pendidikan dan kurang memperhatikan pada proses
pendidikan. Padahal, proses pendidikan sangat menentukan output pendidikan.
Kedua, penyelenggaraan
pendidikan dilakukan secara sentralistik, sehingga madrasah sebagai
penyelenggara pendidikan sangat tergantung pada keputusan birokrasi, yang
kadang-kadang kebijakan yang dikeluarkan tidak sesuai dengan kondisi madrasah.
Dengan demikian madrasah kehilangan kemandirian, motivasi, dan inisiatif untuk
mengembangkan dan memajukan lembaganya termasuk peningkatan mutu pendidikan
sebagai salah satu tujuan Pendidikan Nasional.
Ketiga,
peran serta masyarakat, khususnya orang tua siswa dalam penyelenggaraan pendidikan
selama ini sangat minim. Partisipasi masyarakat pada umumnya selama ini lebih
banyak bersifat dukungan dana, bukan pada proses pendidikan (pengambilan
keputusan, monitoring, evaluasi, dan akuntabilitas). Berkaitan dengan
akuntabilitas, madrasah tidak mempunyai beban untuk mempertanggung jawabkan
hasil pelaksanaan pendidikan kepada masyarakat, khususnya orang tua siswa,
sebagai salah satu pihak utama yang berkepentingan dengan pendidikan.[6]
Menyadari hal tersebut, pemerintah telah
melakukan upaya penyempurnaan sistem pendidikan, baik melalui penataan
perangkat lunak (Software) maupun perangkat keras (Hardware).
Upaya tersebut antara lain di keluarkannya UU nomor 22 dan 25 tahun 1999
tentang otonomi daerah serta di ikuti oleh UU nomor 20 tahun 2003 tentang
Sistem Pendidikan Nasional, yang secara langsung berpengaruh terhadap
perencanaan, pelaksanaan dan evaluasi pendidikan. Bila sebelumnya pengelolaan
pendidikan merupakan wewenang pusat, maka dengan berlakunya undang-undang
tersebut kewenangan berada pada pemerintah daerah, kota/kabupaten.
Dengan diberlakukannya sistem pendidikan
tersebut, pada dasarnya merupakan kesempatan bagi lembaga pendidikan untuk
mengelola sendiri lembaga pendidikannya tanpa ada campur tangan dari pemerintah
secara menyeluruh. Akan tetapi, untuk dapat melaksanakannya perlu didukung
sumber daya manusia yang berkualitas dan mampu berfikir dengan sistematis.
Dari uraian tersebut, dapat dipahami
bahwa upaya peningkatan mutu pendidikan bukan merupakan upaya semata tetapi
harus menjadi komitmen semua pihak yang terlibat di dalamnya. Hal ini akan
dapat dilaksanakan jika madrasah sebagai unit pelaksana pendidikan formal yang
terdepan dengan berbagai keragaman, kondisi lingkungan yang berbeda satu dengan
yang lainnya, harus dinamis dan kreatif dalam melaksanakan perannya yaitu
mengupayakan peningkatan mutu pendidikan.
Upaya peningkatan mutu pendidikan bukan
merupakan upaya semata melainkan harus menjadi komitmen semua pihak yang
terlibat didalamnya. Dan madrasah diberikan kepercayaan untuk melakukan
perencanaan, mengorganisir, memimpin, dan pengendalian manusia dan sumber daya
lain untuk mencapai tujuan peningkatan efisiensi, mutu, dan pemerataan
pendidikan. Agar mutu pendidikan tetap terjaga dan proses peningkatan mutu
tetap terkontrol, maka harus ada standard yang diatur dan disepakati secara
nasional untuk dijadikan indikator evaluasi keberhasilan mutu pendidikan
tersebut. Hal ini yang mendorong munculnya pendekatan baru, yakni pengelolaan
peningkatan mutu pendidikan dalam kegiatan pendidikan melalui pendekatan
Manajemen Berbasis Sekolah. Dengan pendekatan ini diharapkan menjadi modal yang
bisa mengurangi campur tangan pemerintah dalam manajemen pendidikan yang
dianggap telah mengurangi hak madrasah dalam proses peningkatan mutu pendidikan
dan kemandirian madrasah dalam mengelola madrasahnya.
Berdasarkan studi di lapangan dan hasil
pengamatan sebelum dilakukan penelitian ditemukan bahwa MTs Annurain Lonrae
yang terletak di Kelurahan Lonrae Kecamatan Tanete Riattang Timur Kabupaten
Bone merupakan salah satu madrasah tsanawiyah yang telah melaksanakan Manajemen
Berbasis Madrasah.
Bertolak dari latar belakang masalah
yang diuraikan di atas, maka dalam hal ini peneliti mencoba mengamati tentang
“Strategi Peningkatan Mutu Pendidikan dalam Perspektif Manajemen Berbasis Madrasah
di MTs Annurain Lonrae”.
II.
METODE PENELITIAN
Penelitian
ini merupakan penelitian kualitatif. Menurut Lexy J. Moleong, dalam penelitian
kualitatif data yang dikumpulkan bukan angka-angka, akan tetapi berupa
kata-kata atau gambaran. Data yang dimaksud berasal dari wawancara, catatan
lapangan, foto, video tape, dokumen pribadi dan dokumendokumen lainnya. Oleh
karena itu dalam penelitian ini peneliti menggunakan pendekatan deskriptif.
Penelitian deskriptif merupakan penelitian terhadap fenomena atau populasi
tertentu yang diperoleh peneliti dari subjek yang berupa individu,
organisasional atau perspektif yang lain. Adapun tujuannya adalah untuk menjelaskan
aspek yang relevan dengan fenomena yang diamati dan menjelaskan karakteristik
fenomena atau masalah yang ada. Kedudukan peneliti dalam penelitian kualitatif
merupakan perencana, pelaksana pengumpulan data, analisis, penafsir data, dan
pada akhirnya peneliti sebagai pelapor hasil penelitiannya. Dalam penelitian
ini, data dikumpulkan melalui observasi, wawancara, dan dokementasi.
Berdasarkan jenis data yang dikumpulkan dalam penelitian ini, maka dilakukan
analisis data melalui tahapan-tahapan, yaitu pengumpulan data, proses
pemilihan, dan tahap terakhir adalah pemeriksaan keabsahan data.
III.
HASIL DAN PEMBAHASAN
A. Mutu Pendidikan di MTs Annurain Lonrae
Dalam konteks
pendidikan, pengertian mutu mengacu pada masukan, proses, luaran, dan
dampaknya. Mutu masukan dapat dilihat dari berbagai sisi. Pertama, kondisi
baik tidaknya masukan sumber daya manusia, seperti kepala sekolah, guru,
laboran, staf tata usaha, dan siswa. Kedua, memenuhi atau tidaknya
kriteria masukan material berupa alat peraga, buku-buku, kurikulum, sarana dan
prasarana sekolah, dan lain-lain. Ketiga, memenuhi atau tidaknya
kriteria masukan yang berupa perangkat software, seperti peraturan, struktur
organisasi dan deskripsi kerja. Keempat: mutu masukan yang bersifat
harapan dan kebutuhan, seperti visi, motivasi, ketekunan cita-cita.
Mutu Pendidikan
di MTs Annurain Lonrae dapat dilihat dari Sumber daya manusianya seperti:
kepala sekolah, guru, laboran, staf tata usaha, dan siswa. Mayoritas kepala
sekolah, guru dan tenaga lainnya di MTs Annurain Lonrae merupakan lulusan S1,
ada beberapa guru yang lanjut S2, yang semuanya sudah professional dan
berkompeten dalam bidang mereka masing-masing. Sedangkan Dari kriteria
meterial, kriteria perangkat software, mutu masukan yang bersifat harapan dan
kebutuhan sekolah selalu berupaya melakukan peningkatan, pengembangan,
responsive dan antisipatif terhadap kebutuhan sekitar guna perbaikan mutu
pendidikan di MTs Annurain Lonrae.
Menurut Sudarwan
Danim, hasil pendidikan dipandang bermutu jika mampu melahirkan keunggulan
akademik dan non akademik (ekstrakurikuler) pada peserta didik yang dinyatakan
lulus untuk satu jenjang pendidikan atau menyelesaikan program pembelajaran
tertentu. Mutu pendidikan akademik yang dinyatakan dalam nilai raport mata pelajaran:
al-Qur’an hadits, aqidah akhlak, fiqih, SKI pada UTS dan UAS. Sedangkan mutu
pendidikan non akademik yang dinyatakan dalam program-program ekstrakurikuler.
Pengembangan
mutu pendidikan akademik yang dinyatakan dalam nilai raport UAM mata pelajaran:
al-Qur’an hadits, aqidah akhlak, fiqih, SKI pada UTS dan UAS di MTs Annurain
Lonrae mengalami peningkatan yang cukup siknifikan. Hal ini bisa dilihat dari
nilai raport mata pelajaran: al-Qur’an hadits, aqidah akhlak, fiqih, SKI pada
UTS dan UA semester genap kelas VII dan kelas. Sedangkan pengembangan mutu
pendidikan non akademik yang dinyatakan dalam program-program ekstrakurikuler
di MTs Annurain Lonrae juga mengalami peningkatan yang cukup siknifikan. Hal
ini bisa diketahui dari prestasi-prestasi yang pernah diraih oleh MTs Annurain
Lonrae. Berbagai prestasi baik bidang akademik maupun non akademik sering
diraih oleh sekolah. Hal inilah yang membuktikan bahwa MTs Annurain Lonrae
telah mendukung proses reformasi yang ada di lingkungan pendidikan untuk
meningkatkan mutu pendidikan. Dengan pengaturan manajemen madrasah yang semakin
baik, MTs Annurain Lonrae berusaha menjadikan madrasah menjadi lembaga
pendidikan yang mampu melahirkan keunggulan akademik dan non akademik
(ekstrakurikuler) pada peserta didik yang bermutu, berakhlakul karimah dan
mampu bersaing di tengah proses informatisasi dan persaingan global yang
semakin pesat.
B. Strategi Peningkatan Mutu Pendidikan dalam Perspektif
Manajemen Berbasis Madrasah di MTs Annurain Lonrae
Manajemen peningkatan mutu berbasis
madrasah (MPMBM) merupakan model manajemen yang memberikan otonomi lebih besar
kepada madrasah, memberikan fleksibilitas/keluwesan-keluwesan kepada madrasah,
dan mendorong partisipasi secara langsung warga madrasah dan masyarakat untuk
meningkatkan mutu madrasah Dengan adanya otonomi, maka madrasah memiliki
kewenangan yang lebih besar dalam mengelola madrasahnya, sehingga madrasah
lebih mandiri. Dengan kemandiriannya, madrasah lebih berdaya dalam
mengembangkan program-program yang tentu saja, lebih sesuai dengan kebutuhan
dan potensi yang dimilikinya.
Upaya peningkatan mutu pendidikan
akademik yang dinyatakan dalam nilai raport mata pelajaran: al-Qur’an hadits,
aqidah akhlak, fiqih, SKI pada UTS dan UAS. Ataupun peningkatan mutu pendidikan
non akademik yang dinyatakan dalam program-program ekstrakurikuler dapat
dilakukan melalui Sosialisasi MBM, merumuskan visi, misi, tujuan, dan sasaran
madrasah (tujuan situasional madrasah). indentifikasi tantangan nyata
madrasah, identifikasi fungsi-fungsi yang diperlukan untuk mencapai sasaran,
analisis SWOT, alternatif langkah pemecahan persoalan, menyusun rencana dan
program peningkatan mutu. Melaksanakan rencana peningkatan mutu,
melakukan monitoring dan evaluasi pelaksanaan, merumuskan sasaran mutu
baru.
Strategi tersebut di atas telah
dilakukan oleh MTs Annurain Lonrae dalam rangka meningkatkan mutu pendidikan,
yaitu mensosialisasikan MBM dengan cara menyusun program bersama dan mengadakan
rapat pleno staf pimpinan, rapat mulai dari Waka Kurikulum, Kesiswaan, Tata
Usaha, Humas, Sarana Prasarana dan sampai pada ketua komite. Sekolah membentuk
dan memberdayakan MGMP, khususnya GMPAI yang ditugaskan mulai dari pemetaan,
pembuatan RPP, silabus, selalu dimusyawarakan dan dikoordinasikan dengan
GMPAI yang membidangi
adalah Waka Kurikulum yang dibantu oleh para wali kelas, pengurus GMPAI dan
Koordinator GMPAI. Sedangkan untuk program-program ekstrakurikuler yang
membidangi adalah Waka Kesiswaan dibantu oleh para pembina OSIS (Ketaqwaan,
Apresiasi seni).
Upaya peningkatan mutu pendidikan dalam
bidang akademik di MTs Annurain Lonrae dari aspek guru dengan mengoptimalkan
MGMPAI dan juga mengadakan pelatihan-pelatihan GMPAI (mengenai metode, strategi,
dan model-model pembelajaran). Dari aspek siswa dengan mengadakan UTS, Ulangan
harian, les, remidi, UAS. Dan dari aspek sarana prasarana dengan pengadaan
bahan ajar. Sedangkan Upaya peningkatan mutu pendidikan dalam bidang non
akademik dengan mengadakan latihan-latihan yang telah diprogramkan oleh bidang
kesiswaan bersama dengan OSIS.
Agar pelaksanaan program sekolah dapat
berjalan dengan efektif dan efisien maka MTs Annurain Lonrae mengadakan
monitoring dan evaluasi (Monev). Melalui Kunjungan kelas. Sebelum kunjungan
kelas, bapak ibu guru yang mengajar dikelas itu diberi informasi terlebih
dahulu oleh Waka Humas. Tentunya juga dengan menggunakan instrumen-instrumen
yang harus dibawa oleh kepala sekolah sebagai pelengkap dan temuan hasilnya apabila
memang sesuai dengan standar maka perlu ditingkatkan dan jika hasilnya dibawah
standart maka perlu diadakan perbaikan, dan non akademik yang dinyatakan dalam
program-program ekstrakurikuler, kepala madrasah bekerja sama dengan setiap
koordinator pelaksana program ekstrakurikuler agar lebih mudah mengetahui
kakurangan yang dihadapi. Tindak lanjut dari Monev melalui rapat rutin dengan
para guru dan staf minimal 3 bulan.
C. Faktor Pendukung dan Penghambat Strategi
Peningkatan Mutu Pendidikan dalam Perspektif Manajemen Berbasis Madrasah di MTs
Annurain Lonrae
Setiap pelaksanaan mengenai pembaharuan
pendidikan tidak lepas dari adanya faktor pendukung dan penghambat, begitu juga
dengan implementasi manajemen peningkatan mutu berbasis madrasah.
Berkaitan dengan pelaksanaan MBM di MTs
Annurain Lonrae, dari hasil data yang diperoleh di lapangan menyebutkan bahwa faktor
pendukung stretegi peningkatan mutu pendidikan dalam perspektif manajemen
berbasis sekolah di MTs Annurain Lonrae. Baik dari segi mutu pendidikan
akademik yang dinyatakan dalam nilai raport mata pelajaran: al-Qur’an hadits, aqidah
akhlak, fiqih, SKI pada UTS dan UAS maupun dari segi non akademik yang
dinyatakan dalam program-program ekstrakurikuler, antara lain:
1.
Faktor Pendukung
a. Lingkungan
Sekolah
Lingkungan
merupakan komponen yang sangat berpengaruh terhadap peningkatan mutu
pendidikan. Untuk itu perlu adanya dukungan lingkungan, lingkungan sekolah yang
aman dan tertib mutlak di butuhkan untuk meningkatkan mutu pendidikan.
Madrasah
Tsanawiyah Annurain Lonrae yang terletak di kelurahan Lonrae kecamatan Tanete
Riattang Timur, Kabupaten Bone. MTs Annurain Lonrae ini termasuk dua diantara
Madrasah Tsanawiyah yang paling diminati masyarakat sekitar kecamatan Tanete
Riattang Timur. Lokasi sekolah yang sangat strategis dengan letaknya di pinggir
jalan raya, juga alat transportasi yang sangat mudah dijangkau.
Suasana
lingkungan yang aman dan tertib di MTs Annurain Lonrae membuat seluruh elemen
sekolah (kepala sekolah, guru, staf, siswa) merasa nyaman melakukan aktifitas
belajar mengajar. Hal ini yang menjadi daya tarik MTsN Babat Lamongan, terbukti
dengan banyaknya siswa baru yang mendaftar. Kondisi ini yang membuat sekolah
dituntut untuk selalu mengembangkan diri, baik dari segi kualitas pengajaran
guru maupun mutu outputnya.
b. Keadaan Guru
dan Karyawan
Madrasah
yang efektif pada umumnya memiliki staf yang mampu (kompeten) dan berdedikasi
tinggi terhadap sekolahnya untuk meningkatkan prestasi siswa yaitu melalui peningkatan
profesionalisme guru (increased professionalism of teachers).Peningkatan
ini dilakukan, baik dari kemampuan penguasaan materi bahan ajar, penguasaan
metodologi, kompetensi sosial, maupun kompetensi kemasyarakatan sebagai guru.
Hal itu mutlak dibutuhkan madrasah/sekolah dalam peningkatan mutu pendidikan
akademik dan non akademik.
Untuk
meningkatkan kualitas dan profesionalisme guru, maka MTs Annurain Lonrae telah
mendelegasikan para guru untuk mengikuti pelatihan-pelatihan dan workshop GMP
termasuk juga GMPAI. Sehingga hal ini merupakan faktor pendukung bagi tercapainya
peningkatan mutu pendidikan akademik yang dinyatakan dalam nilai raport UAM
Mata Pelajaran: al-Qurán hadits, aqidah akhlak, fiqih, SKI pada UTS dan UAS.
Dan non akademik yang dinyatakan dalam program-program ekstrakurikuler. Agar
peningkatan mutu pendidikan dapat berjalan efektif dan efisien.
c.
Sarana dan Prasarana
Fasilitas
sarana dan prasarana yang memadai juga merupakan faktor pendukung bagi sekolah
yang ideal. Madrasah/sekolah dikatakan bermutu jika
perpustakaan, laboratorium, alat pembelajaran serta sarana prasarana yang lain
dapat terpenihi dengan baik. Sarana dan prasarana yang dimiliki MTs Annurain
Lonrae sebagai penunjang dalam peningkatan mutu pendidikan akademik yaitu
memiliki ruang KBM yang sangat kondusif dan representatif bagi siswa. Dengan
adanya bantuan
Block Grant MEDP, dengan sumber belajar lewat jaringan internet,
white board tiap kelas yang dapat dimanfaatkan untuk KBM. Sarana prasarana lain
yang sangat mendukung diantaranya perpustakaan dengan berbagai judul buku Pendidikan
Agama Islam, dan juga berbagai kegiatan ekstrakurikuler (hadrah, PHBI, Muhadloroh/khitabah,
tilawatil Qur’an, Qira’ah,dll). Dan dalam peningkatan mutu pendidikan non
akademik yang dinyatakan dalam program-program ekstrakurikuler, sekolah memiliki
berbagai sarana prasarana yang memadai diantaranya alat qasidah rabbana, dan
lapangan tenis meja.
2.
Faktor penghambat
Dana
merupakan salah satu faktor penting yang dapat menunjang dalam pelaksanaan MBM
khususnya dalam peningkatan mutu pendidikan. Karena dana adalah tonggak dari
berjalan atau tidaknya pengelolaan dan pemeliharaan sekolah. Dalam melaksanakan
MBM, sekolah harus memiliki anggaran yang layak. Dana yang diperoleh dari
berbagai sumber harus di atur dan dikelola dengan tepat.
Berdasarkan
hal di atas, dana di MTs Annurain Lonrae yang berasal dari BOS tidak mencukupi
untuk biaya pengelolaan dan pemeliharaan sekolah, terhambat oleh dana, dan
kemampuann ekonomi dari siswa. Hal inilah yang menjadi faktor penghambat strategi
peningkatan mutu pendidikan akademik yang dinyatakan dalam nilai raport UAM
Mata Pelajaran: al-Qur’an hadits, aqidah akhlak, fiqih, SKI pada UTS dan UAS.
Dan non akademik yang dinyatakan dalam program-program ekstrakurikuler dalam perspektif
Manajemen Berbasis Madrasah di MTs Annurain Lonrae.
Untuk
itu MTs Annurain Lonrae berupaya mengadakan rapat seluruh elemen sekolah
(kepala sekolah, guru, staf, komite sekolah, dan orang tua siswa) membahas
persoalan tersebut untuk mendapatkan solusi terbaik. Bahkan dengan adanya
faktor penghambat ini madrasah juga bisa menjadikannya sebagai bahan untuk
dievaluasi, apa yang masih kurang dalam peningkatan mutu pendidikan di MTs
Annurain Lonrae bisa diperbaiki dalam waktu yang akan datang.
IV.
KESIMPULAN
Berdasarkan hasil penelitian dan
pembahasan mengenai strategi peningkatan mutu
pendidikan dalam perspektif manajemen berbasis madrasah di MTs Annurain Lonrae
kecamatan Tanete Riattang Timur kabupaten Bone, dapat disimpulkan bahwa: Mutu
pendidikan akademik yang dinyatakan dalam nilai raport UAM Mata Pelajaran:
Al-Qur’an Hadits, Aqidah Akhlak, Fiqih, SKI pada UTS dan UAS. Dan mutu
pendidikan non akademik yang dinyatakan dalam program-program ekstrakurikuler
mengalami peningkatan yang cukup signifikan. Dapat diketahui dari nilai raport
UAM Mata Pelajaran: Al-Qur’an Hadits, Aqidah Akhlak, Fiqih, SKI pada UTS dan
UAS semester genap kelas VII dan kelas VIII yang di atas standart minimal nilai
60 dan prestasi-prestasi yang pernah diraih oleh MTs Annurain Lonrae baik
akademik maupun non akademik. Strategi peningkatan mutu pendidikan dalam perspektif
manajemen berbasis madrasah di MTs Annurain Lonrae, yaitu mutu akademik
diantaranya 1) Menyusun program kerja dengan melibatkan
semua elemen sekolah. 2) Peningkatan kualitas guru dengan
memberdayakan MGMPAI, workshop, pelatihan GMPAI. 3) Peningkatan kualitas siswa
dengan mengadakan ulangan harian, les, remidi. 4) Peningkatan sarana prasarana
dengan pengadaan bahan ajar. 5) Mengadakan monitoring dan evaluasi (Monev)
melalui kunjungan kelas. 6) Rapat rutin kepala sekolah dengan dewan guru dan
staf minimal 3 bulan. Selanjutnya mutu pendidikan non akademik yang dinyatakan
dalam program-program ekstrakurikuler: 1) Menyusun program kerja dengan
melibatkan semua elemen sekolah. 2) Mengadakan latihan-latihan yang telah
diprogramkan. 3) Mengadakan monitoring dan evaluasi (Monev) yaitu kepala sekolah
bekerja sama dengan setiap koordinator pelaksana program ekstrakurikuler. Dan faktor
pendukung dan penghambat strategi peningkatan mutu Pendidikan dalam perspektif manajemen
berbasis Madrasah di MTs Annurain Lonrae, a) Faktor pendukung; 1) Lokasi MTs Annurain
Lonrae yang sangat strategis, mudah dijangkau, suasana yang kondusif dan
efektif. 2) Guru-guru dan karyawan sebagian besar
berlatar belakang S1, dan 3) Sarana prasarana yang cukup memadai. Faktor
penghambat, yaitu berasal dari BOS tidak mencukupi
untuk biaya pengelolaan dan pemeliharaan sekolah, terhambat oleh dana, dan
kemampuann ekonomi dari siswa.
DAFTAR
PUSTAKA
Depag,
Ditjen Kelembagaan Agama Islam, Pedoman Integrasi Life Skills dalam
Pembelajaran di Madrasah, Jakarta: 2005.
Dit.
Dikdasmen, Manajemen Peningkatan Mutu Berbasis Madrasah, Buku 1 Konsep
dan Pelaksanaan, Jakarta: 2001.
Hasbullah, Dasar-dasar Ilmu Pendidikan, Jakarta: PT.
Rajawali Pers, 1999.
Mastuhu, Menata
Ulang Pemikiran System Pendidikan Nasional. Jakarta: Safiria Insani Press,
2003.
Mubashyiroh. Implementasi
Manajemen Pembelajaran dalam Meningkatkan Mutu Pendidikan pada Madrasah
Unggulan di MTs Negeri Lamongan., Skripsi UIN Malang, 2007.
Moleong,
J, Lexy. Metodologi Penelitian Kualitatif . Bandung: Remaja Rosda Karya,
2007.
Mulyasa,
E. Menjadi Kepala Sekolah Profesional dalam Konteks Mensukseskan MBS dan KBK.
Bandung: PT. Remaja Rosda Karya, 2004.
--------
Kurikulum Berbasis Kompetensi; Konsep, Karakteristik, dan Implementasi, Bandung:
PT Remaja Rosdakarya, 2006.
-------- Manajemen Berbasis Sekolah. Bandung:
PT Remaja Rosdakarya, 2007.
Nata,
Abuddin, Manajemen Pendidikan; Mengatasi Kelemahan Pendidikan Islam di
Indonesia. Jakarta: Kencana, 2003.
Nurkolis. Manajemen Berbasis Sekolah. Jakarta:
Gramedia Widiasarana Indonesia, 2003.
Poerwadarminta, W. J. S. Kamus Umum Bahasa
Indonesia. Jakarta: Balai Pustaka, 1989.
Shaleh,
Abdul Rachman. Madrasah dan Pendidikan Anak Bangsa; Visi, Misi dan Aksi. Jakarta:
PT. RajaGrafindo Persada, 2004.
Sukmadinata,
Nana Syaodih dkk. Pengendalian Mutu Pendidikan Sekolah Menengah; Konsep,
Prinsip, dan Instrument. Bandung: PT Refika Aditama, 2006.
[1]Hasbullah, Dasar-dasar
Ilmu Pendidikan, (Jakarta: PT. Rajawali Pers, 1999), h. 1-2
[2]E. Mulyasa, Kurikulum Berbasis Kompetensi; Konsep,
Karakteristik, dan Implementasi, (Bandung: PT Remaja Rosdakarya, 2006), h.
4
[3]Depag, Ditjen Kelembagaan Agama Islam, Pedoman Integrasi Life
Skills dalam Pembelajaran di Madrasah, (Jakarta: 2005), h. 1.
[4]E. Mulyasa, op. cit., h. 21-22
[5]Depag, Ditjen
Kelembagaan Agama Islam, op. cit., h. 1.
[6]Dit. Dikdasmen, Manajemen Peningkatan Mutu Berbasis Madrasah, Buku
1 Konsep dan Pelaksanaan, (Jakarta: 2001), h. 1-2
0 komentar:
Posting Komentar